yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat.
Walaupun kita mengetahui persediaan menurut fungsinya, tetapi perlu kita ketahui bahwa persediaan itu sendiri merupakan fungsi cadangan dank arena itu
hendaknya harus dapat digunakan secara efesien.
4. Biaya-biaya Persediaan
Biaya-biaya yang timbul dari adanya persediaan meliputi : a.
Biaya Pemesanan ordering cost merupakan biaya-biaya penempatan dan penerimaan pesanan. Biaya-biaya pemesanan secara terperinci
meliputi adanya penghematan di dalam biaya angkutan, pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi, upah, biaya telephone, pengeluaransurat-
menyurat, biaya pengepakan dan penimbangan, biaya pemeriksaan inspeksi penerimaan, biaya pengiriman ke gudang, biaya hutang lancer,
dan sebagainya. b. Biaya perencanaan Persediaan set up cost merupakan biaya untuk
menyiapkan peralatan dan fasilitas sehingga mereka dapat digunakan untuk memproduksi komponen atau produk tertentu. Biaya-biaya ini
terdiri dari biaya mesin-mesin menganggur, biaya persiapan tenaga kerja langsung, biaya penjadwalan, biaya ekspedisi, dan sebagainya.
c. Biaya Penyimpanan carrying cost merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menyimpan persediaan. Termasuk didalamnya adalah asuransi, pajak persediaan, keusangan, biaya kesempatan dari dana-dana
Universitas Sumatera Utara
yang tersimpan dalam persediaan, biaya-biaya penanganan persediaan, dan biaya gudang.
Biaya pemesanan dan biaya perencanaan persediaan pada dasarnya sama, keduanya mewakili biaya-biaya yang timbul untuk
memperoleh persediaan. Perbedaan di antara mereka terletak pada kegiatan yang mendahului mengisi dan menempatkan pesanan dengan
perencanaan peralatan dan fasilitas. d. Biaya kekurangan persediaan stockout cost merupakan biaya-biaya
yang timbul karena tidak memiliki produk disaat ada permintaan oleh pelanggan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah
biaya kehilangan penjualan, kehilangan langganan, biaya pemesanan khusus, biaya ekspedisi, selisih harga, terganggunya operasi,
tambahanpengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya.
5. Tingkat Perputaran Persediaan Inventory Turnover
Pada perusahaan perdagangan, persediaan selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual. Tingkat perputaran persediaan selalu dalam perputaran,
yang selalu dibeli dan dijual. Tingkat perputaran persediaan dalam suatu periode tertentu dapat diketahui dengan cara sebagai berikut :
Tingkat perputaran persediaan = Harga Pokok PenjualanRata-rata persediaan. Sedangkan,
Rata-rata persediaan = persediaan awal tahun + persediaan akhir tahun : 2
Tinggi rendahnya tingkat perputaran persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam persediaan.
Universitas Sumatera Utara
Makin tinggi tingkat perputaran persediaannya, berarti makin cepat perputarannya. Hal ini berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam
persediaan, sehingga untuk memenuhi volume penjualan atau harga pokok penjualan tertentu dengan naiknya tingkat perputaran persediaannya dibutuhkan
modal yang lebih kecil. Apabila modal yang digunakan untuk membelanjai persediaan tersebut
adalah modal asing, maka kenaikan tingkat perputaran persediaan akan memperkecil beban bunganya dan apabila yang digunakan modal sendiri, maka
kelebihan modal tersebut dapat diinvestasikan pada aktiva lainnya yang lebih
efisien.
2.2. Sistem Persediaan 1. Pengertian Sistem Persediaan
Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus
dijaga, kapan persediaan harus di isi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumber
daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat. Ada dua sistem persediaan yang umum yaitu kuantitas pesana yang ekonomis
atau disebut juga economic order quantity,EOQ, modelQ, dan fixed order quantity dan model fixed time periop juga berarti periode system,periodic
review system,fixed order interval system, dan model P. perbedaan utama di antara keduanya adalah model fixed order quantity dipicu oleh kejadian
sedangkan model fixed time period dipicu oleh waktu.
Universitas Sumatera Utara
Model fixed order quantity menempatkan pesanan apabila terjadi kejadiaan tercapainya tingkat pemesanan kembali reorder point. Kejadiaan ini dapat
terjadi kapanpun juga, tergantung pada permintaan untuk bahan yang dipertimbangkan. Kebalikannya, model fixed time period menempatkan
pesananya pada akhir periode yang telah ditetapkan. Untuk menggunakan model fixed order quantity dimana pesanan ditempatkan apabila persediaan
yang ad turun titik pemesanan kembali, R., persediaan yang masih ada harus selalu di monitor. Model ini merupakan system perpetual yang menghendaki
bahwa setiap waktu ada pengambilan dari persediaan atau pun ada tambahan ke persediaan, catatan harus diperbaharui untuk memastikan titik pemesanan
kembali sudah atau belum terlampaui. Dalam model fixed time period menghitung persediaan hanya pada saat periode yang telah ditentukan
review period
Ada beberapa perbedaan antara kedua system itu: a.
model fixed time period mempunyai rata-rata persediaan yang besar karena itu harus mamberikan perlindungan terhadap kehabisan stock
selama satu periode yang telah ditetapkan ,T; sedangkan model fixed order quantity tidak ada periode yang telah ditetapkan.
b. Model fixed order quantity biasanya untuk bahan yang mahal karena
rata-rata persediaan yang rendah. c.
Model fixed oerder quantity lebih cocok untuk bahan yang penting.
Universitas Sumatera Utara
d. Model fixed oerder quantity menghendaki lebih banyak waktu karena
setiap pengurangan atau penambahan harus dicatat. Ada dua sistem persediaan yang umum yaitu yaitu kuantitas pesanan
yang ekonomis a.
Model kuantitas pesanan yang ekonomis atau disebut juga economic order quantity, EOQ, model Q, dan fixed order
quantity b.
Model fixed time period juga berarti periodic system, periodic review system, fixed order interval system, dan
model P
Perbedaan utama diantara keduanya adalah model fixed order quantity dipicu oleh kejadian, sedangkan model fixed time period
dipicu oleh waktu.
2. Kuantitas Pesanan Ekonomis Economc Order Quantiy-EOQ.
Kuantitas pesanan Ekonomis adalah ukuran pesanan yang meminimumkan jumlah biaya pemesanan serta biaya penyimpanan
persediaan. Dalam mengembangkan kebijakan persediaan, terdapat 2
pertanyaan pokok yang harus diperhatikan : a.
Berapa banyak yang harus dipesan atau diproduksi? b.
Kapan seharusnya pemesanan dilakukan atau kapan perencanaan persediaan dilakukan?
Universitas Sumatera Utara
Pertanyaan pertama tersebut di atas harus dijawab terlebih dahulu sebelum pertanyaan kedua dapat dijawab.
Asumsi Kuantitas Pesanan Ekonomis adalah : a.
Permintaan diketahui dengan pasti dan relatif konstan sepanjang waktu
b. Harga per unit produk adalah konstan
c. Biaya Penyimpanan per unit per tahun adalah konstan
d. Biaya pemesanan per pesanan adalah konstan
e. Waktu tunggu antara pesanan dilakukan dan penerimaan
pesanan adalah konstan f.
Tidak terjadi kekurangan barang atau “back orders”
Kuantitas pesanan ekonomis berusaha untuk memperkirakan titik yang spesifik, R, dimana pesanan akan
diletakan dan jumlah dari pesanan it, Q. Titik pesanan, R, selalu jumlah unit yang spesifik. Jumlah pesanan Q
ditempatkan ketika persediaan yang tersedia mencapai titik R. Posisi persediaan diartikan sebagai persediaan yang ada
di tangan ditambah persediaan yang sudah dipesan dikurangi jumlah order yang tidak terpenuhi.
Untuk menghitung jumlah yang dipesan digunakan rumus :
H DS
Q
opt
2
Untuk menghitung jumlah biaya tahunan :
Universitas Sumatera Utara
Jumlah biaya tahunan = Biaya pembelian tahunan + Biaya pemesanan tahunan + Biaya penyimpanan tahunan
Atau
TC=DC+ H
Q S
Q D
2
Dimanan : TC = Total Biaya Tahunan
D = Permintaan Tahunan C = Biaya per unit
Q = Jumlah yang dipesan jumlah optimum ini yang ditunjukan oleh economic order quantity-EOQ-atauQ
opt
S = Biaya penempatan pesanan R = Titik pemesanan kembali
L = Waktu
tunggulead time H = Biaya penyimpanan per unit dari rata-rata persediaan seringkali,
biaya penyimpanan ini dalam persentase dari biaya per bahan, seperti H=iC dimana I adalah persentase dari biaya penyimpanan
2.2.2.1.Titik Pemesanan Ulang Reorder Point
Titik pemesanan ulang merupakan titik waktu dimanan pesanan baru atau produksi baru harus dilakukan. Titik waktu ini
merupakan fungsi dari EOQ, waktu tunggu, dan tingkat dimana persediaan sudah habis. Waktu tunggu merupakan waktu yang
Universitas Sumatera Utara
diperlukan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis ketika suatu pesanan dilakukan atau ketika produksi dimulai.
Bila diasumsikan permintaan konstan dan waktu tunggu konstan, tidak memerlukan persediaan pengaman, R atau titik
pemesanan kembali dapat dirumuskan sebagai : R =
d
L Dimana :
d
= Rata-rata permintaan harian konstan L = Waktu tunggu dalam hari konstan
2.2.2.2.Potongan Harga
Kebanyakan supplier menawarkan insentif kepada pembeli dalam bentuk harga per unit yang lebih rendah untuk jumlah pembelian tertentu. Biasanya
discount atau potonggan akan diberikan pada jumlah pembelian yang besar.Pembeli yang melakukan pembelian dalam jumlah besar akan memperoleh
beberapa keuntungan antara lain harga per-unit yang lebih rendah, Biaya transportasi yang lebih rendah , Biaya pesan lebih rendah, terhindar dari
kemunggkinan kehabisan persediaan out of stock
Akan tetapi pembelian dalam jumlah besar bisa juga menimbulkan beberapa akibat yang merugikan seperti carrying cost menjadi lebih tinggi, persediaan
terlalu lama disimpan sehingga terancam kerusakan kualitas, perputaran persediaan menjadi lebih besar, dana yang dibutuhkan menjadi lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan dan kerugian seperti itu harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menerima tawaran discount dari supplier.
Dasar pertimbangkan yang bisa dipakai untuk memutuskan apakah perusahaan sebaiknya memanfaatkan tawaran discount atau tidak adalah total
biaya dalam setahun. Misalnya, Perusahaan apabila tidak ada tawaran pongan harga dari supplier
melakukan pembelian sebanyak 4x dalam setahun, dengan setiap kali beli sejumlah 400kg EOQ. Adanya tawaran discount dapat merubah kebijaksaan ini.
Perushaan memiliki kebutuhan setahun 1600 kg, ordering cost Rp. 100,- untuk setiap kali pesan dan carrying cost 20 dari nilai rata-rata.
Table 2.1. Potongan Harga Jumlah Pembelian kg
Potongan Harga Harga per kg Rp
1-499 0 Rp.10,- 500-999 2 Rp.9,8
1000-lebih 3 Rp.9,7
Dari data ini total incremental cost TIC pada berbagai alternative pembelian dapat dihitung pada table di bawah ini.
Table 2.2. Total Biaya Pada Berbagai Alternatif Pembelian Pembelian pada
EOQ, 400 kg Q1 Pembelian 500 kg Pembelian 1600 kg
Q2 harga Rp.9,8 Q3 harga Rp.9,7
Universitas Sumatera Utara
harga Rp. 10kg Pi kgPi kgPi
Pembelian setahun Pi x 1600 kg
Rp. 16.000,00 Rp. 15.680,00 Rp. 15.520,00
Ordering cost Rp. 100 x 1600:Q
Rp. 400,00 Rp. 320,00 Rp.100,00
Carrying cost 20 x 9QxHargaunit:2
Rp. 400,00 Rp. 490,00 Rp. 1.552,00
TIC Rp. 16.800,00
Rp. 16.490,00 Rp. 17.172,00
Perhitungan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a.
Jika perusahaan tidak membeli sebesar 400 kg pada setiap pembelian berarti perusahaan tidak memperoleh potongan harga, sehingga jumlah
biaya pembelian setahun = 1600 kg x Rp. 10,- = Rp.16.000,-. Dalam setahun berarti terjadi 4x pembelian sehingga ordering cost = 4 x Rp. 100,-
= Rp. 400,-. Sedangkan carrying cost = 20x400 kg x Rp. 10,-:2 = Rp. 400,-
b. Jika perusahaan akan membeli sebesar 500 kg pada setiap kali pembelian,
perusahaan akan memperoleh potongan harga sebesar 2 atau pada harga Rp. 9,8. Biaya pembelian setahun = 1600 kg x Rp. 9,8 = Rp. 15.680,-.
Dalam setahun berarti ada 3,2 kali pembelian. Ordering cost = 3,2 x Rp. 100,- = Rp. 320,-. Adapun carrying cost = 20 x 500 kg x Rp. 9,8:2 =
Rp. 490,-. c.
Jika pembelian sebesar 1.000 kg perusahaan akan memperoleh potongan harga sebesar 3 atau pada harga Rp. 9,7. Biaya pembelian setahun =
1600 kg x Rp. 9,7 = Rp. 15.520,-. Dalam setahun terjadi pembelian
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 1 kali. Ordering cost = 1x Rp. 100,-. Carrying cost = 20 x 1600 kg x Rp. 9,7:2 = Rp. 1.552,-.
Dari hasil perhitungan ini dapat dilihat bahwa pembelian sejumlah 500 kg dengan discount 2 lebih menguntungkan dari pada pembelian pada tingkat
400 kg atau 1600 kg.
2.2.2.3. Menetapkan Persediaan Pengaman
Persediaan Pengaman
safety stock merupakan persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan dalam menghadapi permintaan yang berfluktuasi. Jika
perusahaan menyimpan persediaan pengaman yang tidak mencukupi, maka interupsi serta kesemerawutan operasi dapat terjadi dan stockout bisa sering
timbul. Stok pengaman dalam jumlah yang ideal akan memperkecil kemungkinan terjadinya stockout dan biaya penyimpanan persediaan. Biaya tidak berwujud
yang diakibatkan oleh stockout sulit untuk diukur nilai dari hubungan baik dengan pelanggan dan penjualan yang tidak dapat dipenuhi.
Faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman adalah :
a. penggunaan bahan rata-rata
salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode tertentu , khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata
penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan karena setelah kita mengadakan pesanan penggantian, maka pemenuhan
kebutuhan atau permintaan dari langganan sebelum barang yang di pesan dating, harus dapat dipenuhi dari persediaan yang ada. Kebutuhan atau
Universitas Sumatera Utara
permintaan dari langganan biasanya turun naik variable dan tidak dapat diramalkan dengan penuh keyakinan. Oleh karena itu walaupun kita telah
meramalkan atau menaksir penggunaan untuk kebutuhan atau permintaan langgan, akan tetapi tetap ada resiko yang tidak dapat dihindarkan dari
persediaan yang telah ditetapkan sebelumnya atas taksiran tersebut habis sama sekali sebelum pergantian bahan barang dari pesanan datang . turun naiknya
penggunaan ini membutuhkan kita mencari metode untuk dapat memperkirakannya,seperti metode rata-rata hitung average mean.
Disamping rata-rata, perlu pula diketahui penyimpangan dari rata-rata tersebut, karena adanya penggunaan yang turun naik.
b. faktor waktu atau lead time
Didalam pengisian kembali persediaan terdapat suatu perbedaan waktu yang cukup lama antara saat mengadakan pesanan untuk penggatian
atau pengisiaan kembali persediaan dengan saat penerimaan barang-barang yang dipesan tersebut diterima dan di masukkan ke dalam persediaan.
Perbedaan waktu ini lah yang disebut “ lead time”. Jadi yang dimaksudkan dengan lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan
bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang di pesan tersebut dan diterima di gudang persediaan. Lamanya waktu tersebut tidaklah sama
antara satu pesanan dengan pesanan yang lain tetapi bervariasi. Oleh karena itu untuk suatu pesanan yang dilakukan lamanya waktu ini harus diperkirakan
atau ditaksir, walaupun resiko kesalahan masih tetap ada karena mungkin lebih besar atau kecil. Biasanya persediaan yang diadakan adalah untuk
Universitas Sumatera Utara
menutupi kebutuhan selama lead time yang diperkirakan. Akan tetapi apabila kedatangan bahan tersebut terlambat atau lead time yang terjadi lebih besar
dari pada yang diperkirakan. Maka persediaan yang ditetapkan semula tidak dapat memenuhi kebutuhan penggunaan.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya persediaan pengaman untuk menghadapi keterlambatan kedatangan bahan yang dapat menggakibatkan kemacetan
produksi.perkiraan atau penaksiran lead time dari suatu pesanan yang melakukan , biasanya dengan menggunakan rata-rata hitung dari lead time
dari beberapa kali pemesanan sebelumnya. Sedangkan resiko kesalahan dari perkiraan ini diatasi dengan menetapkan persediaan pengaman dapat
didasarkan atas deviasi standar dari lead time dari beberapa kali pemesanan sebelumnya tersebut atau dengan melihat kemungkinan probabilitas dari
adanya keterlambatan kedatagan bahan dari beberapa pesanan yang lalu. Ada beberapa cara untuk mengestimasi persediaan pengaman. Salah
satunya adalah dengan menetapkan kuantitas bahan yang digunakan dalam beberapa hari tertentu sebagai persediaan pengaman. Metode lainnya
mempertimbangkan fluktuasi di antara penggunaan harian maksimum dengan penggunaan rata-rata.
Persediaan pengaman di hitung sebagai berikut: Persediaan pengaman = penggunaan harian maksimum – penggunaan harian
rata-rata x waktu tunggu Dengan adanya persediaan pengaman, titik pemesanan ulang dapat dihitung
sebagai berkut:
Universitas Sumatera Utara
Titik pemesanan ulang = tingkat pemakaian rata-rata x waktu tunggu + persediaan penggaman
Metode lainnya lagi adalah dengan menghitung probabilitas terjadinya stock out pada berbagai tingkatan atau jumlah persediaan pengaman dan
menetukan perkiraan biaya stockout tahunan. Biaya tahunan untuk menyimpan persediaan pengaman ditambahkan ke dalam biaya ini. Total
biaya penyimpanan per tahun meningkat dengan bertambahnya tingkat persediaan pengaman,tetapi biaya stockout itu. Sasaranya adalah untuk
menentukan berapa jumlah persediaaan pengaman yang mengakibatkan biaya tahunan terendah.
Dalam menggunakan metode ini dipakai asumsi bahwa lead time adalah konstan dan seluruh barang yang dipesan diserahkan oleh supplier pada
suatu saat yang sama. Dengan asumsi ini, terjadinya stockout bukan disebabkan karena perubahan fluktuasi dari lead time atau penyerahan bahan
yang dipesan tidak pada saat yang sama,akan tetapi stockout terjadi karena adanya penambahan dalam permintaan atau penambahan dalam
penggunaan.Misalnya, sebuah perusahaan membutuhkan bahan tertentu sebanyak 3600 unit untuk keperluan produksinya. Pimpinan perusahaan telah
menetapkan atas dasar analisis jumlah pesanan yang ekonomis, bahwa pesanan dilakukan sebanyak 5 kali dalam setahunnya adalah yang optimum
bagi perusahaan. Penggunaan bahan tersebut setiap harinya adalah 50 unit, sedangkan lead time adalah 6 hari. Sehingga dengan dasar ini dapat diketahui
Universitas Sumatera Utara
bahwa pada tingkat persediaan 300 unit. Perusahaan akan melakukan pemesanan kembali, bila seandainya tidak ada persediaan penyelamat.
Kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya kekurangan bahan stockout satu unit adalah sebesar Rp. 50,00 sedangkan carrying cost dari adanya
persediaan penyelamat satu unit Rp. 10,00. Atas dasar pengalaman selama periode pemesanan seperti terdapat pada table 2.1. dibawah ini.
Table 2.3. Probabilitas Penggunaan Bahan Selama Periode Pemesanan Penggunaan selama Banyaknya Probabilitas
Periode pemesanan penggunaan penggunaan dalam unit dalam kali
150 3 0.03 200 4 0.04
250 6 0.06 300 68 0.68
350 9 0.09 400 7 0.07
450 3 0.03 100 kali 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa apabila perusahaan melakukan persediaan kembali pada tingkat persediaan 300 unit, maka kemungkinan perusahaan selamat
sebesar 81 dan kemungkinan terjadinya stockout sebesar 19 0,09+0,07+0,03 dalam satu kali periode pesanan.
Universitas Sumatera Utara
Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa dalam usaha melakukan pengadaan persediaan penyelamat yang menguntungkan, perusahaan akan
memilih tingkat persediaan penyelamat di mana total cost cost of stockout + carrying cost adalah yang terendah.Untuk ini perusahaan akan menghitung
kerugian-kerugian dan biaya-biaya yang ditimbulkan pada tingkat persediaan pengaman seperti tersebut di bawah ini.
1. Dengan pengadaan persediaan penyelamat sebesar 50 unit, kemungkinan
terjadinya stockout hanya terjadi pada tingkat penggunaan 400 dan 450 unit, yaitu sebesar 0,07 + 0,03 + 0,1.
2. Dengan pengadaan persediaan penyelamat sebesar 100 unit, kemungkinan
terjadinya stockout hanya terjadi pada tingkat penggunaan 450 unit, yaitu sebesar 0,03 + 0,3.
3. Dengan persediaan penyelamat 150 unit, kemungkinan stockout tidak ada.
Tabel 2.4. Biaya Dari Kebijaksanaan Pengadaan Persediaan Penyelamat Persediaan
penyelamat safety stock
Biaya karena stockout
Biaya carrying cost per tahun
Total biaya per tahun
0 Rp.4000,00 0 Rp.4000,00
50 Rp.1625,00
50 x Rp.10,00 = Rp.500,00
Rp.2125,00
100 Rp.375,00
100 x Rp.10,00 = Rp.1000,00
Rp.1375,00
150 Rp.0,00
150 x Rp.10,00 = Rp.1500,00
Rp.1500,00
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel diatas terlihat bahwa pengadaan persediaan penyelamat safety stock yang sebaiknya dimiliki perusahaan adalah sebesar 100 unit, karena
menghasilkan total biaya yang terendah, yaitu sebesar Rp.1375,00. Dengan demikian apabila seandainya perusahaan melakukan pengadaan persediaan
penyelamat, maka titik pemesanan kembali reorder point akan berubah, yaitu pada jumlah dari hasil perkalian besarnya rata-rata penggunaan setiap
harinya dengan panjangnya masa waktu tunggu, ditambah dengan persediaan penyelamat safety stock. Dalam contoh ini, apabila perusahaan mengadakan
persediaan penyelamat sebesar 100 unit, titik pemesanan kembali reorder point adalah : 50 x 60 + 100 = 400 unit.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputra, Gunawan, Marwan Asri, 2003. Anggaran Perusahaan, Buku I, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Carter, William K dan Milton F. Usry, 2004. Akuntansi Biaya, Penerjemah: Krista, Buku I, Edisi 13, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Gudono, 2000. Akuntansi Manajemen, Editor D. Danan Priyatmoko, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Hansen, Don R., Maryanne M. Mowen, 2002. Manajemen Biaya, Penerjemah: Ancella
A. Hermawan,
Edisi Pertama, Buku Dua, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta
Hartanto. D., 2001. Anggaran Perusahaan, Edisi Kelim, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Unuversitas
Indonesia, Jakarta
Munandar, M., 2001. Budgeting : Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja,
Edisi Pertama, Cetakan Kedua, BPFE,
Yogyakarta.
Nafarin, M., 2000, Penganggaran Perusahaan, Ediis Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sukanto, Edy, 2000. Sistem Pengendalian Manajemen – Suatu Pendekatan Praktis, Penerbit Pt. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Supriyono, R. A, 2000. Akuntansi Biaya : Perencanaan dan Pengendalian Biaya serta Pembuatan Keputusan,
Edisi Kedua, Buku II, BPFE, Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
A. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut : a. Data Kuantitatif merupakan data yang dapat diukur dalam bentuk
angka yang menunjukan jumlah atau banyaknya sesuatu, data ini merupakan laporan jumlah persediaan, lead time, biaya pemesanan,
juga biaya penyimpanan. b. Data Kualitatif merupakan data yang tidak berdasarkan jumlah atau
banyaknya sesuatu, data ini merupakan data historis perusahaan, deskripsi data obat, dan proses pesanan. Termasuk didalamnya adalah
data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam Rumah Sakit.
2. Sumber Data
1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli atau dari perusahaan tempat diadakannya penelitian. Data tersebut diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan
responden di tempat penelitian.
Universitas Sumatera Utara