Prevalensi Tumor Payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan Tahun 2012

(1)

PRE

EVALENS

UMUM

MI

UN

SI TUMO

PUSAT H

ICHAEL J

N

FAKUL

NIVERSIT

OR PAYU

HAJI AD

TAHUN

Oleh

JUDIKA D

NIM: 1001

LTAS KE

TAS SUM

MEDA

2013

UDARA D

DAM MAL

2012

h:

DEARDO

100179

DOKTER

MATERA

AN

3

DI RUMA

LIK-MED

PURBA

RAN

UTARA

AH SAKIT

DAN


(2)

PREVAL “Ka LENSI TUM arya Tulis mem M U MOR PAY HAJI A Ilmiah ini mperoleh k MICHAEL FAKUL UNIVERSI LEM YUDARA D ADAM MA TAHUN diajukan s kelulusan S Oleh JUDIKA D 1001001 LTAS KED ITAS SUM MEDA 2013 MBAR PEN DI RUMAH LIK-MED 2012 ebagai sala arjana Ked : DEARDO P 179 DOKTERA MATERA U AN 3 GESAHAN

H SAKIT U AN

ah satu syar dokteran” PURBA AN UTARA N UMUM PU rat untuk SAT


(3)

Judul : Prevalensi Tumor Payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan Tahun 2012

Nama : Michael Judika Deardo Purba NIM : 100100179

Pembimbing Penguji I

(dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes., Sp. PA) (dr. Ilham, Sp. PD)

NIP: NIP:

Penguji II

(dr. Selvi Nafianti, Sp. A) NIP:

Medan, Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD – KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Tumor merupakan perkembangan sel yang abnormal, dimana sel mengalami pertumbuhan secara berlebihan dan menetap, meskipun rangsangan yang memicu pertumbuhan tersebut telah dihilangkan. Berdasarkan sifatnya, tumor dibagi menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Saat ini, tumor payudara merupakan salah satu neoplasma yang paling banyak dijumpai, terutama untuk jenis tumor ganas dan merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi di dunia. Kejadian tumor payudara menjadi tinggi di masyarakat mengingat banyak hal bisa menjadi faktor resiko membuat seseorang cenderung lebih mudah terkena tumor payudara. Untuk itulah penelitian ini dilaksanakan guna mengetahui prevalensi tumor payudara dan faktor-faktor resiko yang mempengaruhinya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional yang dilakukan di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis pada 323 data rekam medis pasien tumor payudara pada tahun 2012 yang dipilih dengan metode total sampling. Angka kejadian tumor payudara yang didapat dianalisis beserta faktor-faktor resiko yang turut didokumentasikan dalam rekam medis.

Hasil penelitian ini menunjukkan jenis tumor payudara yang terserig dijumpai di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2012 adalah adalah tumor ganas payudara. Gambaran histopatologi tumor payudara Invasive Ductal Carcinoma sebagai tumor ganas terbanyak yaitu 264 orang (81.8%) dari 307 orang penderita tumor ganas dan Fibroadenoma Mammae sebagai tumor jinak terbanyak yaitu 11 orang (68.8%) dari 16 orang penderita tumor jinak. Beberapa faktor resiko juga didapatkan berpengaruh terhadap tingginya kejadian tumor payudara.


(5)

ABSTRACT

Tumor is an abnormal growth of cells, where the cell is overgrowth and settled, though the stimulus that triggers the growth has been removed. By its type , tumor is classified into benign tumor and malignant tumour. Today, breast tumor is one the most commonly found neoplasms, especially for the malignant and cause high mortality in the world. The incidence of breast tumour becomes this high considering a lot of things could be a risk factor tends to make everybody more susceptible to suffer the breast tumor. This research is conducted to find out the prevalence of breast tumors and the risk factor that also influence.

The method of this descriptive study is cross sectional, which is conducted in the Medical Record Installation of Haji Adam Malik General Hospital, Medan. Data collecting procedure was carried out through analysis to each 323 medical record of the breast tumor patients in 2012, selected by the method of total sampling. The incidence of breast tumors were analyzed, as well as the risk factor documented in the medical record.

The results of this study indicate that the most common type of breast tumor found in the Haji Adam Malik General Hospital, Medan in 2012 is the malignant tumor. By the histopathological found, Invasive ductal carcinoma is the most common to be found with 264 (81.8%) from 307 patients of malignant tumor. Fibroadenoma mammae as the most common benign tumor with 11 (68.8%) patients out of 16. Some risk factors are also found to have influence for the high incidence of the breast tumor.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada dosen pembimbing dalam penelitian ini, dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes., Sp. PA, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya laporan hasil penelitian ini. Juga kepada dr. Ilham, Sp. PD dan dr. Selvi Nafianti, Sp. A selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

3. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Ir. Sahat M. H. Purba dan Ibunda dr. Rosida Sinaga, abang penulis, Andreas Riahdo Purba, A.Md, serta adik penulis Jeremy Dosdo Purba yang senantiasa mendukung dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini. 4. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh

sahabat-sahabat yang luar biasa, khususnya Kartini Marpaung, Grace Dio Margaretha, Rizky Keumala Ansari Nasution, Lasa D. Siahaan, Gendedy Tumanggor, Akbar Sinaga, Andre Hutasoit, Ruth D. H. Harahap, Tirza Yeslika Sinulingga, Theresa Shintauli Panjaitan, Ivo Anjani, kak Yenni


(7)

dan bang Anto atas dukungan dan motivasi yang sangat membantu penulis.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru telah memotivasi penulis untuk melaksanakan dan menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Prevalensi Tumor Payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan Tahun 2012” ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan, Desember 2013


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Prevalensi ... 5

2.2. Payudara ... 5

2.2.1. Anatomi Payudara ... 5

2.2.2. Embriologi Payudara ... 6

2.2.3. Histologi Payudara ... 7

2.2.4. Fisiologi Payudara ... 7

2.3. Tumor Payudara ... 8

2.3.1. Defenisi ... 8

2.3.2. Etiologi dan Patogenesis Molekuler ... 9

2.3.3. Faktor Resiko ... 12

2.3.4. Gejala Klinis ... 15


(9)

2.3.6. Penatalaksanaan ... 17

2.3.7. Deteksi Dini ... 18

2.3.8. Klasifikasi Tumor Payudara ... 20

2.3.9. Staging Tumor Payudara ... 20

2.3.10.Prognosis ... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 23

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 23

3.2. Definisi Operasional ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 25

4.1. Jenis Penelitian ... 25

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

4.2.1. Waktu Penelitian ... 25

4.2.2. Tempat Penelitian ... 25

4.3. Populasi dan Sampel ... 25

4.3.1. Populasi ... 25

4.3.2. Sampel ... 25

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 26

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1. Hasil Penelitian ... 27

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27

5.1.2. Deskripsi Data Penelitian ... 27

5.2. Pembahasan ... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

6.1. Kesimpulan ... 42

6.2. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Gen BRCA1 dan Gen BRCA2 10

Tabel 2.2. Tumor Jinak dan Tumor Ganas Payudara 20 Tabel 2.3. Staging Tumor Payudara Sistem TNM 21 Tabel 2.4. Stage Grouping Tumor Payudara Berdasarkan Sistem TNM 22 Tabel 2.5. Data statistik 5-years Survival Rate Tumor Payudara

Berdasarkan Sistem TNM 22

Tabel 5.1. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Kelompok

Usia Tahun 2012 28 Tabel 5.2. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Gambaran

Histopatologi 29 Tabel 5.3. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Kelompok

Usia dan Jenis Tumor 30 Tabel 5.4. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Ras atau Suku

Dan Jenis Tumor 31 Tabel 5.5. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Riwayat

Keluarga dengan Penyakit yang Sama dan Jenis Tumor 32 Tabel 5.6. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Riwayat

Tumor Payudara Sebelumnya dan Jenis Tumor 33 Tabel 5.7. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Riwayat

Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal dan Jenis Tumor 34 Tabel 5.8. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Pengukuran

Indeks Massa Tubuh dan Jenis Tumor 34 Tabel 5.9. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Usia Menarche

dan Jenis Tumor 35 Tabel 5.10. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Jumlah Anak 36


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Payudara Wanita 6 Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 23


(12)

DAFTAR SINGKATAN

ACS American Cancer Society

AJCC American Joint Committee on Cancer

IDC Invasive Ductal Carcinoma

IMT Indeks Massa Tubuh RSUP Rumah Sakit Umum Pusat TDLUs Terminal Duct Lobular Units

TNM Tumor Nodule Metastase


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Data Induk

Lampiran 3 Output Data Penelitian

Lampiran 4 Ethical Clearance

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Lampiran 6 Surat Selesai Penelitian Lampiran 7 Lembar Kegiatan Bimbingan


(14)

ABSTRAK

Tumor merupakan perkembangan sel yang abnormal, dimana sel mengalami pertumbuhan secara berlebihan dan menetap, meskipun rangsangan yang memicu pertumbuhan tersebut telah dihilangkan. Berdasarkan sifatnya, tumor dibagi menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Saat ini, tumor payudara merupakan salah satu neoplasma yang paling banyak dijumpai, terutama untuk jenis tumor ganas dan merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi di dunia. Kejadian tumor payudara menjadi tinggi di masyarakat mengingat banyak hal bisa menjadi faktor resiko membuat seseorang cenderung lebih mudah terkena tumor payudara. Untuk itulah penelitian ini dilaksanakan guna mengetahui prevalensi tumor payudara dan faktor-faktor resiko yang mempengaruhinya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional yang dilakukan di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis pada 323 data rekam medis pasien tumor payudara pada tahun 2012 yang dipilih dengan metode total sampling. Angka kejadian tumor payudara yang didapat dianalisis beserta faktor-faktor resiko yang turut didokumentasikan dalam rekam medis.

Hasil penelitian ini menunjukkan jenis tumor payudara yang terserig dijumpai di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2012 adalah adalah tumor ganas payudara. Gambaran histopatologi tumor payudara Invasive Ductal Carcinoma sebagai tumor ganas terbanyak yaitu 264 orang (81.8%) dari 307 orang penderita tumor ganas dan Fibroadenoma Mammae sebagai tumor jinak terbanyak yaitu 11 orang (68.8%) dari 16 orang penderita tumor jinak. Beberapa faktor resiko juga didapatkan berpengaruh terhadap tingginya kejadian tumor payudara.


(15)

ABSTRACT

Tumor is an abnormal growth of cells, where the cell is overgrowth and settled, though the stimulus that triggers the growth has been removed. By its type , tumor is classified into benign tumor and malignant tumour. Today, breast tumor is one the most commonly found neoplasms, especially for the malignant and cause high mortality in the world. The incidence of breast tumour becomes this high considering a lot of things could be a risk factor tends to make everybody more susceptible to suffer the breast tumor. This research is conducted to find out the prevalence of breast tumors and the risk factor that also influence.

The method of this descriptive study is cross sectional, which is conducted in the Medical Record Installation of Haji Adam Malik General Hospital, Medan. Data collecting procedure was carried out through analysis to each 323 medical record of the breast tumor patients in 2012, selected by the method of total sampling. The incidence of breast tumors were analyzed, as well as the risk factor documented in the medical record.

The results of this study indicate that the most common type of breast tumor found in the Haji Adam Malik General Hospital, Medan in 2012 is the malignant tumor. By the histopathological found, Invasive ductal carcinoma is the most common to be found with 264 (81.8%) from 307 patients of malignant tumor. Fibroadenoma mammae as the most common benign tumor with 11 (68.8%) patients out of 16. Some risk factors are also found to have influence for the high incidence of the breast tumor.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), tumor ganas merupakan salah satu penyebab kematian yang cukup tinggi. Terhitung ditemukan 7.6 juta kasus tumor ganas terjadi pada tahun 2004 di seluruh dunia dan 13% dari segala jenis kematian global disebabkan oleh keganasan (WHO, 2008).

Diantara seluruh jenis keganasan, tumor ganas payudara adalah tumor ganas yang paling sering ditemukan, khususnya pada wanita. Prevalensi tumor ganas payudara mencapai 23% dari seluruh kejadian keganasan dengan 14% diantaranya menyebabkan kematian (CA Cancer J Clin, 2011). Sementara itu, 238.130 wanita di Amerika Serikat didiagnosa menderita tumor ganas payudara dengan 39.520 orang meninggal (American Cancer Society, 2011). Data statistik menunjukkan bahwa tumor ganas payudara menempati urutan pertama dengan jumlah kasus terbanyak dari seluruh jenis kasus keganasan di seluruh dunia (WHO Global Burden of Disease, 2008).

Menurut WHO dalam WHO Global Burden of Disease (2008), 69% kejadian tumor payudara di seluruh dunia terjadi di negara-negara berkembang, walaupun di Afrika dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tumor ganas payudara menempati urutan kedua kejadian tertinggi setelah kanker leher rahim. Statistik di Indonesia menunjukkan penderita tumor ganas payudara meningkat setiap tahunnya. Terdapat 5.207 kasus pada tahun 2004, meningkat menjadi 7.850 kasus pada tahun 2005. Selanjutnya pada tahun 2006 penderita tumor ganas payudara terus meningkat hingga 8.328 kasus dan mencapai 8.377 kasus pada tahun 2007 (Profil Kesehatan Indonesia, 2008).

Kata tumor sendiri secara literatur mempunyai arti pembengkakan yang abnormal. Tumor atau neoplasma merupakan suatu lesi sebagai hasil dari pertumbuhan abnormal dari sel yang otonom atau relatif otonom, yang menetap, walau rangsang penyebabnya telah dihilangkan. Sel yang mengalami transformasi tersebut disebut sel neoplastik. Sel menjadi neoplastik terjadi akibat hilangnya


(17)

responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal (Underwood, 1996)

Berdasarkan sifatnya, tumor dibagi menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau maligna (kanker). Tumor jinak tidak mempunyai kemampuan untuk menginfiltrasi jaringan sekitar, tidak bermetastasis ke organ lain, serta sebagian besar diantaranya tumbuh perlahan, walaupun sebagian tumor jinak mampu tumbuh lebih cepat dibanding sel kanker. Sel tumor dikatakan maligna ketika sel tersebut cenderung tumbuh lebih cepat dan tumbuh dengan cara infiltrasi, invasi, destruksi hingga metastasis ke jaringan lain (Kumar, 2007). Kanker sendiri merupakan kata yang lebih sering digunakan dalam lingkungan masyarakat dibanding dalam lingkungan kedokteran; yang mempunyai konotasi emosional dan secara umum mempunyai arahan kepada tumor ganas atau maligna (Underwood, 1996). Tumor payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Pada umumnya, tumor payudara bisa berasal dari jaringan ikat atau struktur epitel. Tumor payudara juga dapat tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Kumar, 2007). Perlu diketahui, tumor ganas adalah penyebab kematian tersering ketiga di dunia setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit infeksi.

Banyak hal yang menjadi faktor resiko seseorang mudah menderita tumor payudara. Faktor – faktor resiko tersebut antara lain jenis kelamin, usia, riwayat keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama, riwayat personal pernah menderita tumor payudara sebelumnya, obesitas, terpapar dengan estrogen, gaya hidup merokok dan mengonsumsi alkohol. Dibandingkan dengan wanita, kejadian tumor payudara pada pria hanya ditemukan kurang dari 1% kejadian .Usia yang lebih tua (diatas 30 tahun) juga menunjukkan peningkatan resiko dibanding usia yang lebih muda. Faktor – faktor reproduksi berkaitan dengan terpaparnya seseorang terhadap estrogen meningkatkan resiko kejadian. Terpapar dengan estrogen endogen dalam jangka waktu yang lama ataupun pengonsumsi esterogen eksogen, seperti penggunaan kontrasepsi oral dan hormone replacement therapy meningkatkan resiko kejadian (IARC, 2008; WHO, 2008).


(18)

Selain itu, faktor resiko lain yang diduga meningkatkan kejadian tumor payudara adalah keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama yang diturunkan secara herediter. Life style yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok dan kebiasaan mengonsumsi alkohol dan obesitas juga menjadi faktor resiko seseorang menderita tumor payudara.

Data statistik yang didapatkan menunjukkan bahwa, tumor payudara, baik tumor jinak ataupun tumor ganas, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mendapatkan data yang menunjukkan prevalensi tumor payudara, baik tumor jinak maupun tumor ganas dan faktor resiko yang telah disebutkan diatas.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimanakah prevalensi tumor payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan tahun 2012?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Yang menjadi tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui prevalensi tumor payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui prevalensi tumor jinak payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan pada tahun 2012.

2. Mengetahui prevalensi tumor ganas payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan pada tahun 2012.

3. Mengetahui jenis tumor jinak payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan pada tahun 2012.


(19)

4. Mengetahui jenis tumor ganas payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan pada tahun 2012.

5. Mengelompokkan kejadian tumor payudara dengan faktor-faktor resiko tumor payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan pada tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, diantaranya : 1. Manfaat bagi pihak RSUP H. Adam Malik-Medan adalah berupa

bantuan bagi pihak rumah sakit dalam hal pengolahan data tentang prevalensi tumor payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan dan menjadikan hasil penelitian sebagai landasan untuk penelitian-penelitian tentang tumor payudara dimasa mendatang, baik bagi peneliti ataupun oleh pihak lainnya.

2. Manfaat bagi masyarakat luas adalah tersedianya informasi tentang tingginya angka kejadian tumor payudara sehingga masyarakat menjadi lebih peka dan menghindari faktor-faktor resiko sebagai upaya untuk pencegahan menderita tumor payudara.

3. Manfaat bagi peneliti adalah sebagai salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan program pendidikan sarjana (S1) dan meningkatkan pemahaman dan kemampuan peneliti di bidang penelitian.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Prevalensi

Prevalensi adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan proporsi subyek yang sakit pada suatu waktu tertentu (kasus lama dan kasus baru). Namun, istilah prevalensi harus dibedakan dengan insidensi yang berarti proporsi subyek yang semula sehat kemudian menjadi sakit (kasus baru) dalam periode tertentu. Walaupun istilah prevalensi sering dihubungkan dengan penyakit, tetapi dapat juga diartikan sebagai bukan penyakit, misalnya prevalensi dari faktor resiko, atau faktor lain yang akan diteliti. Prevalensi sering digunakan oleh perencana kesehatan untuk mengetahui berapa banyak penduduk yang terkena panyakit tertentu dan juga penting di klinik untuk mengetahui penyakit yang banyak terdapat dalam suatu pusat kesehatan (Sastroasmoro, 2011).

Statistik menunjukkan kejadian tumor ganas payudara menempati urutan pertama dengan jumlah kasus terbanyak dari seluruh jenis kasus keganasan (WHO, 2008). Sedang di Indonesia sendiri, tumor ganas payudara menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim (Profil Kesehatan Indonesia, 2008).

2.2 Payudara 2.2.1. Anatomi Payudara

Payudara adalah organ modifikasi dari kelenjar keringat yang nantinya berfungsi untuk mensekresikan susu selama masa laktasi. Payudara terdiri dari berbagai struktur yaitu parenkim epitelial, lemak, pembuluh darah, saraf, saluran getah bening, otot dan fasia. Payudara terletak di bagian superior dari dinding dada. Pada wanita, payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada pria organ ini tidak berkembang dan tidak memiliki fungsi dalam proses laktasi seperti halnya pada wanita (Van De Graaff, 2001).

Organ payudara terdiri atas beberapa bagian, antara lain jaringan lemak yang melindungi kelenjar yang memproduksi susu, terletak di fasia superfisialis di


(21)

atas retrom kulit yang Puting su interkostal pelebaran Jaringan p dan dipisa ligaments dari tulang medial sa payudara interna, ke percabang Gamb 2.2.2. Em Pe epidermis minggu k hingga ke menghilan

mammary s g berbentuk usu, muara

l ke-4. Bag jaringan p payudara di ahkan satu

of Cooper g iga ke-2 ampai ke g berasal da emudian art gan dari arte

bar 2.1. Ana

mbriologi rtanda per seperti pi ke-7 pada m e regio ingu

ng, sebagia

space dan t sirkular de dari duktu gian lain ad payudara se isusun oleh sama lainn dan jaring sampai tula garis tengah ari arteri an teri torakali eri aksilaris atomi Payud Payudara rkembangan ita, membe masa embri uinal. Walau an kecilnya terbentang engan warn us laktiferu dalah Axill ecara lateral h kumpulan

nya oleh ja gan lemak. P

ang iga ke-h aksila di nterior inte s lateral dan (Hansen, 2

dara Wanita

a

n kelenjar entuk mam

io, garis su upun sebag a yang bera

di atas oto na lebih gela

us, letakny lary tail (of

l ke arah a n kelenjar tu aringan ika

Payudara p -6 dan bera i bagian la erkostalis c n arteri tora 010).

a (Trialsight

payudara mary line usu terbenta gian besar m ada di regi

t pectoralis ap dan men a setentang f Spence) y aksila, dan ubuloasinar

t fibrosa, y ada wanita wal dari ste ateral. Siste

abang dari akodorsalis

t Medical M

a terlihat atau mam ang sepanja mammary l io toraks b

s major. Ar ngelilingi pu g dengan r yang merup sistem lim r, yang diso yaitu suspe a lazimnya m

ernum di b em vaskula i arteri tora

yang merup

Media, 2008

dari pene mmary ridge

ang garis a line terebut berkembang reola, uting. ruang pakan mfatik. okong nsory mulai bagian arisasi akalis pakan 8) ebalan e. Di aksila akan g dan


(22)

berpenetrasi ke jaringan mesenkim dan kemudian membentuk semacam 16-24 pucuk. Pada akhir masa prenatal, pucuk epitel tersebut terhubung membentuk duktus laktiferus dan berkembang menjadi saluran-saluran kecil dan kelenjar alveoli. Duktus laktiferus kemudian terbentuk, terbuka membentuk lubang epitel yang berkembang menjadi puting (nipple) oleh proliferasi mesenkim (Sadler, 2010)

2.2.3. Histologi Payudara

Payudara pada wanita dewasa disusun oleh sistem kelenjar, duktus, dan stroma yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa dan jaringan lemak. Setiap kelenjar payudara terdiri dari 15-20 lobus. Bagian dasar dari setiap lobus tersebut berada di daerah proksimal dekat tulang iga sedangkan bagian puncaknya adalah puting yang merupakan muara dari duktus setiap lobus. Lobus-lobus tersebut terbentang secara radial dari papila mammae atau puting susu. Lobus-lobus terdiri atas sejumlah duktus yang bermuara ke dalam duktus terminal, yaitu Terminal Duct Lobular Units (TDLUs) yang terdiri atas tubuloalveolar gland yang bercabang dan dipisahkan oleh jaringan ikat stroma dan jaringan lemak. Kelenjar tubuloalveolar merupakan modifikasi dari kelenjar keringat terletak pada jaringan subkutan. Setiap lobus terdapat dalam jaringan ikat longgar yang memisahkan lobus-lobus. Beberapa jaringan ikatnya bernama Cooper’s ligaments (Ross, 2011).

Dekat dengan muara papila mammae, duktus laktiferus menjadi lebar dan membentuk sinus laktiferus. Lapisan duktus laktiferus dan duktus terminal merupakan epitel selapis kuboid. Setiap duktus terminal terhubung dengan duktus laktiferus kemudian menuju sinus laktiferus dan akhirnya bermuara pada puting (nipple) (Junqueira, 2005).

2.2.4. Fisiologi Payudara

Pria dan wanita memiliki payudara yang memiliki sifat yang sama sampai saat pubertas. Pada saat pubertas terjadi perubahan pada payudara wanita, di mana payudara wanita mengalami perkembangan dan nantinya berfungsi untuk


(23)

memproduksi susu sebagai nutrisi bagi bayi. Pertumbuhan payudara selama masa pubertas ini dipengaruhi oleh hormon estrogen yang juga mengatur pigmentasi pada areola. Pertumbuhan lobulus dan alveolus dirangsang oleh hormon progesteron. Progesteron menginduksi diferensiasi duktus payudara dan mendorong fungsi sekresi susu oleh payudara selama masa laktasi (Ganong, 2005).

Fungsi dari kelenjar payudara adalah sintesis, sekresi, ejeksi dari air susu, fungsi ini disebut laktasi, yang berhubungan dengan masa kehamilan dan kelahiran. Produksi susu tersebut secara umum distimulasi oleh pengeluaran hormon prolaktin oleh kelenjar hipofisis anterior, yang sekresikan dipengaruhi oleh hormon progesteron dan estrogen. Ejeksi air susu distimulasi oleh hormon oksitosin, yang disekresi oleh kelenjar hipofisis posterior sebagai respon terhadap gerakan menghisap puting susu ibu oleh bayi (Tortora, 2009).

2.3. Tumor Payudara 2.3.1. Definisi

Kata tumor secara literatur mempunyai arti pembengkakan yang abnormal. Dalam bahasa kedokteran modern, kata tersebut mempunyai arti yang lebih spesifik. Tumor merupakan suatu lesi sebagai hasil pertumbuhan abnormal dari sel yang otonom atau relatif otonom, yang menetap, walaupun rangsang penyebabnya telah dihilangkan. Sel yang telah mengalami transformasi tersebut disebut sel neoplastik. Sel menjadi neoplastik ketika sel melepaskan diri secara permanen dari mekanisme pengatur pertumbuhan normal (Underwood, 1996).

Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas, atau lebih sering dikenal dengan kanker. Tumor jinak tidak mempunyai kemampuan untuk menginfiltrasi jaringan sekitar, tidak bermetastasis ke organ lain, serta sebagian besar diantaranya tumbuh perlahan, walaupun sebagian tumor jinak mampu tumbuh lebih cepat dibanding sel kanker. Dan hal yang berlawanan terdapat pada tumor ganas atau kanker. Kanker cenderung lebih anaplastik, biasanya memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat, serta tumbuh dengan cara infiltrasi, invasi, destruksi, hingga metastasis ke jaringan sekitar dan cukup potensial untuk


(24)

menimbulkan kematian, walaupun tidak semua tumor ganas mempunyai kemampuan bermetastasis yang setara (Kumar, 2007).

Tumor payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Pada umumnya, tumor payudara bisa berasal dari jaringan ikat atau struktur epitel (Kumar, 2007). Kanker payudara juga dapat tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara.

2.3.2. Etiologi dan Patogenesis Molekuler

Tidak hanya satu perubahan genetik atau perubahan fungsional ditemukan pada kasus tumor atau kanker payudara. Pemeriksaan penampakan histologis dari tumor dan keganasan payudara ditemukan manifestasi dari ratusan perubahan biologi pada daerah lesi, mengarah kepada kompleks dan pathway dari karsinogenesis. Menurut Mitchell dalam Zebua (2011), karsinogenesis terkait dalam proses-proses yang meliputi :

a. Menghasilkan sendiri sinyal pertumbuhan

b. Insensivitas terhadap sinyal penghambat pertumbuhan c. Menghindari apoptosis

d. Potensi replikasi tanpa batas e. Angiogenesis berkelanjutan

f. Kemampuan menginvasi dan beranak sebar

Riwayat keluarga menderita kanker payudara pada garis pertama keturunan ditemukan sebanyak 13% pada penderita. Sekitar 25% kanker familial (atau 3% dari seluruh kanker payudara) dapat dikatakan terjadi oleh pengaruh gen otosomaldominan, yaitu gen BRCA1 dan BRCA2. Penyebab lain wanita menderita adalah akibat penyebab multifaktor ataupun akibat mutasi germline ditemukan secara herediter (Cotran, 2005)


(25)

a. Gen BRCA1 dan BRCA2

Tanda lain dapat ditemukan bervariasi sesuai tipe mutasi gen yang terjadi. Dalam Kumar (2007) dikatakan sekitar 50% perempuan dengan kanker payudara herediter memperlihatkan mutasi pada gen BRCA1 (pada kromosom 17q21.3) dan sepertiga lainnya mengalami mutasi di BRCA2 (kromosom 13q12-13).

Tabel 2.1. Gen BRCA1 dan Gen BRCA2

Characteristic BRCA1 BRCA2

Chromosome 17q21 13q12.3

Gene size 81 kb 84 kb

Protein size 1863 amino acids 3418 amino acids

Function Tumor supressor

Transcriptional regulation

Role in DNA repair

Tumor supressor Transcriptional regulation

Role in DNA repair Mutations >500 identified >300 identified Mutations in population about 0.1% about 0.1% Risk of breast cancer 60-80% 60-80% Age at onset Younger age (40s-50s) 50 years Families with breast

cancer due to a single gene (%)

52% 32%

Families with breast and ovarian cancer (%)

81% (20-40%) 14% (10-20% risk) Families with male and

female breast cancer

>20% 76% Risk of other tumors

(varies with specific mutation)

Prostate, colon, pancreas Prostate, pancreas, stomach, melanoma, colon

Mutations in sporadic breast cancer

Very rare (<5%) Very rare (<5%) Epidemiology Specific mutations are

found in certain ethnic groups

Specific mutations are found in certain ethnic groups

Pathology of breast cancers

Greater incidence of medullary carcinomas (13%), poorly

differentiated carcinoma, and Her2/neu-negative carcinomas, carcinomas with p53 mutations

Similar to sporadic breast cancers


(26)

Gen BRCA1 yang termutasi ditandai juga dengan peningkatan resiko terjadinya karsinoma ovarium, mencapai 20% - 40%. BRCA2 hanya dengan resiko yang lebih kecil (10% - 20%) untuk karsinoma ovarium, tetapi mutasi gen ini berkaitan dengan kanker payudara pada laki-laki. Gen BRCA1 dan BRCA2 juga berperan dengan kejadian kanker lain, misalnya kanker kolon, prostat, dan pankreas dengan pengaruh yang lebih kecil. Walaupun BRCA1 dan BRCA2 tidak menunjukkan hubungan secara homologi, gen ini berinteraksi pada kompleks multiprotein yang sama dengan pathway yang sama. Keduanya adalah tumor supressor gen. Ketika gen ini mengalami mutasi, gen ini kehilangan fungsinya dan meningkatkan resiko keganasan (Cotran, 2005).

b. Mutasi Germline

Menurut Kissane dalam Zebua (2011), pada penderita sindroma Li-Fraumeni terjadi mutasi dari tumor suppressor gen p53. Keadaan ini dapat menyebabkan keganasan pada otak dan kelenjar adrenal pada anak-anak dan kanker payudara pada orang dewasa. Ditemukan sekitar 1 % mutasi p53 pada penderita kanker payudara yang dideteksi pada usia sebelum 40 tahun.

c. Mutasi Sporadik

Faktor resiko utama pada mutasi sporadik berkaitan dengan paparan terhadap hormon, jenis kelamin, usia saat menarche dan menopause, riwayat reproduksi, menyusui, dan pengonsumsian estrogen eksogen. Pertumbuhan tumor hingga maligna oleh karena mutasi sporadik utamanya terjadi pada wanita menopause dan kondisi overekspresi reseptor estrogen. Estrogen sendiri setidaknya mempunyai 2 kemampuan dalam perkembangannya menjadi kanker. Metabolit estrogen membuat mutasi atau memicu perusakan DNA-radikal bebas. Melalui kegiatan hormonalnya, estrogen mengontrol proliferasi lesi premaligna menjadi maligna. Mekanisme lainnya memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tumor payudara, walaupun dengan kondisi negatif reseptor estrogen dan wanita tanpa peningkatan paparan estrogen eksogen (Susan, 2005).


(27)

d. HER2 Status

Gen HER2 bertanggung jawab dalam pembentukan protein HER2. Protein HER2 adalah reseptor pada sel payudara. Dalam keadaan normal, reseptor HER2 mengontrol bagaimana seharusnya payudara bertumbuh, membelah, dan meregenerasi diri. Pada 25% kejadian kanker payudara, gen HER2 menjadi abnormal (terjadi amplifikasi gen HER2) yang menyebabkan terjadi overekspresi protein HER2 sehingga sel payudara membentuk terlalu banyak reseptor. Overekspresi reseptor ini menyebabkan sel-sel payudara tumbuh dan berkembang secara tak terkendali (Breast Cancer Organization, 2011).

2.3.3. Faktor Resiko

Selain faktor yang bersifat herediter, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi kerentanan seseorang menderita tumor payudara. Faktor-faktor resiko tersebut terbagi menjadi faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan yang tak dapat dimodifikasi, antara lain:

a. Jenis Kelamin

Berjenis kelamin perempuan adalah faktor resiko utama menderita tumor atau kanker payudara. Laki-laki bisa saja menderita tumor payudara, tetapi penyakit ini berkembang 100 kali lebih sering pada perempuan daripada laki-laki. Ini dikarenakan kaum perempuan memproduksi lebih banyak hormon estrogen dan progesteron yang diduga mampu mempercepat pertumbuhan sel kanker (American Cancer Society, 2013).

b. Usia

Tumor dan kanker payudara jarang terjadi pada kaum perempuan dengan usia dibawah 30 tahun, namun setelah itu resiko meningkat secara tetap sepanjang usia (Kumar, 2007). Menurut Cotton dalam Zebua (2011) juga dikatakan, kanker payudara jarang terjadi pada usia sebelum 25 tahun, kecuali pada beberapa kasus yang berhubungan dengan faktor familial. Secara keseluruhan dapat terjadi pada


(28)

semua usia, 77 % terjadi pada wanita di atas 50 tahun dan rata-rata diagnosis ditegakkan pada wanita usia 64 tahun.

c. Ras dan Etnis

Secara keseluruhan, wanita kulit putih lebih mudah menderita tumor payudara daripada wanita Afrika ataupun wanita Amerika. Tetapi statistik menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara lebih banyak ditemukan pada wanita Afrika-Amerika. Penduduk Asia dan negara-negara lain memiliki resiko lebih rendah untuk menderita suatu tumor payudara (American Cancer Society, 2013).

d. Riwayat Keluarga Menderita Tumor Payudara

Tumor dan kanker payudara beresiko lebih tinggi pada wanita yang mempunyai hubungan darah dengan seseorang yang mengidap penyakit ini juga. Memiliki hubungan sedarah langsung dengan orang yang menderita tumor ataupun kanker payudara (misalnya ibu, adik, kakak atau anak perempuan) meningkatkan resiko hingga 2 kali lipat. Wanita dengan ayah ataupun adik laki-laki yang memiliki riwayat tumor payudara juga mengalami peningkatan resiko meskipun resiko pastinya masih belum diketahui (American Cancer Society, 2013).

e. Riwayat Personal Menderita Tumor Payudara

Wanita dengan tumor payudara pada salah satu payudaranya memiliki resiko hingga 3–4 kali lipat mendapat tumor payudara yang baru pada payudara yang lainnya maupun pada bagian lain di payudara yang sama (American Cancer Society, 2013)

f. Periode Menstruasi

Wanita yang mulai mengalami menarche terlalu cepat (sebelum usia 12 tahun) dan/atau menopause terlalu lama (setelah usia 55 tahun) mempunyai resiko yang sangat tinggi. Wanita nullipara juga memiliki resiko lebih tinggi dibanding


(29)

mereka yang tidak. Peningkatan resiko ini terkait dengan terpaparnya wanita tersebut dengan hormon estrogen dan progesteron dalam jangka waktu yang relatif lebih lama dibanding wanita pada umumnya (American Cancer Society, 2013).

g. Obesitas

Obesitas meningkatkan resiko seseorang menderita tumor payudara baik jinak ataupun ganas, terutama tumor payudara pascamenopause. Hal ini dikarenakan sirkulasi estrogen pada wanita yang telah memasuki masa-masa menopause diatur oleh jaringan lemak. Semakin banyak jaringan lemak dimiliki oleh individu, semakin tinggi resiko orang tersebut menderita tumor atau kanker payudara. Dibuktikan dengan sebuah penelitian yang dilakukan 80.000 suster di rumah-rumah sakit, didapatkan wanita yang telah memasuki usia 18 tahun cenderung mengalami peningkatan berat badan hingga 55 pons dan 50% diantaranya memiliki resiko terkena kanker payudara (American Cancer Society, 2011)

h. Paparan Estrogen Eksogen

Penggunaan kontrasepsi oral; Penelitian-penelitian epidemiologi pada kontrasepsi oral selama ini selalu berfokus pada efek samping dari penggunaan kontrasepsi oral, di antaranya tromboembolisme (khususnya pada penggunaan dosis tinggi), miokard infark (khususnya pada wanita berusia diatas 40 tahun ditambah riwayat merokok), dan hipertensi. Kontroversi muncul terkait penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks ataupun kanker payudara. Hasil dari sebagian besar penelitian observasional menunjukkan bahwa wanita yang sedang mengonsumsi kontrasepsi oral ataupun yang sudah berhenti mengonsumsi selama 10 tahun belakangan, mempunyai peningkatan resiko kanker payudara yang kecil namun signifikan. Wanita yang mengonsumsi kontrasepsi oral pada usia yang lebih muda juga mengalami peningkatan resiko dibanding mereka menggunakannya saat usia tua (Berek, 2007)


(30)

Hormone Replacement Therapy; Penelitian tentang terapi hormon menopausal menunjukkan bahwa terjadi peningkatan resiko kanker berkaitan dengan kondisi estrogen tak terlawan akibat pemberian hormone replacement therapy . Hubungan antara terapi hormon menopause dan kanker payudara juga terus diperdebatkan. Menurut penelitian WHI (The Women’s Health Initiative), wanita yang mengonsumsi terapi hormon kombinasi estrogen dan progestin, mempunyai resiko untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi plasebo (Berek, 2007).

i. Mengonsumsi Alkohol dan Merokok

Peningkatan resiko terjadi sejalan dengan jumlah pengonsumsian alkohol. Dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol, wanita yang mengonsumsi alkohol segelas perhari mengalami peningkatan resiko walaupun kecil. Mereka yang minum 2 – 5 kali perhari mempunyai resiko hingga 1.5 kali lipat lebih tinggi.

The International Agency for Research on Cancer (2009) menyimpulkan terdapat bukti yang menunjukkan bahwa merokok dan menjadi perokok pasif dapat menyebabkan kanker payudara. Percobaan pemberian paparan zat-zat yang terkandung dalam rokok pada konsentrasi tinggi menyebabkan kanker payudara pada mencit. Zat-zat tersebut mencapai jaringan payudara dan ditemukan pada air susu (American Cancer Society, 2013).

2.3.4. Gejala Klinis

Gejala utama dari kejadian tumor payudara adalah massa dan benjolan. Benjolan yang tidak sakit, keras, mempunyai batas yang ireguler. Sedangkan kanker payudara bisa saja lunak, lembut, atau bulat rapi, dan bisa terasa nyeri (American Cancer Society, 2013).

Tanda dan gejala lain menunjukkan tumor payudara adalah adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan. Tumor biasanya tunggal dengan garis tengah kurang dari 1 cm, berbatas tegas dan bisa digerakkan. Sedangkan pada keganasan, tumor biasanya dengan batas tidak jelas, konsistensi


(31)

lunak dan tidak bisa digerakkan (Kumar, 2007). Perubahan kulit pada payudara seperti kulit tertarik (skin dimpling), benjolan yang terlihat (visible lump), gambaran kulit jeruk (peau d’ orange), eritema ulkus dan kelainan pada puting, retraksi puting (nipple retraction), sekret puting (nipple discharge), eksema merupakan tanda keganasan lainnya pada payudara (Ndhluni, 2009).

2.3.5. Diagnosis

Menurut Carey (2009), keluhan pada pasien biasanya bermula dari tumor dengan keadaan jinak, tidak teratasi, kemudian menjadi semakin parah. Keluhan-keluhan tersebut antara lain adanya massa pada payudara, keluarnya sekret dari puting, nyeri pada payudara. Untuk segera menegakkan diagnosis segera dapat langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain:

a. Anamnesis

Anamnesis berperan besar dalam pengelolaan pasien kanker payudara. Dokter dapat memperoleh informasi tentang kondisi medis yang relevan. Hal-hal bersifat simtomatis, riwayat menstruasi, riwayat keluarga dan riwayat pengobatan, obstetri, dan informasi tentang latar belakang pasien sangat berguna untuk mendiagnosa. Selain itu, mendapatkan rincian situasi sosial pasien bisa memberikan informasi tentang meningkatnya risiko akibat menderita gangguan emosi dan psikososial (National Breast Cancer Centre, 2001).

b. Pemeriksaan Fisik

Sampai kini pemeriksaan fisik payudara belum mempunyai standar. Walaupun demikian, pemeriksaan yang baik mempunyai nilai prediktif positif sampai 73% dan nilai prediktif negatif sampai 87%. Massa harus bisa teraba secara 3 dimensi, batasnya jelas, konsistensinya berbeda dengan sekitar, dan tidak dipengaruhi oleh siklus haid. Dicurigai ganas apabila konsistensi kenyal-keras, batas tidak tegas, terfiksasi ke jaringan sekitarnya, terdapat retraksi kulit dan atau putih susu, ditemukan luka, atau cairan dari puting susu. Jangan pernah lupa untuk membandingkannya dengan payudara sisi lainnya (Fadjari, 2012).


(32)

c. Pemeriksaan Pencitraan

Mammografi; Diagnostic mammography, harus dibedakan dengan screening mammography, dilakukan setelah abnormalitas pada payudara telah terdeteksi melalui pemeriksaan fisik. Diagnostic mammography bertujuan untuk mengevaluasi payudara sebelum dilakukan biopsi. Mammografi termasuk bagian dari triple-test sebelum menyingkirkan kemungkinan perlakuan biopsi (Longo, 2010).

Ultrasonografi Payudara; Ultrasonografi payudara adalah pemeriksaan tambahan setelah dilakukan mammografi. USG payudara biasanya dilakukan pada wanita berusia dibawah 35 tahun, pada pasien yang telah dilakukan mammografi tetapi massa tidak teraba, pasien yang menolak tindakan aspirasi, dan pasien yang tidak bisa diaspirasi. Kegunaan utama dilakukannya pencitraan dengan ultrasonografi adalah untuk menginvestigasi lesi target yang ditemukan oleh mammografi (Carey, 2009)

d. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Fine Needle Aspiration (FNA); FNA memiliki peranan penting sebagai bagian dari triple-test bersama pemeriksaan fisik, mamografi untuk menegakkan kejadian tumor atau kanker payudara. Fine needle aspiration dapat memberikan informasi yang cepat apakah masa yang teraba adalah massa padat ataupun cair (kista). FNA payudara dilakukan dengan menggunakan syringe 10cc dan jarum 23-gauge, kemudian dapat dilakukan drainase pada masa kistik (Hall, 2005).

Biopsi Payudara; dilakukan setelah mammogram, tes pencitraan lain ataupun pemeriksaan fisik dilakukan. Biopsi payudara terdiri atas beberapa tipe, antara lain Core Needle Biopsy, Surgical (open) Biopsy, Lymph node dissection and sentinel lymph node biopsy

2.3.6. Penatalaksanaan

Tatalaksana yang dilakukan untuk pengobatan tumor ataupun kanker payudara biasanya selalu berhubungan dengan pembedahan. Tujuan utama pengobatan kanker payudara pada tahap awal adalah untuk mengangkat tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor. Tumor primer biasanya dihilangkan dengan


(33)

pembedahan, yaitu lumpectomy di mana tumor tersebut diangkat, atau dengan pembedahan mastectomy, di mana sebagian payudara yang mengandung sel kanker diangkat, atau seluruh payudara diangkat. Selain terapi pembedahan ada radioterapi adjuvan, dimana terapi ini berfungsi untuk mengurangi resiko rekurensi tumor lokal setelah operasi dengan membunuh sel-sel kanker yang tersisa. Selain pembedahan, terapi sistemik yang berhubungan secara hormonal, kemoterapi, dan mengobati sel-sel target juga dipertimbangkan dalam manajemen terapi tumor dan kanker payudara (Rubin, 2012).

2.3.7. Deteksi Dini

Skrining tumor dan kanker payudara penting dilakukan sebagai primary care untuk mencegah terjadinya tumor payudara. Skrining tumor payudara dapat dilakukan dengan cara berikut, antara lain:

a. Pemeriksaan Payudara Sendiri

Menurut American Cancer Society, wanita berusia 20-an haruslah diberikan pendidikan mengenai manfaat dan keterbatasan melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Wanita haruslah mengetahui bagaimana keadaan payudara normal dengan melihat dan merasakan, dengan itu setiap perubahan pada perubahan dapat dideteksi dini dan diberikan perhatian profesional. Payudara diperiksa sendiri setiap bulan 5-7 hari sesudah haid berhenti. Tahap-tahap melakukan pemeriksaan payudara sendiri:

a. Memperhatikan di depan kaca dengan kedua tangan diletakkan di pinggang. Meliputi bentuk dan ukuran, warna kulit kemerahan, tekstur kulit tampak menebal dengan pori-pori melebar atau mulus, adakah puting lurus ke depan atau tertarik ke dalam, puting atau kulit ada yang lecet, pembengkakan (payudara yang normal adalah payudara dengan bentuk sempurna tanpa perubahan warna, tekstur dan pembengkakan).

b. Mengangkat kedua tangan, tetap perhatikan di depan cermin.

c. Memperhatikan dan memijat di depan cermin, apakah ada cairan keluar dari puting (bisa seperti susu, cairan berwrna kuning atau putih atau darah)


(34)

d. Dalam keadaan berbaring, melakukan perabaan dengan kedua tangan pada payudara. Dilakukan dengan gerakan memutar mulai dari tepi payudara hingga ke puting, masing-masing gerakan memutar dilakukan dengan kekuatan tekanan berbeda-beda. Pastikan bahwa seluruh regio payudara telah teraba.

e. Meraba payudara dalam keadaan berdiri atau duduk, biasanya dilakukan saat sehabis mandi (Breast Cancer Organization, 2012).

b. Skrining Mammografi

Mammografi adalah pemberian sinar-x dalam dosis yang ringan pada jaringan payudara. Mammografi dilakukan pada wanita yang berumur sekitar 40 tahun (Nelson, 2009). Penelitian-penelitian meta-analysis menunjukkan bahwa metode mammografi mengurangi kemungkinan kematian akibat kanker payudara sebesar 25-30% melalui skrining. Statistik juga menunjukkan untuk wanita berusia diantara 40-50 tahun memperlihatkan hasil hampir selalu positif. Penggunaan mammografi sebagai salah satu cara skrining meningkatkan penemuan kejadian tumor payudara sebelum terlihat gejala klinis pada pasien. Namun ada kalanya beberapa dari kejadian tumor payudara tidak ditemukan dengan mammogrfi, bukan karena tesnya tidak selesai dilakukan, bahkan dalam beberapa kondisi yang normal, mammografi tidak berhasil menemukan seluruh kejadian tumor payudara (Longo, 2005).


(35)

2.3.8. Klasifikasi Tumor Payudara

Tabel 2.2. Tumor Jinak dan Tumor Ganas Payudara

Tumor Jinak Tumor Ganas

Carsinoma In Situ Malignant Tumour a) Intraductal Papillary

Neoplasms

1) Central papilloma 2) Peripheral

papilloma b) Adenomas

1) Tubular adenoma 2) Lactating adenoma 3) Apocrine adenoma 4) Pleomorphic

adenoma

5) Ductal adenoma c) Adenomyoepithelioma d) Haemangioma

e) Myofibroblastoma f) Lipoma

g) Granular cell tumour h) Neurofibroma

i) Schwannoma j) Leiomyoma k) Fibroadenoma l) Phyllodes tumour m) Nipple adenoma n) Syringomatous adenoma a) Lobular Carcinoma In Situ b) Ductal Carcinoma In Situ c) Intraductal Papillary Carcinoma d) Intracystic Papillary Carcinoma e) Carcinoma

In Situ (Male Breast Tumor)

a) Invasive ductal carcinoma b) Invasive lobular carcinoma c) Tubular carcinoma

d) Invasive cribiform carcinoma

e) Medullary carcinoma f) Mucinous carcinoma and

the other tumours with abundant mucin

g) Neuroendocrine tumours h) Invasive papillary

carcinoma

i) Invasive micropapillary carcinoma

j) Apocrine carcinoma k) Metaplastic carcinoma l) Lipid-rich carcinoma m) Secretory carcinoma n) Oncocytic carcinoma o) Adenoid cystic carcinoma p) Acinic cell carcinoma q) Glycogen-rich clear cell

carcinoma

r) Sebaseous carcinoma s) Inflammatory carcinoma (dikutip dari: World Health Organization, 2003)

2.3.9. Staging Tumor Payudara

Pengklasifikasian tumor payudara berdasarkan staging-nya dengan benar adalah hal yang sangat penting. Bukan hanya untuk memberi prognosis yang akurat, tetapi keputusan pemberian terapi juga sangat tergantung pada klasifikasi tumor/kanker payudara. Stadium kanker payudara dinilai berdasarkan sistem TNM (Primary Tumor, Regional Lymph Nodes, Distant Metastasis) menurut American Joint Committee on Cancer.


(36)

T pada sistem TNM merupakan kategori untuk tumor primer, N kategori untuk nodul regional ataupun yang bermetastase ke kelenjar limfe regional, dan M merupakan kategori untuk metastase jauh.

Tabel 2.3. Staging Tumor Payudara Sistem TNM Primary Tumor (T)

TO Tidak ditemukan adanya tumor payudara TIS Karsinoma In Situ, belum invasif

T1 Tumor berukuran 2 cm atau kurang

T1a Ukuran tumor 0,1 - 0,5 cm dan tidak ditemukan adanya perlekatan ke fasia pektoralis

T1b Ukuran tumor 0,1 - 0,5 cm dan ditemukan adanya perlekatan ke fasia pektoralis

T1c Tumor berukuran 1 cm – 2 cm T2 Tumor berukuran 2 cm – 5 cm

T3 Tumor berukuran lebih besar dari 5 cm

T4 Tumor dengan infiltrasi ke dinding toraks, inflamasi terbentuk ulserasi

Regional Lymph Nodes (N)

N0 Belum ada terjadi metastasi ke kelenjar limfe N1a Metastasis 1-3 nodul ke kelenjar limfe aksila N1b Metastasis 1-3 nodul ke internal mammary

N1c Metastasis 1-3 nodul ke kelenjar limfe aksila dan limfe internal mammary dengan kelainan secara mikroskopis tapi tidak kelihatan gejala kilnis

N2 Metastasis 4-9 nodul ke kelanjar limfe aksila atau nodul pada internal mammary terlihat secara klinis tanpa nodul di aksila

N3 Metastasis lebih dari 10 nodul di limfe infraklavikula dengan atau tanpa metastasis kelenjar limfa aksila, atau kelihatannya nodul di limfa internal mammary

Distant Metastasis (M)

M0 Tak terjadi metastasis yang jauh

M1 Metastasis jauh (termasuk metastasis ke supraklavikula ipsilateral) (Sumber: AJCC Cancer Staging Manual Sixth Edition, 2002)

Kemudian berdasarkan ukuran tumor, nodul dan metastasis yang didapati, penentuan staging dilakukan berdasarkan tabel berikut:


(37)

Tabel 2.4. Stage Grouping Tumor Payudara Berdasarkan Sistem TNM

Staging T N M

Stage 0 TIS N0 M0

Stage I T1 N0 M0

Stage IIA T0 T1 T2 N1 N0 N0 M0 M0 M0 Stage IIB T2

T3

N1 N0

M0 M0 Stage IIIA T0

T1 T2 T3 N2 N2 N2 N1, N2 M0 M0 M0 M0 Stage IIIB T4

Any T

Any N N3

M0 M0

Stage IIIC Any T N3 M0

Stage IV Any T Any N M1

(Sumber: AJCC Cancer Staging Manual Sixth Edition, 2002)

2.3.10. Prognosis

Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal seperti karakteristik tumor, status kesehatan, faktor genetik, tingkat stress, imunitas, keinginan untuk hidup dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dalam five-year survival rate (American Cancer Society, 2013)

Tabel 2.5. Data statistik 5-years Survival Rate Tumor Payudara Berdasarkan Sistem TNM

Stage 5-years Survival Rate

0 93% I 88% IIA 81% IIB 74% IIIA 67% IIIB 41% IIIC 49% IV 15% (Sumber: National Cancer Data Base, 2001-2002)


(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Prevalensi adalah jumlah proporsi subyek yang sakit pada waktu tertentu (kasus lama dan baru).

Faktor Resiko:

 Jenis Kelamin

 Usia

 Ras/Suku

 Riwayat Tumor Payudara Keluarga

 Riwayat Tumor Patyudara Sebelumnya

 Penggunaan Kontrasepsi Hormonal

 IMT Berlebih

 Periode Menstruasi

 Jumlah Anak Tumor Jinak

Payudara

Tumor Ganas Payudara Tumor Payudara


(39)

Tumor payudara adalah segala bentuk pembesaran yang tidak normal pada organ payudara tanpa memperhatikan jenisnya apakah jinak atau ganas.

Tumor jinak payudara adalah pembesaran abnormal pada organ payudara dengan sifat lesi terlokalisasi, tidak dapat menyebar ke tempat lain dan cenderung tidak membahayakan.

Tumor ganas payudara adalah pembesaran abnormal pada organ payudara dengan lesi yang tumbuh dengan cara infiltrasi, invasi, destruksi, hingga menyebar ke tempat jauh (metastasis) bahkan mampu menyebabkan kematian.

Faktor resiko adalah karakteristik, tanda dan gejala pada individu yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insidensi penyakit, yang ada sebelum terjadinya penyakit.

Cara pengukuran adalah dengan analisis data rekam medik pasien penderita tumor payudara yang ada di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012.

Alat ukur yang digunakan adalah data rekam medis yang menunjukkan jumlah penderita serta faktor-faktor resiko yang tercantum pada rekam medis pasien tumor payudara.

Hasil pengukuran yang diperoleh adalah jumlah pasien penderita tumor payudara baik tumor jinak maupun tumor ganas dan faktor-faktor resiko yang didapati, dengan skala pengukuran berupa skala nominal.


(40)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan desain penelitian cross sectional (potong lintang). Dengan satu kali pengamatan didapatkan data prevalensi tumor payudara di RSUP H. Adam Malik tahun 2012.

4.2. Waktu & Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, yaitu dari bulan Juli 2013 hingga OktoberSeptember 2013.

4.2.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah RSUP H. Adam Malik-Medan. Tempat penelitian ini dipilih karena RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit tipe A sesuai SK MENKES No. 335/MENKES/SK/VII/1990 yang merupakan tempat rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan sehingga cukup representatif untuk dijadikan acuan sumber data epidemiologi khusunya di propinsi Sumatera Utara. Selain itu RSUP H. Adam Malik juga adalah Rumah Sakit Pendidikan sesuai SK MENKES No. 502/MENKES/SK/IX/1991.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua data rekam medik dari tumor payudara dari bulan Januari 2012 sampai Desember 2012 di RSUP H. Adam Malik-Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, dimana seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian.


(41)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data rekam medik pasien tumor payudara pada bulan Januari 2012 sampai Desember 2012 di Instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik-Medan. Data dikumpulkan kemudian diolah dan dikelompokkan sesuai faktor-faktor resiko yang ditemukan dan jenis tumor payudaranya.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan kemudian diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel, diagram ataupun grafik sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui prevalensi tumor payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan.


(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau.

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km. 12 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan. Instalasi Rekam Medik ini berada di lantai satu gedung Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan.

5.1.2. Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis penderita tumor payudara yang berisi hasil pemeriksaan histopatologi dari tumor payudara di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Data yang diambil berada pada kurun waktu 1 tahun, yaitu dari 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2012.

Jumlah data keseluruhan adalah 323 data rekam medis lengkap yang berisi data dasar berupa nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, dan hasil pemeriksaan histopatologi tumor payudara serta data tambahan berupa beberapa faktor resiko yang turut didokumentasikan.


(43)

5.1.2.1. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Kelompok Usia Distribusi data penelitian yang menunjukkan kelompok usia penderita tumor payudara pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia N %

21-30 tahun 11 3,4

31-40 tahun 65 20,1

41-50 tahun 108 33,4

51-60 tahun 93 28,8

61-70 tahun 35 10,8

71-80 tahun 11 3,4

Total 323 100

Berdasarkan tabel 5.1., didapati bahwa jumlah pasien tumor payudara terbanyak terdapat pada kelompok usia 41-50 tahun dengan 108 orang (33.4%), diikuti oleh kelompok usia 51-60 tahun sebanyak 93 orang (28.8%). Kelompok usia dengan jumlah pasien tumor payudara paling sedikit adalah kelompok usia 21-30 tahun dan 71-80, masing-masing dengan jumlah pasien sebanyak 11 orang (3.4%).

5.1.2.2. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Gambaran Histopatologi

Distribusi data penelitian yang menunjukkan gambaran histopatologi dari tumor payudara pada tahun 2012 adalah sebagai berikut.


(44)

Tabel 5.2. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Gambaran Histopatologi

Gambaran Histopatologi N % Menurut

Jenis Tumor % Total

Tumor Jinak

Fibroadenoma Mammae 11 68.8 3.4 Phylloides Tumor 3 18.7 1.0 Fibrocystic Disease 2 12.5 0.6 Total Tumor

Jinak Payudara 16 100 5

Tumor Ganas

Invasive Ductal

Carcinoma 264 85.9 81.8 Invasive Lobular

Carcinoma 36 11.7 11.1

Sarcoma Phylloides 1 0.3 0.3

Sarcoma Mammae 1 0.3 0.3

Medullary Carcinoma 1 0.3 0.3 Adenocarcinoma

Mammae 2 0.7 0.6

Fibrosarcoma 1 0.3 0.3

Papilary

Adenocarcinoma 1 0.3 0.3

Total Tumor

Ganas Payudara 307 100 95

Total Tumor

Payudara 323 100

Berdasarkan tabel 5.2., dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, total penderita tumor jinak pada payudara berjumlah 16 orang (4.4%) dengan penyebaran jenis gambaran histopatologi antara lain, Fibroadenoma mammae sebanyak 11 orang (68.8%). Phylloides tumor sebanyak 3 orang (18.7%), dan Fibrocystic disease sebanyak 2 orang (12.5%)

Sementara itu, total pasien tumor ganas payudara sebanyak 307 orang (94.6%) dengan penyebaran jenis gambaran histopatologi berupa Invasive Ductal Carcinoma sebanyak 264 orang (85.9%), diikuti Invasive Lobular Carcinoma


(45)

sebanyak 36 orang (11.7%), Adenocarcinoma Mammae sebanyak 2 orang (0.7%), kemudian Sarcoma Phylloides, Sarcoma Mammae, Medullary Carcinoma, Fibrosarcoma dan Papilary Adenocarcinoma masing-masing sebanyak 1 orang (0.3%).

5.1.2.3. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Tumor

Jika ditinjau dari distribusi penderita tumor payudara berdasarkan kelompok usia dan jenis tumor, maka penyebaran data penelitian tumor payudara untuk tahun 2012 adalah sebagai berikut.

Tabel 5.3. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Tumor

Kelompok Usia

Jenis Tumor Total

N (%) Tumor Jinak

N (%)

Tumor Ganas N (%)

21-30 tahun 2 (0.6) 9 (2.8) 11 (3.4)

31-40 tahun 3 (0.9) 62 (19) 65 (20.1)

41-50 tahun 6 (1.9) 102 (31.5) 108 (35.5)

51-60 tahun 4 (1.2) 89 (28) 93 (28.8)

61-70 tahun 0 (0) 35 (10.8) 35 (10.8)

71-80 tahun 1 (0.3) 10 (3) 11 (3.4)

Total 16 (4.9) 307 (95.1) 323 (100)

Tabel 5.3. di atas memperlihatkan bahwa kejadian tumor payudara, baik itu tumor jinak maupun tumor ganas payudara, berada pada kelompok usia yang sama. Kejadian tumor jinak payudara tertinggi berada pada kelompok usia 41-50 tahun dengan kejadian sebanyak 6 kasus (1.9%) diikuti oleh kelompok usia 51-60 tahun dengan kejadian sebanyak 4 kasus (1.2%), sama halnya dengan tumor ganas


(46)

payudara yang kejadian tertinggi berada pada kelompok usia 41-50 tahun dengan kejadian 102 orang (31.5%).

5.1.2.4. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Ras atau Suku dan Jenis Tumor

Jika ditinjau dari distribusi penderita tumor payudara berdasarkan ras atau suku dan jenis tumor, maka penyebaran data penelitian tumor payudara untuk tahun 2012 adalah sebagai berikut.

Tabel 5.4. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Ras atau Suku dan Jenis Tumor

Suku

Jenis Tumor Total

N (%) Tumor Jinak

N (%)

Tumor Ganas N (%)

Aceh 1 (0.3) 37 (11.5) 38 (11.8)

Batak 9 (2.8) 134 (41.5) 143 (44.3)

Cina 0 (0) 3 (0.9) 3 (0.9)

Jawa 4 (1.2) 109 (33.7) 113 (35.0)

Melayu 1 (0.3) 13 (4.0) 14 (4.3)

Padang 1 (0.3) 11 (3.4) 12 (3.7)

Total 16 (5.0) 307 (95.0) 323 (100.0)

Berdasarkan tabel 5.4., didapati bahwa pada tahun 2012, pasien tumor payudara terbanyak adalah pasien yang bersuku Batak, yaitu 143 orang (44.3%), diikuti oleh pasien bersuku Jawa dengan 113 orang (35%). Pasien dengan suku lain seperti Aceh, Melayu, Padang tidak memperlihatkan angka yang cukup tinggi, sedangkan pasien dengan jumlah paling sedikit ditemukan pasien dengan suku Cina, yaitu sebanyak 3 orang (0.9%). Secara keseluruhan, kejadian tumor ganas payudara didapatkan lebih tinggi dibandingkan kejadian tumor jinak, sama halnya jika ditinjau pada masing-masing suku.


(47)

5.1.2.5.Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Riwayat Keluarga dengan Penyakit yang Sama dan Jenis Tumor

Jika ditinjau dari distribusi penderita tumor payudara berdasarkan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama dan jenis tumor, maka penyebaran data penelitian tumor payudara untuk tahun 2012 adalah sebagai berikut.

Tabel 5.5. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Riwayat Keluarga dengan Penyakit yang Sama dan Jenis Tumor

Riwayat Keluarga

Jenis Tumor Total

N (%) Tumor Jinak

N (%)

Tumor Ganas N (%)

Positif 0 (0) 16 (5.0) 16 (5.0)

Disangkal 4 (1.2) 81 (25.1) 85 (26.3)

Tidak Tercantum 12 (3.7) 210 (65.0) 222 (68.7)

Total 16 (5.0) 307 (95.0) 323 (100.0)

Berdasarkan tabel 5.5., didapati jumlah pasien penderita tumor payudara dengan adanya riwayat penyakit yang sama pada anggota keluarga adalah 16 orang (5%) dengan tidak ada seorangpun terkena tumor jinak payudara. Sedangkan pasien dengan riwayat penyakit yang sama pada anggota keluarga yang disangkal berjumlah 85 orang (26.3%) dengan 81 orang diantaranya menderita tumor ganas. Namun terdapat 222 orang (68.7%) dengan keterangan mengenai riwayat penyakit yang sama pada keluarganya tidak dicantumkan pada data rekam medis dan 210 orang diantaranya menderita tumor ganas, lebih tinggi dibandingkan dengan tumor jinak.

5.1.2.6. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Riwayat Tumor Payudara Sebelumnya dan Jenis Tumor

Jika ditinjau dari distribusi penderita tumor payudara berdasarkan riwayat tumor payudara sebelumnya dan jenis tumor, maka penyebaran data penelitian tumor payudara untuk tahun 2012 adalah sebagai berikut.


(48)

Tabel 5.6. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Riwayat Tumor Payudara Sebelumnya dan Jenis Tumor

Riwayat Tumor Payudara

Jenis Tumor Total

N (%) Tumor Jinak

N (%)

Tumor Ganas N (%)

Positif 2 (0.6) 18 (5.6) 20 (6.2)

Disangkal 0 (0) 9 (2.8) 9 (2.8)

Tidak Tercantum 14 (4.3) 280 (86.7) 294 (91)

Total 16 (5) 307 (95) 323 (100)

Berdasarkan tabel 5.6., dapat dilihat bahwa jumlah pasien tumor payudara dengan adanya riwayat tumor payudara sebelumnya adalah 20 orang (6.2%), sedangkan pasien penderita tumor payudara dengan riwayat tumor payudara sebelumnya yang disangkal sebanyak 9 orang (2.8%). Dan untuk keduanya, hampir keseluruhan pasien diantaranya menderita tumor ganas payudara. Begitu juga dengan 294 pasien dengan keterangan tentang riwayat tumor payudara sebelumnya tidak dicantumkan, hanya 14 orang (4.3%) yang menderita tumor jinak payudara, sisanya (86.7%) menderita tumor ganas.

5.1.2.7.nDistribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal dan Jenis Tumor

Jika ditinjau dari distribusi penderita tumor payudara berdasarkan riwayat penggunaan alat kontrasepsi dan jenis tumor, maka penyebaran data penelitian tumor payudara untuk tahun 2012 adalah sebagai berikut.


(49)

Tabel 5.7. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal dan Jenis Tumor

Riwayat Kontrasepsi

Hormonal

Jenis Tumor Total

N (%) Tumor Jinak

N (%)

Tumor Ganas N (%)

Positif 2 (0.6) 50 (15.5) 52 (16.1)

Disangkal 2 (0.6) 15 (4.6) 17 (5.3)

Tidak Tercantum 12 (3.7) 242 (74.9) 254 (78.6)

Total 16 (5) 307 (95) 323 (100)

Tabel 5.7., memperlihatkan bahwa jumlah pasien tumor payudara dengan adanya riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormonal lebih banyak dibanding dengan mereka yang tidak. Terdapat 52 orang (16.1%) dengan riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormonal, sedangkan pasien penderita tumor payudara dengan riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormonal yang disangkal sebanyak 17 orang (5.3%). Namun terdapat 254 orang (78.6%) yang tidak dicantumkan keterangan mengenai riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormonal pada data rekam medis.

5.1.2.8. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Pengukuran Indeks Massa Tubuh dan Jenis Tumor

Berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh dan jenis tumor, maka penyebaran data penelitian tumor payudara untuk tahun 2012 adalah

Tabel 5.8. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Pengukuran Indeks Massa Tubuh dan Jenis Tumor

Pengukuran Indeks Massa Tubuh

Jenis Tumor Total

N (%) Tumor Jinak

N (%)

Tumor Ganas N (%)

Overweight/Obesitas 6 (1.9) 84 (26) 90 (27.9)

Normal 0 (0) 2 (0.6) 2 (0.6)

Tidak Tercantum 10 (3.1) 221 (68.4) 231 (71.5)


(50)

Berdasarkan tabel 5.8., pasien yang menderita tumor payudara dengan indeks massa tubuh yang berlebihan (overweight/obesitas) berjumlah 90 orang (27.9%) dan 84 orang diantaranya adalah penderita tumor ganas, 6 lainnya menderita tumor jinak. Sedangkan pasien penderita tumor payudara dengan indeks massa tubuh normal sebanyak 2 orang (0.6%) dengan keseluruhannya terkena tumor ganas payudara. Namun terdapat 231 orang (71.5%) yang tidak dicantumkan keterangan mengenai pengukuran indeks massa tubuh pada data rekam medis.

5.1.2.9. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Usia Menarche dan Jenis Tumor

Jika ditinjau dari distribusi penderita tumor payudara berdasarkan usia menarche dan jenis tumor, maka penyebaran data penelitian tumor payudara untuk tahun 2012 adalah sebagai berikut.

Tabel 5.9. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Usia Menarche dan Jenis Tumor

Riwayat Usia Menarche

Jenis Tumor Total

N (%) Tumor Jinak

N (%)

Tumor Ganas N (%)

Menarche Prekok 1 (0.3) 9 (2.8) 10 (3)

Normal 2 (0.6) 115 (35.6) 117 (36.2)

Menarche Terlambat 0 (0) 3 (0.9) 3 (0.9) Tidak Tercantum 13 (4.1) 180 (55.7) 193 (59.8)

Total 16 (5) 307 (95) 323 (100)

Berdasarkan tabel 5.9., pasien yang menderita tumor payudara dengan riwayat menarche prekok hanya berjumlah 10 orang (3.1%), pasien tumor payudara dengan riwayat menarche normal berjumlah 117 orang (36.2%), dan pasien dengan riwayat menarche terlambat berjumlah 3 orang (0.9%). Dari data ketiga riwayat usia menarche di atas, hampir keseluruhan pasien menderita tumor ganas payudara. Begitu juga pada 193 pasien (59.8%) yang keterangan mengenai


(51)

riwayat usia menarche tidak dicantumkan pada data rekam medis, 180 diantaranya adalah penderita tumor ganas payudara.

5.1.2.10. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Jumlah Anak Distribusi data penelitian penderita tumor payudara berdasarkan jumlah anak untuk tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.10. Distribusi Penderita Tumor Payudara Berdasarkan Jumlah Anak

Jumlah Anak N %

0 12 3.7

1 18 5.6

2 43 13.3

3 53 16.4

4 44 13.6

5 15 4.6

6 5 1.5

7 8 2.5

8 7 2.2

10 3 0.9

13 1 0.3

Tidak Tercantum 114 35.3

Total 323 100

Berdasarkan tabel 5.10., didapati bahwa untuk tahun 2012, tidak terlihat adanya perubahan angka kejadian tumor payudara yang signifikan jika dibandingkan dengan perbedaan jumlah anak. Terlihat kejadian tumor payudara tertinggi ditemukan pada pasien yang memiliki 3 orang anak yaitu 53 kasus (16.4%), diikuti oleh pasien dengan 4 orang anak dengan 44 kasus (13.6%) dan 2 orang anak dengan 43 kasus (13.3%). Namun terdapat 114 orang (35.3%) yang tidak dicantumkan keterangan mengenai jumlah anak pada data rekam medis.


(52)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Analisis Distribusi Jenis Tumor Payudara

Berdasarkan tabel distribusi dari penelitian yang dilakukan, didapati bahwa kejadian tumor ganas payudara lebih tinggi dibandingkan dengan tumor jinak payudara. Kejadian tumor ganas payudara yang ditemukan sebanyak 307 kasus (95%), sementara tumor jinak sebanyak 16 kasus (5%).

Hal serupa juga didapati dari penelitian yang dilakukan oleh Zebua (2011), juga di RSUP Haji Adam Malik, Medan, untuk periode tahun 2009-2010. Dari 279 kasus tumor payudara, didapatkan 194 kasus (69.5%) diantaranya adalah tumor ganas dan 85 kasus (30.5%) lainnya merupakan tumor jinak payudara.

Penelitian diatas menunjukkan tingginya angka kejadian tumor ganas payudara dibanding jenis tumor yang jinak. Pada penelitian ini, sangat tingginya angka kejadian tumor ganas payudara bila dibandingkan dengan hanya sedikitnya kejadian tumor jinak bisa terjadi mengingat RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit pusat rujukan wilayah Pembangunan A, sehingga pasien-pasien yang berada dalam kondisi parah dan membutuhkan pelayanan lebih lanjut akan dirujuk ke rumah sakit ini.

5.2.2. Analisis Distribusi Gambaran Histopatologi Tumor Payudara

Berdasarkan gambaran histopatologinya, hanya terdapat 16 kejadian (5%) tumor jinak payudara di RSUP Haji Adam Malik, Medan yang dilaporkan pada tahun 2012. Dari 16 orang penderita tumor jinak payudara, tipe gambaran histopatologi yang tersering adalah Fibroadenoma mammae, yaitu sebanyak 11 orang (68.8%), diikuti oleh Phylloides tumor sebanyak 3 orang (18.7%) dan Fibrocystic disease sebanyak 2 orang (12.5%)

Tumor jinak payudara biasanya memiliki ciri-ciri tumbuh perlahan, berbatas tegas, rata, mobile, dan tidak mampu menginfiltrasi jaringan disekitarnya. Tumor jinak payudara, termasuk Fibroadenoma mammae lebih sering terjadi pada wanita usia muda. Sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan, disampaikan oleh Robbins (2007), Fibroadenoma mammae


(53)

merupakan tumor jinak paling sering dijumpai diantara seluruh jenis tumor jinak payudara lainnya. Ditambahkan juga oleh NSW Breats Cancer Institute, yang mengatakan bahwa Fibroadenoma mammae umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50.

Untuk kasus tumor ganas, ditemukan 307 kejadian di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Didapati tumor dengan gambaran histopatologi Invasive Ductal Carcinoma dengan kejadian tertinggi, yaitu sebanyak 264 kasus (85.9%), di urutan selanjutnya ada Invasive Lobular Carcinoma sebanyak 36 kasus (11.7%), Adenocarcinoma Mammae sebanyak 2 kasus (0.7%), dan jenis tumor ganas lainnya masing-masing dengan kejadian 1 kasus (0.3%).

Dari data pada tabel distribusi yang didapatkan pada penelitian, terlihat bahwa Invasive ductal carcinoma (IDC) merupakan jenis tumor payudara yang paling sering ditemukan diantara jenis tumor ganas payudara lainnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh College of American Pathologists, dikatakan bahwa kejadian IDC mencapai 65%-85% dari seluruh kejadian tumor ganas payudara. Dari penelitian yang sama, dikatakan lebih dari 50% kejadian IDC terjadi setelah usia 65 tahun dan ditambahkan juga oleh National Breast Cancer Foundation (2012), IDC juga mampu menyerang kaum pria.

5.2.3. Analisis Distribusi Usia Penderita Tumor Payudara

Pada penelitian ini, distribusi kelompok usia pasien tumor payudara memiliki kesamaan jika dihubungkan dengan jenis tumor yang diderita. Untuk tumor jinak payudara, frekuensi tertinggi berada pada kelompok usia yang relatif tidak muda, yaitu rentang 41-50 tahun dengan 6 kasus. Sedangkan pasien dengan usia muda, hanya ditemukan 2 kasus (0.6%) tumor jinak payudara, yaitu pada kelompok usia 21-30 tahun.

Hal yang berbeda dikatakan oleh American Cancer Society (2013), bahwa pada usia muda jenis tumor yang paling banyak didapati adalah tumor jinak, sementara kejadian tumor ganas sangat jarang. Hal yang serupa ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan Zebua pada tahun 2011 di rumah sakit yang sama, untuk periode tahun 2009-2010. Dilaporkan, pada rentang usia 10-19 tahun,


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Gambaran histopatologi dari penderita tumor payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2012 dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Total penderita tumor payudara adalah sebanyak 323 orang. Jumlah penderita tumor ganas payudara lebih banyak dibandingkan dengan tumor jinak payudara.

2. Prevalensi tumor jinak payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2012 adalah sebanyak 16 orang (5%).

3. Prevalensi tumor ganas payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2012 adalah sebanyak 307 orang (95%).

4. Gambaran histopatologi dari penderita tumor jinak payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2012 yang terbanyak adalah tipe Fibroadenoma mammae, yaitu sebanyak 11 orang (68.8%).

5. Gambaran histopatologi dari penderita tumor ganas payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2012 yang terbanyak adalah tipe Invasive Ductal Carcinoma, yaitu sebanyak 264 orang (85.9%).

6. Data faktor resiko yang tercatat dalam penelitian menunjukkan kejadian tumor payudara terbanyak pada usia 41-50 tahun, pasien dengan suku batak merupakan kejadian terbanyak, pasien dengan riwayat menderita tumor payudara sebelumnya, riwayat pemakaian alat kontrasepsi hormonal lebih banyak dibandingkan pasien yang menyangkal, pasien dengan indeks massa tubuh berlebih lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang


(2)

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian sebaiknya diperluas, mengingat masih banyak sentra diagnostik yang lain yang terdapat di kota Medan, sehingga data demografi yang diperoleh semakin akurat.

2. Rekam Medis sebagai sumber data penelitian sebaiknya lebih lengkap dalam melampirkan unsur-unsur demografi, pelaporan pemeriksaan, hasil pemeriksaan dan follow up yang dilakukan, serta lebih spesifik dalam pengklasifikasian serta mencatat informasi-informasi penting lainnya sehingga memudahkan dalam pengolahan data.

3. Mengingat kejadian tumor payudara yang sampai ke petugas kesehatan dominan sudah jatuh ke tingkat yang cukup parah, maka sebaiknya tindakan-tindakan dalam upaya diagnosis dini (skrining) seperti periksa payudara sendiri (SADARI) dan mammography harus secara rutin dilakukan masyarakat sehingga kejadian tumor payudara dapat dicegah lebih awal.

4. Sehubungan angka kejadian tumor payudara yang cukup tinggi di masyarakat, perlu dilakukan penelitian yang berkesinambungan mengenai kejadian tumor payudara ini sebagai langkah awal pengawasan dan kontrol perkembangan tumor payudara di masyarakat.

5. Masyarakat sebaiknya menerima informasi yang akurat mengenai penyakit ini agar masyarakat menjadi lebih peduli dan peka, mengingat berbagai faktor resiko yang turut meningkatkan kejadian tumor payudara adalah faktor resiko yang dapat diubah (modifiable risk factor), sehingga kejadian tumor payudara di masyarakat dapat ditekan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society (ACS), 2012. Breast Cancer. Atlanta: American Cancer Society, Inc. Available from:

http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003090-pdf. pdf [accessed May 20, 2013]

American Cancer Society (ACS), 2012. Breast Cancer: Early Detection The importance of finding breast cancer early. Atlanta: American Cancer

Society, Inc. Available from : http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003165-pdf.

pdf [accesed May 20, 2013]

American Cancer Society (ACS), 2012. Breast Cancer Facts and Figures 2011-2012. Available from:

http://www.cancer.org/acs/groups/content/@epidemiologysurveilance/doc uments/document/acspc-030975.pdf [accessed May 30, 2013]

Breakthrough Breast Cancer Organization, 2010. Breast Cancer Risk the Fact Obesity. 2nd Edition. London.

Breast Cancer Organization. 2010. Your Guide to the Breast Cancer Pathology Report. Available from:

http://www.breastcancer.org/Images/Pathology_Report_Bro_V14_FINAL _tcm8-333315.pdf [accessed June 1, 2013]

Breast Cancer Organization. 2012. . Available from: http://www.breastcancer.org/symptoms/testing/types/self_exam/bse_steps? gclid=CNbTg_muyrcCFUlV4godM2UAMw [accessed 2 June, 2013] CA Cancer J Clin. 2011. Global Cancer Statistic. 61(2):134. Available from:


(4)

College of American Pathologist, 2011. Breast Cancer: Invasive Ductal Carcinoma.

Cramer, D.W., Lifford, K.L., 2007. Epidemiology for the Gynecologist. In: Berek, J.S., ed. Berek & Novak’s Gynecology, 14th ed. United States of America: Lippincott Williams & Wilkins, 66-67.

Fadjari, H., 2012. Pendekatan Diagnosis Benjolan di Payudara. CDK-192 39 (4):

308-310. Available from: http://www.kalbemed.com/Portals/6/40_192Praktis_Pendekatan%20Diagn

osis%20Benjolan%20di%20Payudara.pdf [accessed May 17, 2013]

Ganong, W. F. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 22. Jakarta: EGC, 455 – 461.

Hall, J.A., Knaus, J.V., 2005. An Atlas of BREAST DISEASE. New York: The Parthenon Publishing Group, 34-39.

Hansen, J.T., 2010. Netter’s Clinical Anatomy, 2nd ed. Cleveland: Saunders Elsevier, 79-83.

Junqueira, L. C., Carneiro, J., 2004. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC, 447.

Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., 2005. Robbins and Cotran PATHOLOGIC BASIS OF DISEASE, 7th ed. Cleveland: Saunders Elsevier, 321 – 327 and 1131 - 1136.

Kumar, V., Cotran R. S., Robbins S. L., 2007. Buku Ajar Patologi Vol. 1. Ed. 7. Jakarta: EGC

Kumar, V., Cotran R. S., Robbins S. L., 2007. Buku Ajar Patologi Vol. 2. Ed. 7. Jakarta: EGC, 788-802.


(5)

Lippman, M. E., 2010. Breast Cancer. In: Longo, D. L., ed. Harrison’s Hematology and Oncology. United States of America: McGraw-Hill, 459 – 471.

Mayer, M., Batur, P., Moore, H., 2009. Breast Disorder and Breast Cancer Screening. In: Carey, W.D., ed. Current Clinical Medicine, 2nd ed. Cleveland: Saunders Elsevier, 1206-1208.

Mulligan, A. M., O’Malley, F. P., 2012. The Breast. In: Rubin, R., Strayer, D.S., ed. Pathology Clinicopathologic Foundations of Medicine, 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 923-945.

Ndhluni, A., 2009. The ABC of Benign Breast Disease. CME (27) 10: 453 - 455 Available from:

www.ajol.info/index.php/cme/article/download/50327/39014 [accessed 22 May, 2013]

NSW Breast Cancer Institute. 2011. Available from:

www.bci.org.aupublicguides_Mar06Fibroadenoma%20111005.pdf [accesed November 29, 2013]

Nelson, et al. 2009. Screening for Breast Cancer: Systematic Evidence Review Update for the U. S. Preventive Services Task Force. Available from: http://www.uspreventiveservicestaskforce.org/uspstf09/breastcancer/brcan es.pdf [accessed May 30, 2013]

Oemiati, R., Ekowati R., Antonius Y. K., 2011. Prevalensi Tumor dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 39 (4): 190-204.

Ross, M. H., Pawlina, W., 2011. Histology a Text and Atlas With Correlated Cell and Molecular Biology, 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &


(6)

Sadler, T.W. Langman’s Medical Embryology, 8th Edition. United States of America: McGraw-Hill

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto, 141 – 144

Susan G. Komen Organization, 2013. Fact for Life. Racial and Ethnic Differences. Susan G. Komen Organization

Underwood, J.C.E., 1996. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta: EGC, 258-263.

Van De Graaff, K., 2001. Human Anatomy, 6th ed. United States of America: McGraw-Hil, 738-741.

World Health Organization. 2000. Pathology and Genetics Tumours of the Breast and Female Genital Organs.

World Health Organization. 2008. WHO Global Burden of Disease 2004 Update. Geneva: WHO, 12-13.

World Health Organization. 2013. Cancer. Available from: www.who.int/mediacentrefactsheets/fs297en/ [accessed 19 May, 2013]

Zebua, J.I., 2011. Gambaran Histopatologi Tumor Payudara di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan Tahun 2009-2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.