Penentuan Kadar Kotoran Pada CPO (Crude Palm Oil) Dengan Metode Gravimetri Di PTPN VI Unit Usaha Adolina

(1)

PENENTUAN KADAR KOTORAN PADA CPO (Crude Palm Oil) DENGAN METODE GRAVIMETRI DI PTPN VI UNIT USAHA ADOLINA

TUGAS AKHIR

Oleh: EDI SUHERI NIM 092410050

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tugas akhir ini yang berjudul “Penentuan Kadar Kotoran pada CPO (Crude Palm Oil) dengan Metode Gravimetri di PTPN IV Unit Usaha Adolina. Ini dimaksudkan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Selama menyusun tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App. Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU. 3. Bapak Drs. Wiryanto M.S., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama penulis dalam menyusun Tugas Akhir.

4. Bapak dan Ibu dosen, staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu, didikan dan bimbingan selama penulis berkuliah.


(4)

5. Stafadministrasi Fakultas Farmasi yang telah membantu kemudahan administrasi selama ini.

6. Bapak Ir. Eka Priari selaku Manajer Unit PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina.

7. Bapak Ir. Edmanagus, selaku Kepala Dinas Teknik Pengolahan yang memberikan arahan dan pengalamannya.

8. Bapak Syahrial Efendi Siregar dan Bapak Agus Saud Sipayung, selaku Asisten Pengolahan serta pembimbing lapangan yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama PKL.

9. Ibunda Pohan dan seluruh keluarga yang telah mana menerima kami untuk mendiami rumah tercinta yang penuh angan dan kenangan.

10.Teman-teman seperjuangan selama PKL Kiki, Kak Dini, dan Putri yang telah banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 11.Semua teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2009, terimakasih atas bantuannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

12.Adinda tercinta yang selalu menjadi motifasi semangat penulis hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

Secara khusus penulis ingin mengucapakan rasa hormat dan terimakasih yang tak terhingga kepada ibunda tersayang dan ayahanda tercinta serta kakanda tersayang yang selama ini, telah memberikan dorongan moril dan materil serta nasehat-nasehat selama penulis menjalani penulisan tugas akhir ini.


(5)

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini dan penyajian yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua serta menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca mau pun penulis.

Medan, Juli 2012 Penulis,

Edi Suheri NIM 092410050


(6)

PENENTUAN KADAR KOTORAN PADA CPO (Crude Palm Oil) DENGAN METODE GRAVIMETRI DI PTPN IV UNIT USAHA ADOLINA

ABSTRAK

Kelapa sawit (Elaseisguineneesisjacg) merupakan tumbuhan penghasil minyak, yang dapat menghasilkan dua jenis minyak, yakni: CPO (Crude PalmOil) yang diekstraksi dari daging buah kelapa sawit dan PKO (Palm Kernel Oil) yang diekstraksi dari inti biji kelapa sawit. Dalam proses tertentu minyak CPO dapat digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan industri nonpangan seperti minyak goreng, margarin, pasta gigi, detergen, sabun, kosmetik, tinta dan cat. Penentuan kadar kotoran pada CPO bertujuan untuk mengetahui apakah kadar kotoran yang terdapat pada minyak CPO telah memenuhi persyaratan standar mutu pabrik dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Uji penentuan kadar kotoran pada CPO yang diproduksi oleh pabrik kelapa sawit PTPN IV Unit Usaha Adolina dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan kertas saring GF sebagai penyaring dan n-heksan sebagai pelarut. Dari beberapa uji yang dilakukan, CPO mengandung kotoran dengan kadar 0,0183%, 0,0192% dan 0,0183%. Dari hasil uji yang diperoleh, kadar kotoran pada minyak CPO masih dalam persyaratan standar mutu pabrik maupun standar mutu SNI, yaitu kadar kotoran tidak lebih dari 0,020% dan persyaratan SNI 01-2901-2006 yaitu tidak lebih dari 0,050%.

Kata kunci: kadarkotoran, CPO (Crude Palm Oil) gravimetri, PTPN IV Unit Usaha Adolina


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ………... i

LEMBAR PENGESAHAN ……… ii

KATA PENGANTAR ……… iii

ABSTRAK ………. vi

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR LAMPIRAN ………... ix

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1Latar Belakang ………. 1

1.2Tujuan ………... 3

1.3Manfaat ………. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 4

2.1 Tanaman Kelapa Sawit ………. 4

2.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit ………. 5

2.1.1 Bagian Vegetatif ………... 5

2.2.2 Bagian Generatif ……….. 7

2.3 Varietas (Jenis Kelapa Sawit) ………... 8

2.3.1 Pembagian Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah ……… 8

2.3.2 Pembagian Varietas Berdasarkan Kulit Buah ... 10

2.4 Minyak Kelapa Sawit ……… 10

2.5 Komposisi Minyak Kelapa Sawit ……….. 11


(8)

2.7 Mutu Minyak Kelapa Sawit ………. 13

2.8 Produk Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya ……….. 15

2.8.1 Manfaat Minyak untuk Industri Pangan ……… 15

2.8.2 Manfaat Minyak untuk Industri Nonpangan ………. 16

BAB III METODOLOGI ………... 19

3.1 Tempat Pengujian ……… 19

3.2 Alat dan Bahan ……… 19

3.2.1 Alat-Alat ……… 19

3.2.2 Bahan-Bahan ………. 19

3.3 Prosedur ……… 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 21

4.1 Hasil ……….. 21

4.2 Pembahasan ………. 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 23

5.1 Kesimpulan ……….. 23

5.2 Saran ……… 23

DAFTAR PUSTAKA ……… 24


(9)

DAFTAR LAMPIARAN

Penentuan Kadar Kotoran pada CPO (Crude Palm Oil) dengan


(10)

PENENTUAN KADAR KOTORAN PADA CPO (Crude Palm Oil) DENGAN METODE GRAVIMETRI DI PTPN IV UNIT USAHA ADOLINA

ABSTRAK

Kelapa sawit (Elaseisguineneesisjacg) merupakan tumbuhan penghasil minyak, yang dapat menghasilkan dua jenis minyak, yakni: CPO (Crude PalmOil) yang diekstraksi dari daging buah kelapa sawit dan PKO (Palm Kernel Oil) yang diekstraksi dari inti biji kelapa sawit. Dalam proses tertentu minyak CPO dapat digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan industri nonpangan seperti minyak goreng, margarin, pasta gigi, detergen, sabun, kosmetik, tinta dan cat. Penentuan kadar kotoran pada CPO bertujuan untuk mengetahui apakah kadar kotoran yang terdapat pada minyak CPO telah memenuhi persyaratan standar mutu pabrik dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Uji penentuan kadar kotoran pada CPO yang diproduksi oleh pabrik kelapa sawit PTPN IV Unit Usaha Adolina dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan kertas saring GF sebagai penyaring dan n-heksan sebagai pelarut. Dari beberapa uji yang dilakukan, CPO mengandung kotoran dengan kadar 0,0183%, 0,0192% dan 0,0183%. Dari hasil uji yang diperoleh, kadar kotoran pada minyak CPO masih dalam persyaratan standar mutu pabrik maupun standar mutu SNI, yaitu kadar kotoran tidak lebih dari 0,020% dan persyaratan SNI 01-2901-2006 yaitu tidak lebih dari 0,050%.

Kata kunci: kadarkotoran, CPO (Crude Palm Oil) gravimetri, PTPN IV Unit Usaha Adolina


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineneesis jacg) merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam family palmae dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian, tumbuhan ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Awal mulanya di Indonesia, kelapa sawit hanya sekedar berperan sebagai tanaman hias langka di Kebun Raya Bogor dan sebagai tanaman penghias jalanan dan pekarangan, itu terjadi mulai tahun 1848 hingga beberapa tahun sebelumnya. Tanaman kelapa sawit sebagai tanaman industri mulai di usahakan secara komersil di Indonesia sejak tahun 1911. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi iklim dan tanah wilayah di Indonesia cocok untuk perkembangan penanaman kelapa sawit (Tim Ps, 2000).

Bagi Negara konsumen terutama Negara yang telah maju, selalu menginginkan minyak sawit yang benar-benar bermutu. Permintaan tersebut cukup beralasan sebab minyak sawit tidak hanya digunakan dalam bahan baku dalam industri pangan saja, tetapi banyak industri nonpangan yang membutuhkan. Lagi pula, tidak semua pabrik kelapa sawit mempunyai teknologi dan intalansi yang lengkap, terutama yang berkaitan dengan proses pengolahan minyak kelapa sawit tersebut (Iyun Pahan, 2006).

Indonesia termasuk pengekspor minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia dan terus bertambah setiap tahunnya, akan menjadi eksportir CPO terbesar


(12)

di dunia, oleh karena itu CPO merupakan bahan komoditi yang potensial dan pada saat ini (Basyar, 1999).

Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau Crude Palm Oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO dan PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik dan sebagai bahan bakar alternatif (minyak diesel).

Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Karena itu, sebagai negara tropis yang masih memiliki lahan yang cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal asing maupun skala perkebunan rakyat (Sastrosayono, 1997).

Kadar kotoran yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan harga CPO, ini di karenakan masih adanya logam-logam atau zat-zat pengotor sehingga mengakibatkan ketidak murnian CPO tersebut, maka tugas ini yang berjudul “Penentuan Kadar Kotoran pada CPO (Crude Palm Oil) dengan Metode Gravimetri di PTPN IV Unit Usaha Adolina“. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina, Perbaungan.


(13)

Analisis penentuan kadar kotoran pada minyak CPO dilakukan dengan metode gravimetri, karena analisis gravimetri adalah proses yang sederhana, penyiapan sampelnya mudah dan tidak membutuhkan biaya yang banyak.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penentuan kadar kotoran pada CPO (Crude Palm Oil) adalah untuk mengetahui apakah kadar kotoran yang terdapat pada CPO telah memenuhi standar mutu pabrik dan memenuhi persyaratanmutu SNI 01-2901-2006.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penentuan kadar kotoran pada CPO adalah agar dapat mengetahui kualitas CPO yang memenuhi standar mutu pabrik maupun SNI, sehingga produk-produk olahan dari bahan tersebut memiliki mutu yang baik dan daya jual yang tinggi.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan penamaan dari Nama Elais guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763. Berdasarkan pengamatan pohon-pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Afrika).

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon yang tingginya mencapai 25 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak, Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat, daging dan kulit buahnya melindungi minyak.

Taksonomi kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Tracheophyta

Kelas : Angiospermae

Bangsa (Ordo) : Spadiciflorae (Arecales) Suku (Familia) : Palmae (Arecaceae) Marga (Genus) : Elaeis


(15)

Tanaman kelapa sawit secara umum tumbuh rata-rata 20-25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda, hal ini di karenakan kelapa sawit tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit berbuah pada usia 4-6 tahun dan pada usia 7-10 tahun sebagai periode matang (the mature periode), dimana pada periode tersebut mulai mengalami buah tandan segar (Fresh fruit bunch). Tanaman kelapa sawit pada usia 11-20 tahun mulai mengalami penurunan produksi buah tandan segar dan terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit akan mati (Suyatno, 1994).

2.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Morfologi tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembang biakan yang terdiri dari bunga dan buah.

2.2.1 Bagian vegetatif a. Akar

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai menyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Selain itu, sebagai panyangga berdirinya tanaman sehingga mampu menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter hingga tanaman berumur 25 tahun. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna putih atau kekuningan.


(16)

Tanaman kelapa sawit berakar serabut dan perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisaan atas atau ke tempat yang banyak mengandung unsur hara.

b. Batang

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Batang kelapa sawit berbentuk selinder dengan diameter 20-75 cm. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi batang bertambah 25-45 cm/tahun. Jika kondisi lingkungan sesuai tinggi batang sampai mencapai 100 cm/tahun. Tinggi maksimum tanaman perkebunan antara 15-18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 m. Pertumbuhan batang tergantung pada jenis tanaman, kesuburan tanah dan iklim setempat.

c. Daun

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9 m. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga mangkin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat melakukannya


(17)

Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktifitas tanaman. Semangkin luas permukaan atau semangkin banyak jumlah daun maka produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik.

2.2.2 Bagian Generatif a. Bunga

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga terdiri dari batang poros dan cabang-cabang meruncing yang di sebut spikelet. Jumlah spikelet dalam rangkaian dapat mencapai 200 buah. Batang poros bunga jantan lebih panjang dibandingkan bunga betina, tetapi jumlah spikeletnya hampir sama.

b. Buah

Buah disebut juga fruktus. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun, jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tananaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun.

Secara anatomi, bagian-bagian buah tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:

1. Perikaprium, terdiri dari:


(18)

b. Mesokarpium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak CPO (Crude Palm Oil).

2. Biji, mempunyai bagian yaitu:

a. Endokarprium yaitu kulit biji atau tempurung yang berwarna hitam dan keras.

b. Endosperm yaitu daging buah (inti atau kernel) yang merupakan penghasil minyak inti sawit PKO (Palm Kernel Oil).

c. Lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman. (Tim PS, 2002).

2.3 Varietas (Jenis Kelapa Sawit)

Ada beberapa varietias tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.

2.3.1 Pembagian Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal tiga varietas kelapa sawit, yaitu:


(19)

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persantase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan sampai tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis Pisifera tidak bisa diperbanyak tanpa menyilangkan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase ini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat ini. Tempurung yang tipis dengan ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada Dura, Tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil (Tim Ps, 2000).


(20)

3.2.2 PembagianVarietasBerdasarkanWarna Kulit Buah

Ada 3 varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna kulitnya. Varietas-Varietas tersebut antara lain:

1. Nigrescens

Warna buah lembayung atau violet sampai hitam waktu muda dan berubah menjadi kuning atau orange sesudah matang.

2. Virescens

Warna buah hijau ketika muda dan berubah menjadi merah kekuningan sesudah matang.

3. Albescens

Buah keputih-putihan ketika muda dan berubah menjadi kekuning-kuningan sesudah matang (Donald, 2003).

2.4 Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak, yakni: minyak kelapa sawit mentah CPO (Crude Palm Oil) yang diekstraksi dari mesokrap buah kelapa sawit dan minyak inti sawit PKO (Palm Kernel Oil) yang diektraksi dari biji atau inti kelapa sawit.

Minyak CPO adalah minyak kelapa sawit yang diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit, melalui ekstraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk semi solid pada suhu ruang yang disebabkan oleh kandungan asam lemak jenuh yang tinggi. Dengan adanya


(21)

dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan maupun nonpangan (Naibaho, 1988).

2.5 Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit tersusun atas lemak dan minyak alam yang terdiri atas trigliserida, digliserida dan monogliserida, asam lemak bebas, pengotor dan komponen-komponen minor bukan minyak/lemak yang secara umum disebut dengan senyawa yang tidak dapat disabunkan (sekjen deperindag, 2007).

Tabel 2.1. Asam lemak (fatty acid) dari minyak CPO kelapa sawit. Kadar Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit CPO

Tipe Asam Lemak Karakteria Lemak Presentase Palmiat C 16 Lemak Jenuh 44,3%

Stearat C 18 Lemak Jenuh 4,6%

Myristat C 14 Lemak Jenuh 1,0%

Oleat C 18 Lemak tidak Jenuh 38,7%

Linoleat C 18 Banyak Lemak Tidak Jenuh 10,5%

Lainnya - 0,9% Sumber: depperindag

Disamping komponen utama penyusun minyak kelapa sawit berupa asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh, juga terdapat komponen minor yang terdapat pada minyak kelapa sawit dalam jumlah kecil. Minyak kelapa sawit


(22)

mengandung sekitar 1% komponen minor diantaranya: karoten, vitamin E (tokoferol dan tokotrienol), sterol, posfolipid, glikolipid, terpen dan hidrokarbon alifatik. Kegunaan yang terpenting dari karoten dan vitamin E adalah memberikan kontribusi sifat fisiolagis yang penting bagi tubuh (Choo Yuen, 1994).

Tabel 2.2. Komponen minor dari minyak kelapa sawit CPO

No Senyawa Konsentrasi (ppm)

1 Karotenoid 500-700

2 Tokoperol dan Tokotrienol 600-1.000

3 Sterol 326-527

4 Phospholipid 5-130

5 Triterpen Alkohol 40-80

6 Metil Sterol 40-80

7 Squalen 200-500

8 Alkohol Alifatik 100-200

9 Hidrokarbon Alifatik 50

Sumber: (Choo Yuen, 1994)

2.6 Pengotoran Minyak

Kadar pengotor dan zat terlarut adalah bahan asing yang tidak larut dalam pelarut yang telah ditetapkan (n-heksan, selsol, dietylether) di bawah kondisi pengujian tertentu. Pengotor yang tidak terlarut dinyatakan sebagai persen zat pengotor tehadap minyak atau lemak.

Kotoran yang terdapat pada minyak terdiri dari tiga golongan, yaitu: 1. Kotoran yang tidak larut dalam minyak (fat insoluble dan terdispersi dalam minyak)


(23)

dan Ca, serta air dalam jumlah kecil.

2. Kotoran yang berbentuk suspensi koloid dalam minyak

Kotoran ini terdiri dari fosfolipid, karbohidrat senyawa yang mengandung nitrogen dan senyawa kompleks lainnya.

3. Kotoran yang terlarut dalam minyak (Fat soluble campound)

Kotoran yang termasuk dalam golongan ini terdiri dari asam lemak bebas, sterol, hidrokarbon, monogliserida dan digliserida yang dihasilkan dari hasil hidrolisa trigliserida, zat warna yang terdiri dari proses oksidasi dan dekomposisi minyak yang terdiri dari keton, aldehid dan resin serta zat lain yang belum teridentifikasi (ketaren, 2000).

2.7 Mutu Minyak Kelapa Sawit

Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pengertian pertama, minyak benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Pengertian Kedua, yaitu pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran kadar. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan maupun industri nonpanagan masing-masing berbeda-beda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Dari faktor-faktor tersebut dapat juga di


(24)

dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan (sekjen deperindag, 2007).

Minyak CPO atau minyak mentah kelapa sawit yang baik adalah minyak dengan kadar ALB, air dan bahan-bahan kotoran lainnya yang rendah. Minyak sawit mantah CPO harus memenuhi standar mutu SNI dengan persyaratan: ALB maksimal 5,0%, kadar air maksimal 0,450%, kadar kotoran maksimal 0,050%. Standar mutu pabrik maupun Standar Nasional Indonesia (SNI) haruslah lebih baik dari pada standar mutu internasional karena semangkin baik mutu yang dihasilkan pabrik, maka akan memberikan kemungkinan lebih baik pula jika minyak tersebut akan diekspor dan sesampainya di tempat negara pengimpor (Anonim, 2012).

Data yang dikumpulkan adalah data-data standar mutu CPO di pabrik PTPN IV Kebun Adolina dan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2006 yang tertera pada tabel 2.3 dan tabel 2.4.

Tabel 2.3.Standar Mutu Minyak CPO PTPN IV Kebun Adolina.

No Parameter Mutu Minyak Norma (%)

1 2 3

ALB (Asam Lemak Bebas) Kadar Air

Kadar Kotoran

3,00 0,150 0,020


(25)

Tabel 2.4. Standar Mutu Minyak CPO dalam SNI 01-2901-2006

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan Mutu 1

2

3

4

Warna

Kadar Air dan Kotoran -Kadar Air

-Kadar kotoran Asam lemak bebas (sebagai asam palmitat) Bilangan Yodium

-

%, fraksi masa %, fraksi masa %, fraksi masa %, fraksi masa

g Yodium/100 g

Jingga kemerah-merahan 0,5 maks 0,45 maks 0,05 maks 5,0 maks 50-55 Sumber: Badan Standarisasi Nasional (BSN)

2.8 Produk Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya

Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak mentah atau yang dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit PKO (Palm Kernel Oil). Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik dan industri farmasi.

2.8.1 Manfaat Minyak Sawit untuk Industri Pangan

Dewasa ini banyak pabrik pengolahan yang memproduksi minyak goreng dari kelapa sawit dengan kandungan kolesterol yang rendah. Sebagai bahan baku


(26)

untuk industri pangan, minyak kelapa sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter dan bahan-bahan untuk membuat kue.

Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan di bandingkan minyak goreng lain, yaitu kandungan karotennya yang diketahui berfungsi sebagai antikanker dan kandungan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Selain itu, kandungan asam linoleat dan linolenat yang rendah, sehingga minyak goreng ini memiliki kemantapan kalor yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi oleh karena itu, minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dengan minyak ini tidak cepat bau tengik (Tim Bina Karya Tani, 2009).

2.8.2 Manfaat Minyak Sawit untuk Industri Nonpangan

Minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di indusri-industri nonpangan, industri farmasi dan industri oleokimia (fatty acid, fatty alcohol dan glycerine). Produk nonpangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis untuk menghasilkan asam lemak, lemak alkohol, asam amina, metil ester dan gliserin.

a. Bahan Baku untuk Industri Farmasi

Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1%, antara lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, fosfolipida. Kandungan minor tersebut menjadikan minyak dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi. Di antara kandungan minor yang sangat berguna antara lain karoten dan tokoferol yang dapat mencegah kebutaan (defisiensi


(27)

untuk mencegah kanker, arterosklerosis dan memperlambat penuaan (Tim Ps, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian, karoten dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker paru-paru dan kanker payudara. Selain sebagai obat kanker, karoten juga merupakan sumber provitamin A yang cukup potensial. Karoten terdiri atas 36% α-karoten dan 54% β-karoten yang tersimpan dalam buah kelapa sawit. Beta karoten merupakan bahan pembentuk vitamin A (provitamin A) dalam proses metabolisme di dalam tubuh. Bentuk obat yang berasal dari β-karoten adalah kapsul dan sirup. Untuk menghasilkan β-karoten, dilakukan proses fraksinasi dan ekstraksi β-karoten, sehingga terpisah dari minyak kelapa sawit. Unsur tokoferol yang terkandung dalam minyak kelapa sawit dikenal sebagai antioksidan dan juga sebagai sumber vitamin E (Tim bina karya tani, 2009).

b. Bahan Baku untuk Oleokimia

Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk di antaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama minyak yang digolongkan dalam oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amina, metil ester, dan gliserin.

Asam lemak minyak sawit dapat dihasilkan dari proses hidrolisis. Asam lemak yang dihasilkan kemudian dihidrogenasi, lalu didestilasi dan selanjutnya difraksinasi sehingga dihasilkan asam lemak murni. Asam-asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan baku detergen, tinta, tektil, aspal dan perekat.

Lemak alkohol merupakan hasil lanjutan dari pengolahan asam lemak. Lemak alkohol dijadikan bahan dasar pembuatan detergen yang umumnya berasal


(28)

dari metil ester asam laurat. Minyak inti sawit yang kaya akan laurat merupakan bahan dasar pembuatan lemak alkohol.

Lemak amina yang juga sebagai hasil dari minyak sawit digunakan sebagai bahan dalam industri plastik dan sebagai pelumas. Metil ester yang dihasilkan melalui proses waterifikasi pada lemak merupakan hasil antara asam lemak pada pembuatan lemak alkohol. Metil ester dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.

Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak. Gliserin terutama digunakan dalam industri, antara lain sebagai bahan pelarut shampo, obat kumur dan pasta gigi. Selain itu gliserin berfungsi sebagai bahan pada industri permen karet, minyak pelicin, cat dan sabun (Tim bina karya tani, 2009).


(29)

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat Pengujian

Penentuan kadar kotoran pada CPO (Crude Palm Oil) dilakukan di ruang laboratorium yang terdapat di pabrik kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina yang beralamat di Jl. Lintas Sumatera, Perbaungan.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan Goch Filter porselin, Filtering flask, Water jet, kertas saring GF, Washing Bottle plastik, beaker gelas 150 ml, tangkai pengaduk, Neraca Analit 4 desimal, Oven, dapur penangas dan Desikator.

3.2.2 Bahan-bahan

N-heksan, aquadest, minyak CPO (Crude Palm Oil)

3.3 Prosedur

Prosedur yang digunakan adalah prosedur yang diterapkan di laboratorium pabrik kelapa sawit PTPN IV Unit Usaha Adolina, Perbaungan.

Panaskan contoh minyak ±450 C di atas dapur penangas selama 15 menit, kemudian kocok hingga merata, kemudian timbang teliti 10-15 gram ke dalam beaker gelas 150 ml, kemudian tempatkan kertas saring GF ke dalam Goch filter porselin dan siram dengan n-heksan secukupnya, setelah n-heksan habis,


(30)

masukkan Goch filter ke dalam desikator dan timbang beratnya, setelah ditimbang, tempatkan Goch filter yang telah berisi kertas saring GF pada mulut Filtering flask yang dihubungkan dengan selang water jet, masukkan contoh minyak ke dalam Goch filter dan encerkan dengan pelarut n-heksan, jalankan alat Water jet untuk membantu mempercepat penyaringan, kemudian bilas beaker gelas dan Goch filter dengan n-heksan dan washing bottle sehingga semua minyak tersaring ke dalam filtering flask dan lalu keluarkan Goch filter dalam mulut Filtering flask dan masukkan ke dalam oven 1050C -1100C selama satu jam, kemudian dinginkan di desikator dan timbang hingga berat konstan. Kadar kotoran pada CPO dapat dihitung dengan rumus:

Kadar kotoran = �1−�2

× 100%

Keterangan:

W : Berat sampel (g)

W1 : Berat Goch dan kertas saring setelah penyaringan (g)

W2 : Berat Goch dan kertas saring sebelum penyaringan/kosong (g)

Catatan:

Ada baiknya gunakan sampel hasil penentuan kadar air untuk penentuan kadar


(31)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengujian penentuan kadar kotoran pada CPO (Crude Palm Oil) yang dilakukan secara metode gravimetri, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Data hasil analisa kadar kotoran

Pengujian

Berat Sampel (g)

Berat Goch Dan kertas Saring Sebelum penyaringan (Kosong) (g)

Berat Goch Dan Kertas Saring Setelah penyaringan(g) Berat Kotoran (g) Kadar Kotoran (%) 1

14,8869 34,7130 34,7158 0,0028 0,0188 14,7288 34,9128 34,9154 0,0026 0,0176 14,5342 34,8120 34,8147 0,0027 0,0185 Rata-rata kadar kotoran = 0,0183%

2

14,1282 34,7032 34,7060 0,0028 0,0198 14,2374 34,7525 34,7552 0,0027 0,0189 14,6557 34,8980 34,9008 0,0028 0,0191 Rata-rata kadar kotoran = 0,0192%

3

13,9214 34,8223 34,8247 0,0024 0,0172 13,8720 34,7525 34,7551 0,0026 0,0187 13,6235 34,6128 34,6154 0,0026 0,0190 Rata-rata kadar kotoran = 0,0183%


(32)

4.2 Pembahasan

Pada percobaan penentuan kadar kotoran pada CPO (Crude Palm Oil) secara gravimetri, diketahui bahwa CPO yang diuji mengandung kotoran dengan kadar 0,0183%, 0,0192% dan 0,0183%. Contoh perhitungan hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran.

CPO yang diuji memenuhi persyaratan, karena dari analisa laboratorium menurut persyaratan standar mutu pabrik kadar kotoran yang diperbolehkan adalah tidak lebih dari maksimal 0,020% dan kadar kotoran yang sesuai dengan standar mutu SNI 01-2901-2006 yang diperbolehkan adalah tidak lebih dari maksimal 0,050%.

Dengan dilakukannya analisa diatas, di dapatkan kadar kotoran yang berbeda-beda, ini disebabkan karena kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran besar memang bisa disaring dalam proses pengolahan, akan tetapi kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa tersaring, hanya melayang-layang didalam minyak sawit, sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit atau sedikit lebih berat dengan kekentalannya. Oleh sebab itu hasil data dari penentuan kadar kotoran berbeda-beda dan untuk menjaga kemurnian dari pengotoran pada minyak CPO maka dari itu, analisa ini sangat penting untuk menentukan kualitas mutu CPO sebelum dipasarkan sehingga memiliki daya jual yang tinggi (ketaren, 2000).


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan penentuan kadar kotoran pada CPO (Crude Palm Oil) dengan metode gravimetri di PTPN IV Unit usaha Adolina, diketahui bahwa pengotoran pada minyak CPO yang diuji, mengandung kotoran dengan kadar 0,0183%, 0,0192% dan 0,0183%. Hasil ini berarti CPO (Crude Palm oil) yang diuji telah memenuhi persyaratan standar mutu pabrik dan memenuhi persyaratan SNI, dengan persyaratan kadar kotoran tidak lebih dari maksimal 0,020% dan memenuhi persyaratan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2901-2006) dengan kadar kotoran tidak lebih dari maksimal 0,050%.

5.2 Saran

Sebaiknya agar melakukan analisa terhadap minyak sawit CPO (Crude Palm Oil) dengan metode dan parameter lain yang juga sama-sama melakukan penentuan kadar kotoran pada minyak CPO, yang lain untuk membandingkan metode mana yang lebih baik untuk digunakan.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Analisis Konsistensi mutu dan Rendamen Crude Palm Oil. Available from

Anonim. (2007). Gambaran Sekilas Industri Kelapa Sawit. Available from:

BSN. (2006). SNI (Standar Nasional Indonesia) Mutu CPO (Crude Palm Oil). Available from Tanggal akses 30 Mei 2012.

Basyar, Hakim A., (1999), Perkebunan Besar kelapa sawit, Blunder ketiga kebijakan sector kehutanan. Pustaka Pelajar Offset. Hal. 38

Iyun, Pahan. (2006). Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen agrobisnis dari Hulu ke Hilir. Cetakan pertama, Penebar Swadaya, Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Hal. 3-5

Ketaren, S., (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 203-205

May, Choo Yuen.(1994). Palm Oil Carotenoids Food and Nutrition Bulletin. Bandung: PT. Dyarma Sakti. Hal. 28

Naibaho. (1988). Pemisahan karotena (Provitamin A) Minyak Sawit dengan Metode Adsorpsi, Disertasi S-3.FPS. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hal. 24

PT. Perkebunan Nusantara Unit Usaha Adolina. (2012). Standar Mutu CPO (Crude Palm Oil). Perbaungan.

Sastrosayono, MP. (1997). Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta selatan: PT. Agro- Media. Hal. 3

Siahaan, Donal. (2003). Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. PPKS, Medan. Hal. 5

Suyatno, R., (1994). Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produksi Kelapa Sawit. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 2-4


(35)

Tim Bina Karya tani. (2009). Pedoman Bertanam Kelapa sawit. Bandung: CV. Yrama Widya. Hal. 17-19

Tim Ps. (2000). Usaha Budidaya, Pemanfatan Hasil Dan Aspek Pemasaran. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Hal. 41-42

Tim Ps. (2002). Budidaya, Pemanfatan Hasil dan Limbah, Analisa Usaha dan Pemasaran. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Hal. 25-32


(36)

Lampiran

Penentuan Kadar Kotoran pada CPO (Crude Palm Oil) dengan Metode Gravimetri di PTPN IV Unit Usaha Adolina

Nama contoh : Minyak CPO (Crude Palm Oil)

Pabrik : PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina Bentuk : Cair

Warna : Jingga kemerah-merahan Rasa : Normal (Tidak berasa) Bau : Berbau minyak

Pengujian 1

Perlakuan 1

Berat sampel (minyak CPO) = 14,8869 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,7130 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,7158 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran= (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,7158 – 34,7130 x 100% 14,8869


(37)

Perlakuan 2

Berat sampel (minyak CPO) = 14,7288 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,9128 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,9154 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,9154 – 34,9128 x 100% 14,7288

= 0,0176%

Perlakuan 3

Berat sampel (minyak CPO) = 14,5324 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,8120 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,8147 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,8147 – 34,8120 x 100% 14,5324

= 0,0185 %

Rata-rata kadar kotoran = 0,0188% + 0,0176% + 0,0185% = 0,0183 % 3


(38)

Pengujian2

Perlakuan 1

Berat sampel (minyak CPO) = 14,1282 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,7032 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,7060 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,7060 – 34,7032 x 100% 14,1282

= 0,0198%

Perlakuan 2

Berat sampel (minyak CPO) = 14,2374 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,6525 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,6552 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W


(39)

= 34,6552 – 34,6525 x 100% 14,2374

= 0,0189%

Perlakuan 3

Berat sampel (minyak CPO) = 14,6557 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,8980 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,9008 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,9008 – 34,8980 x 100% 14,6557

= 0,0191 %

Rata-rata kadar kotoran= 0,0198% + 0,0189% + 0,0191% = 0,0192 % 3

Pengujian3

Perlakuan 1

Berat sampel (minyak CPO) = 13,9241 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,8223 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan =34,8247 gram


(40)

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,8247 – 34,8223 x 100% 13,9214

= 0,0172%

Perlakuan 2

Berat sampel (minyak CPO) = 13,8720 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,7525 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,7551 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran= (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,7551 – 34,7525 x 100% 13,8720

= 0,0187%

Perlakuan 3

Berat sampel (minyak CPO) = 13,6235 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,6128 gram


(41)

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,6154 – 34,6128 x 100% 14,5324

= 0,0190 %

Rata-rata kadar kotoran = 0,0172% + 0,0187% + 0,0190% = 0,0183 % 3


(1)

Lampiran

Penentuan Kadar Kotoran pada CPO (Crude Palm Oil) dengan Metode Gravimetri di PTPN IV Unit Usaha Adolina

Nama contoh : Minyak CPO (Crude Palm Oil)

Pabrik : PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina Bentuk : Cair

Warna : Jingga kemerah-merahan Rasa : Normal (Tidak berasa)

Bau : Berbau minyak

Pengujian 1

Perlakuan 1

Berat sampel (minyak CPO) = 14,8869 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,7130 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,7158 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran= (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,7158 – 34,7130 x 100% 14,8869


(2)

Perlakuan 2

Berat sampel (minyak CPO) = 14,7288 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,9128 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,9154 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,9154 – 34,9128 x 100% 14,7288

= 0,0176%

Perlakuan 3

Berat sampel (minyak CPO) = 14,5324 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,8120 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,8147 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,8147 – 34,8120 x 100% 14,5324

= 0,0185 %

Rata-rata kadar kotoran = 0,0188% + 0,0176% + 0,0185% = 0,0183 % 3


(3)

Pengujian2

Perlakuan 1

Berat sampel (minyak CPO) = 14,1282 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,7032 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,7060 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,7060 – 34,7032 x 100% 14,1282

= 0,0198%

Perlakuan 2

Berat sampel (minyak CPO) = 14,2374 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,6525 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,6552 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W


(4)

= 34,6552 – 34,6525 x 100% 14,2374

= 0,0189%

Perlakuan 3

Berat sampel (minyak CPO) = 14,6557 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,8980 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,9008 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,9008 – 34,8980 x 100% 14,6557

= 0,0191 %

Rata-rata kadar kotoran= 0,0198% + 0,0189% + 0,0191% = 0,0192 % 3

Pengujian3

Perlakuan 1

Berat sampel (minyak CPO) = 13,9241 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,8223 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan =34,8247 gram


(5)

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,8247 – 34,8223 x 100% 13,9214

= 0,0172%

Perlakuan 2

Berat sampel (minyak CPO) = 13,8720 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,7525 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,7551 gram

Perhitungan :

Kadar kotoran= (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,7551 – 34,7525 x 100% 13,8720

= 0,0187%

Perlakuan 3

Berat sampel (minyak CPO) = 13,6235 gram Berat kertas saring dan Goch sebelum penyaringan (kosong) = 34,6128 gram Berat kertas saring dan Goch setelah penyaringan = 34,6154 gram


(6)

Perhitungan :

Kadar kotoran = (W1 – W2 ) × 100% W

= 34,6154 – 34,6128 x 100% 14,5324

= 0,0190 %

Rata-rata kadar kotoran = 0,0172% + 0,0187% + 0,0190% = 0,0183 % 3