Menurut Dahril 1996 fitoplankton secara umum dapat mempengaruhi pertumbuhan Rotifera, karena dengan meningkatnya jumlah fitoplankton di suatu
perairan maka akan meningkatkan pula pertumbuhan Rotifera Brachionus plicatilis tersebut. Unsur hara esensial yang harus ada di perairan dan merupakan faktor
pembatas untuk pertumbuhan fitoplankton adalah unsur phospat dan nitrogen Shasmand, 1986.
Berdasarkan kandungan unsur hara, pupuk urea dan TSP termasuk pupuk tunggal, karena hanya mengandung satu macam unsur hara. Urea hanya mengandung
N sedangkan TSP hanya mengandung P. Pupuk Urea dan TSP termasuk pupuk buatan pupuk anorganik yang berkadar hara tinggi Sutejo, 1995. Urea terbuat dari gas
amoniak dan gas asam arang yang mengandung zat N 46. TSP berupa bubuk berwarna abu-abu dan mengandung zat P 14-20 Lingga, 1995. Berikut
dicantumkan beberapa jenis pupuk nitrogen dan fosfor beserta kadar haranya.
Tabel 2.2 Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta Kadar Haranya Jenis Pupuk
Kadar N Kadar P
Zwavelzure ammoniak 20-21
- Urea
46 -
Chilisalpeter 14-16
- Natronsalpeter
16 Kalkammonsalpeter
20 -
Kalkstikastof 20-21
- Superposfat Enkel uperposfat ES
- 18-20
Dubble Superposfat DS -
36-40 Triple Superposfat TSP
- 48-54
Posfat Cirebon -
25-28 Fused Magnesium posfat EMP
- 19
Sumber: Lingga 1995
2.5 Peranan Vitamin C bagi Rotifera
Zat-zat gizi yang merupakan bagian terbesar dalam diet manusia maupun hewan adalah protein, karbohidrat dan lemak. Walaupun demikian, ada pula zat gizi lain yang
juga mempunyai peranan penting dalam fungsi sel tubuh. Zat tersebut tidak bisa
Universitas Sumatera Utara
disintesis oleh tubuh, berperan penting sehingga harus diberikan dari luar agar fungsi sel dalam tubuh dapat berjalan sehingga kesehatan dapat tercapai. Zat tersebut adalah
vitamin Prawirokusumo, 1991.
Vitamin dibutuhkan dalam jumlah sedikit, tetapi harus ada dalam pakan. Vitamin merupakan senyawa organik kompleks yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perawatan dan reproduksi. Ada sekitar empat vitamin larut lemak dan 11 vitamin larut air yang dibutuhkan oleh organisme akuatik. Beberapa fungsi vitamin larut dalam air
baik secara langsung maupun bentuk modifikasinya sebagai koenzim amino- transferase. Tidak ada vitamin larut dalam lemak yang diketahui berfungsi sebagai co-
enzim Isnansetyo Kurniastuty, 1995.
Marzuqi et al. 2001 menjelaskan bahwa vitamin dibutuhkan untuk pertum- buhan, pemeliharaan tubuh, dan reproduksi. Vitamin dibagi menjadi 2 bagian yaitu
vitamin yang larut dalam lemak A,D,E dan K dan vitamin yang larut didalam air yaitu riboflavin, thiamin, vitamin C dan lain-lain. Selanjutnya Grant et al 1989
menyatakan bahwa Vitamin C adalah antioksidan asam askorbat yang positif mempengaruhi sistem kekebalan tubuh ikan dan beberapa hewan akuatik
zooplankton. Vitamin C secara alami terjadi di lingkungan akuatik, dan ada data yang kuat dari para ilmuwan, bahwa dosis vitamin C memiliki banyak efek positif
pada kehidupan akuatik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Metode Penelitian
Penelitian: “Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP” dilaksanakan pada bulan Mei
2010 di Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen dengan analisis rancangan acak lengkap RAL non faktorial dengan 4 perlakuan media serta
6 ulangan. Perlakuan tersebut sebagai berikut :
M = tanpa penambahan Vitamin C kontrol
M
1
= Vitamin C 0,4 mg2 l M
2
= Vitamin C 0,8 mg2 l M
3
= Vitamin C 1,2 mg2 l
Keterangan : M0, M1, M2 dan M3 Media CAKAP = Media Campuran Kotoran Ayam, Pupuk Urea dan Pupuk TSP Sihombing, 2009
Komposisi media tersebut berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sihombing 2009. Pada penelitian yang telah dilakukan, diketahui
pertumbuhan tertinggi terdapat pada komposisi media yang terdiri dari 200 mg 2 l kotoran ayam + 4 mg 2 l Urea + 3 mg 2 l TSP. Berdasarkan hal tersebut maka
komposisi media di atas digunakan sebagai kontrol pada penelitian ini. Wanasuria 1993 mencatat bahwa pemberian tambahan vitamin C dengan cara pengayaan
dengan dosis 0,1 – 0,5 mg l pada media pengayaan rotifera dapat meningkatkan pertumbuhannya.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Persiapan Bahan Media Brachionus plicatilis