Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Konsep dan Hakikat CSR

akses untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial, dan akses ke sumber-sumber keuangan untuk pengembangan kegiatan sosial ekonominya. Melihat pentingnya peran CSR itu dalam upaya pemberdayaan masyarakat, maka menarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya peran CSR dalam upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan pertambangan emas. Ini juga sekaligus untuk menjajaki program CSR apa sebenarnya yang cocok dalam pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan pertambangan emas Batangtoru. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengisi keterbatasan literatur dan karya ilmiah tentang perlunya peran CSR dalam upaya pemberdayaan masyarakat, mengingat di Sumatera Utara ini terdapat beberapa perusahaan pertambangan yang dalam waktu dekat akan beroperasi. Penelitian ini diberi judul: “Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pertambangan Emas Agincourt Resources dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Batangtoru.”

1.2. Perumusan Masalah

PT AR, perusahaan pertambangan emas di Batangtoru, Tapsel sudah dan akan melakukan CSR dalam berbagai kegiatan, seperti memberikan bantuan kepada masyarakat dalam berbagai aspek misalnya bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, bantuan infrastruktur, pengembangan ekonomi lokal, serta pelatihan-pelatihan bagi masyarakat sekitar. Hanya saja, perlu diteliti bagaimana sebenarnya penerapan CSR itu dan juga perannya dalam upaya pemberdayaan masyarakat termasuk program- program CSR apa saja yang pas dan cocok untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan emas Batangtoru. Universitas Sumatera Utara Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peran tanggung jawab sosial perusahaan pertambangan emas Agincourt Resources dalam upaya pemberdayaan masyarakat bidang sosial, ekonomi, lingkungan di Batangtoru, Tapsel?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui peran tanggung jawab sosial perusahaan pertambangan emas Agincourt Resources dalam upaya pemberdayaan masyarakat di bidang sosial, ekonomi, lingkungan di Kecamatan Batangtoru, Tapsel.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai pihak, di antaranya: - Secara teoritis dan akademis, penelitian ini diharapkan memberi kontribusi keilmuan tentang peran program CSR perusahaan pertambangan emas terhadap upaya pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan. - Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberi masukan, saran, dan rekomendasi kepada perusahaan, pemerintah, dan kelompok kepentingan lainnya tentang bagaimana menerapkan program CSR perusahaan pertambangan emas dalam upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan. Universitas Sumatera Utara - Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi stake holders, khususnya masyarakat untuk memilih dan mengajukan program CSR yang cocok untuk mereka.

1.5. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berangkat dari pemikiran bahwa CSR itu terbagi ke dalam tiga bidang, di mana masing-masing bidang memiliki sub bidang. Masing-masing bidang itu bertujuan dalam rangka mengupayakan pemberdayaan masyarakat. Jika permberdayaan masyarakat berhasil diharapkan kehidupan masyarakat dalam hal bidang sosial, ekonomi, dan lingkungannya ikut berkembang. Untuk lebih ringkasnya, kerangka pemikiran dari penelitian ini bisa dilihat dari skema di bawah ini: Universitas Sumatera Utara CSR Corporate Social Responsibility Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Bidang Sosial a. Kesehatan b. Agama c. Olahraga d. Bantuan Sosial Bidang Ekonomi a. Pembangunan ekonomi lokal b.Penciptaan lapangan kerja Bidang Lingkungan - Pemeliharaan lingkungan Pemberdayaan Masyarakat Berdaya Secara Sosial di bidang a. Kesehatan b. Agama c. Olahraga Berdaya Secara Ekonomi dengan adanya: a. Pembangunan ekonomi lokal ditandai dengan peningkatan tabungan, pendapatan, dan asset kekayaan b. Penciptaan lapangan kerja Lingkungan Terjaga -Pemeliharaan lingkungan Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep dan Hakikat CSR

Ada banyak definisi yang diberikan untuk konsep CSR. Dari kata-kata corporate, social, dan responsibility yang terkandung dalam istilah ini, maka CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab yang dimiliki oleh suatu perusahaan terhadap masyarakat di mana perusahaan tersebut berdiri atau menjalankan usahanya http:www6.miami.eduethicspdf_filescsr_guide.pdf, diakses 22 Jun. 2009. Mas Achmad Daniri selaku Chairman of Mirror Committee on Social Responsibility Indonesia menyebutkan CSR merupakan basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat setempat. Secara teoretis, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para strategic-stakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah kerja dan operasinya. Edi Suharto 2008 mengartikan CSR operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan community development. Suharto melanjutkan, ditinjau dari motivasinya, keempat nama itu bisa dimaknai sebagai dimensi atau pendekatan CSR. Corporate giving bermotif amal atau Universitas Sumatera Utara charity, corporate philanthropy bermotif kemanusiaan dan corporate community relations bernapaskan tebar pesona, community development lebih bernuansa pemberdayaan. Kamus online Wikipedia mendefinisikan CSR sebagai suatu konsep bahwa suatu organisasi khususnya, tapi tidak terbatas pada perusahaan memiliki kewajiban untuk memperhatikan kepentingan pelanggan, karyawan, pemegang saham, komunitas dan pertimbangan-pertimbangan ekologis dalam segala aspek dari usahanya. CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang http:id.wikipedia.orgwikiTanggung_jawab_sosial_perusahaan, 25 Juni 2009. Selanjutnya, Bank Dunia menyebutkan “CSR is the commitmen of bussiness to contribute to sustainable economic development working with employees and their repersentatives, the local community and society for bussines and good for development.” Dalam hal ini CSR itu berarti komitmen bisnis untuk berperilaku etis dan berperan serta dalam pembangunan berkelanjutan dengan bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis, agenda pembangunan berkelanjutan, serta masyarakat umum. Universitas Sumatera Utara Definisi yang juga diterima luas oleh para praktisi dan aktivis CSR adalah definisi menurut The World Business Council for Sustainable Development yaitu bahwa CSR merupakan suatu komitmen terus-menerus dari pelaku bisnis untuk berlaku etis dan untuk memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi sambil meningkatkan kualitas hidup para pekerja dan keluarganya, juga bagi komunitas lokal dan masyarakat pada umumnya. Dengan demikian konsep CSR memiliki arti bahwa selain memiliki tanggung jawab untuk mendatangkan keuntungan bagi para pemegang saham dan untuk menjalankan bisnisnya sesuai ketentuan hukum yang berlaku, suatu perusahaan juga memiliki tanggung jawab moral, etika, dan filantropik. Pandangan tradisional mengenai perusahaan melihat bahwa tanggung jawab utama jika bukan satu-satunya perusahaan adalah semata-mata terhadap pemiliknya, atau para pemegang saham Asongu,J.J. http:www.mallenbaker.net csr CSRfiles definition. html. Hakikat yang lebih luas yaitu bahwa perusahaan juga memiliki tanggung jawab terhadap pihak-pihak lain seperti karyawan, supplier, konsumen, komunitas setempat, masyarakat secara luas, pemerintah, dan kelompok-kelompok lainnya. Rumusan atau definisi atau pengertian yang diberikan di atas menunjukkan kepada masyarakat bahwa setidaknya ada tiga hal pokok yang membentuk pemahaman atau konsep mengenai corporate social responshibility. Ketiga hal tersebut menurut Gunawan Widjaya Yeremia Ardi Pratama 2008 adalah : 1. Bahwa sebagai suatu artificial person, perusahaan atau korporasi tidaklah berdiri sendiri dan terisolasi, perusahaan atau perseroan tidak dapat menyatakan bahwa mereka tidak memiliki tanggungjawab terhadap keadaan ekonomi, lingkungan maupun sosialnya; Universitas Sumatera Utara 2. Keberadaan eksistensi dan keberlangsungan sustainability perusahaan atau korporasi sangatlah ditentukan oleh seluruh stakeholder-nya dan bukan hanya shareholders-nya. Para stakeholders ini, terdiri dari shareholders, konsumen, pemasok, klien, customer, karyawan dan keluarganya, masyarakat sekitar dan mereka yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan the local cimmunity and society at large; 3. Melaksanakan CSR berati juga melaksanakan tugas dan kegiatan sehari-hari perusahaan atau korporasi, sebagai wadah untuk memperoleh keuntungan melalui usaha yang dijalankan dan atau dikelola olehnya. Jadi ini berarti CSR adalah bagian terintegrasi dari kegiatan usaha bussiness, sehingga CSR berarti juga menjalankan perusahaan atau korporasi untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa CSR, pada awalnya bukanlah suatu bentuk tanggung jawab yang mempunyai akibat hukum yang memaksa. Jadi lebih merupakan moral obligation perusahaan terhadap: 1. Keadaan ekonomi, 2. Keadaan sosial dan 3. Keadaan lingkungan perusahaan yang terkait dengan kegiatan usaha atau jalannya perusahaan secara berkesinambungan. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk atau wujud pelaksanaan CSR tidak selalu harus sama antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya.

2.1.1. Arti Penting CSR dan dan Ruang Lingkupnya

CSR merupakan komitmen yang berkesinambungan dari kalangan bisnis, untuk berperilaku secara etis dan memberi kontribusi bagi perkembangan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan dari karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya. Ada enam kecenderungan Universitas Sumatera Utara utama, yang semakin menegaskan arti penting CSR, yaitu meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin; posisi negara yang semakin berjarak pada rakyatnya; makin mengemukanya arti kesinambungan; makin gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari publik, bahkan yang bersifat anti-perusahaan; tren ke arah transparansi; dan harapan-harapan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi pada era milenium baru. Artinya, CSR sangat dibutuhkan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan. Sebab, selain akan terjadi berbagai perubahan sosial, kekayaan sumber daya alam yang selama ini sangat bermanfaat bagi masyarakat juga akan terganggu. Menurut Fransisca SSE Seda 2004 di sinilah letak paradoks dari proses perubahan sosial kekayaan akan sumber daya alam dapat menjadi “pedang bermata dua” bagi suatu negara yang sedang berkembang. Ia dapat menguntungkan tetapi pada saat yang sama dapat pula menjadi kerugian. Ia dapat menjadi rahmat atau kutukan. Jika kekayaan sumber daya alam itu tidak dikelola dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat maka, penolakan terhadap kehadiran perusahaan akan terus terjadi. Jadi CSR itu memang harus terus diupayakan. Apalagi, menurut Zamroni 2001, pembangunan dalam era abad XXI dewasa ini memiliki 3 tiga ciri utama, yakni revolusi informasi komputer dan sarana telekomunikasi, pasar global yang sangat kompetitif dan, kerusakan lingkungan yang sangat parah. Dalam memasuki ekonomi global perlu mengkaji secara cermat atas aspek- aspek yang penting dalam kehidupan masyarakat seperti manajemen pembangunan, demokrasi dan pendidikan. Ketepatan dalam menentukan pilihan akan sangat menentukan kehidupan bangsa di masa mendatang. Oleh karena kajian-kajian yang Universitas Sumatera Utara jernih, obyektif dan dengan pertimbangan nasib warga secara keseluruhan sangat diperlukan. David C Korten dalam bukunya Pembangunan yang Memihak Rakyat, Kupasan tentang Teori dan Metode Pembangunan mengatakan kekuatan rakyat untuk memegang kekuasaan atas hidup dan lembaga-lembaga mereka pada akhirnya tergantung pada keyakinan bahwa mereka mempunyai hak sekaligus kesempatan. Dengan tumbuhnya kesadaran akan kenyataan ini, usaha-usaha pembangunan daerah pedesaan di dunia ketiga memberi prioritas yang semakin besar kepada program- program yang menekankan penguasaan sumber daya lokal oleh masyarakat setempat. Dalam rangka melakukan CSR, pemerintah juga harus tetap memperhatikan kelompok pembaharu, usaha kecil menengah dan sektor pendidikan. Sebab, menurut Boediono 2009 selain menciptakan iklim usaha dan iklim kompetisi yang sehat, pemerintah dapat memacu terbentuknya kelompok pembaharuan dengan mendorong perkembangan kelompok wirausaha yang tangguh melalui program-program khusus untuk menghilangkan kendala-kendala yang dihadapi usaha kecil dan menengah untuk mengakses pembiayaan, teknologi, layanan infrastruktur dan pasar. Pengusaha kecil dan menengah adalah embrio kelas menengah yang tangguh karena itu pengembangan UKM merupakan elemen penting dalam upaya pengembangan demokrasi. Langkah penting lain untuk membentuk kelompok pembaharuan yang handal adalah melalui pendidikan. Pemerintah sebenarnya dapat melakukan banyak aktivitas nonregulatori yang mendorong CSR seperti koordinasi kebijakan mengenai CSR antardepartemen, meningkatkan profil CSR sehingga makin banyak perusahaan tertarik, membiayai Universitas Sumatera Utara penelitian-penelitian tentang CSR, mempromosikan CSR pada UKM, serta menciptakan insentif untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki kinerja CSR yang baik selain memberi disinsentif bagi mereka yang berkinerja buruk. Terakhir, pemerintah dapat mendemonstrasikan praktik-praktik terbaik CSR, sebagai sarana perusahaan-perusahaan untuk belajar bagaimana kinerja terbaik itu bisa dicapai. Pada bulan September 2004, ISO International Organization for Standardization sebagai induk organisasi standarisasi internasional, berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim working group yang membidani lahirnya panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social Responsibility. Jika merujuk pemahaman yang digunakan oleh para ahli yang menggodok ISO 26000 Guidance Standard on Social Responsibility yang secara konsisten mengembangkan tanggung jawab sosial, maka masalah SR akan mencakup 7 isu pokok yaitu: 1. Pengembangan Masyarakat 2. Konsumen 3. Praktek Kegiatan Institusi yang Sehat 4. Lingkungan 5. Ketenagakerjaan 6. Hak asasi manusia 7. Organizational Governance governance organisasi ISO 26000 menjadi kunci penting untuk mendorong CSR yang substansial dan komprehensif. Karenanya, perusahaan tidak boleh berkesimpulan bahwa hanya karena berderma bermiliar-miliar dari keuntungannya, sebuah perusahaan disebut telah bertanggung jawab sosial. Bagaimana keuntungan itu dibuat -apakah dengan dampak negatif minimum dan dampak positif maksimum- lebih menentukan Universitas Sumatera Utara tanggung jawabnya Taufik Rahman dan Jalal, CSR di Tahun 2008: Tak Ada Kecenderungan Menyurut, Jakarta , 8 April 2008, Lingkar Studi CSR. www.csrindonesia.com. Bill Gates 2008, pendiri Microsoft menyebutkan CSR itu adalah sebuah bentuk baru kapitalisme yang memberikan perhatian lebih kepada kelompok- kelompok miskin yang selama ini terpinggirkan oleh dahsyatnya deru kapitalisme. Dalam pandangan Gates, perlu dirancang suatu sistem termasuk pengelolaan laba perusahaan dan menentukan cara-cara baru untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan kualitas hidup kelompok-kelompok miskin. Terutama, di bidang- bidang yang betul-betul kasat mata seperti ekonomi, kesehatan dan pendidikan.

2.1.2. CSR dan Teori Triple Bottom Line

Skema pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi, yang menjadikan sektor pertanian pedesaan menjadi penopang industrialisasi ternyata tidak bisa diharapkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada satu sisi masyarakat desa harus menerima kenyataan dimana laju perkembangan industri berlangsung melalui pengorbanan sektor pertanian dan di sisi lain sumber- sumber agraria telah mengalami pengurasan besar-besaran dan mengalami penurunan kapasitas untuk melakukan pemulihan. Kehidupan rakyat pedesaan tidak menjadi baik bahkan sebaliknya, kemiskinan dan kesenjangan sosial serta keterbelakangan telah menjadi bagian dari hidup rakyat desa. Terhadap situasi yang demikian, banyak penduduk desa yang akhirnya pergi ke luar desa, mengadu nasib dan sekaligus menyediakan tenaga murah Universitas Sumatera Utara bagi percepatan industrialisasi. Marjinalisasi desa dapat dilihat sebagai bagian dari skenario untuk menopang industri, yang berbasis tenaga kerja murah dan bahan baku yang berlimpah serta murah. Timur Mahardika 2001 menilai kehancuran lingkungan dan penurunan kapasitas sumber daya alam merupakan kenyataan dari proses pengurasan kekayaan alam untuk keperluan menggerakkan roda pembangunan. Hutan, tambang dan lain- lain telah dengan sangat luar biasa dikuras dan tidak dipikirkan peruntukkannya bagi generasi yang akan datang. Di berbagai daerah, terkesan kuat bahwa kekayaan alam telah dijual. Sementara massa rakyat harus memikul akibatnya berupa lingkungan yang rusak, sungai tercemar, hutan gundul dan kekayaan alam yang menipis. Memahami CSR sebagai kebertanggungjawaban entitas laba atas dampak operasionalnya maka seharusnya praktik CSR juga melingkupi sektor industri lain. Bahkan di banyak negara, komitmen keseimbangan triple bottom line juga melingkupi industri keuangan, properti, apparel, media, komunikasi, teknologi, dan lainnya-termasuk juga dalam ranah perangkat pemerintahannya dan di kalangan masyarakat sipil Muhammad Endro Sampurna, Lingkar Studi CSR, www.csrindonesia.com. Dalam hal ini, jika sebelumnya pijakan tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada sisi finansial saja single bottom line, kini dikenal konsep triple bottom line, yaitu bahwa tanggung jawab perusahaan berpijak pada 3P profit, people, planet Holy K. M. Kalangit, SH, Konsep Corporate Social Responsibility, Pengaturan dan Pelaksanaannya di Indonesia, 2 Februari 2009. www.csrindonesia.com Universitas Sumatera Utara Dengan semakin berkembangnya konsep CSR ini, maka banyak teori yang muncul yang diungkapkan berbagai pihak mengenai CSR ini. Salah satu yang terkenal adalah teori Triple Bottom Line yang dikemukakan oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness”. Elkington mengembangkan konsep triple bottom line degan istilah economoic prosperity, environmental quality dan social justice. Elkington memberi pandangan bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P”. Selain mengejar keuntungan profit, perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat people dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan planet. Gunawan Widjaya Yeremi Ardi Prtama 2008 menekankan dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Uraian yang diberikan di atas menunjukkan bahwa keuntungan ekonomis tidak dapat dipisahkan dalam kerangka pelaksanaan CSR, oleh karena tujuan dari pelaksanaan CSR itu sendiri sustainability bagi perusahaan. Melaksanakan CSR bukan berarti mengurangi kesejahteraan stakeholders, oleh karena itu maka aspek ekonomis juga harus menjadi pertimbangan bagi perusahaan yang melaksanakan CSR. Universitas Sumatera Utara

2.2. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

2 36 107

Pekerja Perempuan di PT. Agincourt Resources Martabe, Batangtoru (Studi Etnografi Mengenai Strategi Adaptasi Pekerja Perempuan di PT. Agincourt Resources Martabe, Kecamatan Batangtoru)

4 96 128

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi Di PT. Tambang...

0 27 5

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

0 37 2

Dampak Kehadiran PT Agincourt Resources Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sumuran Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 2

Dampak Kehadiran PT Agincourt Resources Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sumuran Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 26

Dampak Kehadiran PT Agincourt Resources Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sumuran Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 8

Dampak Kehadiran PT Agincourt Resources Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sumuran Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 2

Dampak Kehadiran PT Agincourt Resources Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sumuran Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 15

2.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2.2.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

1 0 53