Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil perikanan terbesar di dunia dan nilai ekspor produk perikanan Indonesia di pasar dunia pada tahun 2006 menduduki peringkat 10 dengan pasar ekspor utamanya adalah Amerika, Uni Eropa dan Jepang dengan peningkatan jumlah produksi rata-rata dalam lima tahun terakhir sebesar 8,28 . Sampai saat ini, produksi perikanan Indonesia berasal dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Hasil produksi sektor perikanan dari budidaya sekitar 4,9 juta ton dari total produksi 8 juta ton pada tahun 2007 dan hampir separuhnya berasal dari hasil budidaya air tawar. Walaupun demikian, masih dijumpai beberapa permasalahan yang terkait dengan proses industrialisasi sektor ini, diantaranya ketidakstabilan kualitas dan kuantitas larva ikan yang dihasilkan lewat proses pembibitan larvikultur di tempat pembenihan ikan DKP, 2007. Haris 1983 menyatakan bahwa permasalahan yang sering ditemui dalam pembenihan ikan adalah tingginya tingkat kematian dari larva ikan, hal ini disebabkan karena kekurangan makanan pada saat kritis, yaitu pada masa penggantian dari makanan kuning telur ke makanan lain. Untuk mengatasi tingginya kematian ikan pada stadia larva ini perlu disediakan makanan, dimana makanan yang diberikan harus memenuhi beberapa syarat yaitu: ukuran makanan yang diberikan lebih kecil dari bukaan mulut benih ikan tersebut, kualitas yang baik, terdapat dalam jumlah banyak, makanan harus bergerak aktif karena larva pada stadia awal masih relatif pasif serta mudah diperoleh, selanjutnya dijelaskan bahwa makanan alami bagi larva ikan yang terbaik makanan awal setelah pergantian makanan dari kuning telur adalah Rotifera, diantaranya dari genus Brachionus. Universitas Sumatera Utara Menurut Mujiman 1998 agar benih ikan yang dipelihara dapat tumbuh sehat dan bertahan hidup hingga dewasa harus diberi pakan alami. Isnansetyo Kurniastuty 1995 menegaskan bahwa peranan pakan alami dalam usaha pembenihan ikan belum dapat digantikan sepenuhnya oleh pakan-pakan buatan. Selanjutnya Dahril 1996 juga menjelaskan bahwa salah satu jenis pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha budidaya ikan adalah Brachionus plicatilis. Brachionus plicatilis merupakan makanan paling tepat bagi larva ikan, karena memenuhi syarat sebagai jasad pakan, diantaranya adalah elastiskenyal, bergizi, dapat dicerna dengan baik, terapung atau tersuspensi dan pergerakannya lambat Woynarovi ch Hovart, 1980. Selanjutnya Yunus et al. 1996 menjelaskan bahwa Brachionus plicatilis mempunyai laju perkembangbiakan yang cukup tinggi. Kemudian Landau 1992 dan Dahril 1996 menyatakan bahwa Brachionus plicatilis mempunyai siklus hidup yang pendek, makanannya sederhana, mudah diperoleh, yaitu jasad renik yang berasal dari kotoran ternak. Menurut Sutejo 1995, kotoran ternak pada umumnya mengandung unsur hara yang lengkap diantaranya adalah unsur nitrogen dan phosfor dimana kedua unsur ini merupakan unsur hara essensial untuk pertumbuhan fitoplankton. Selain menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, untuk meningkatkan produksi pakan alami juga dapat digunakan pupuk anorganik seperti Triple Superphospat TSP, Urea, Kalium Chlorida KCl. TSP merupakan sumber phospat yang murah dan tersedia di pasar dalam jumlah yang banyak, begitu juga untuk Urea sebagai sumber nitrogen Shasmand, 1986. Selain itu, Suriawan 2004 menyatakan bahwa Pengayaan enrichment rotifera dapat dilakukan dengan penambahan emulsion scot, selco atau vitamin B atau C powder . Selanjutnya Kurmaly Guo 1996 menyatakan bahwa vitamin C asam askorbat berfungsi mempengaruhi imunitas, pertumbuhan dan resistensi Rotifera terhadap penyakit jika ditambahkan ke medianya. Sebagai negeri yang memiliki biodiversitas yang tinggi, Indonesia memiliki sumber pakan alami yang beragam, salah satunya adalah Brachionus plicatilis. Pemberian Brachionus plicatilis atau jenis zooplankton lain sebagai pakan ikan dikenal dengan sebutan pakan hidup atau live feed. Namun sampai kini belum ada Universitas Sumatera Utara cara pembudidayaan Brachionus plicatilis agar dapat tumbuh dan berkembang biak dengan optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan pakan ikan. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul “Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP”

1.2 Permasalahan

Dokumen yang terkait

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

3 62 57

Pengaru Pemberian Beberapa Variasi Pupuk TSP Pada Komposisi Media Kotoran Ayam Dengan Pupuk Urea Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brochionus Plicatilis)

1 71 50

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis Dengan Penambahan Vitamin B1 Pada Media Cakap

0 35 53

Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus Plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti

3 34 60

Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan

0 24 60

Pengaruh Dosis alfa-Tokoferol yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis

0 3 160

PENGARUH SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA Brachionus plicatilis O.F MULLER | Rukka | MEDIA LITBANG SULTENG 103 347 1 PB

0 0 4

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Brachionus plicatilis O. F. Muller - Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

0 1 7

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

0 0 12