Legalitas dan Kewenangan LEGALITAS KEPEMIMPINAN JAKSA AGUNG MENURUT HUKUM

Menurut Yusril Ihza Mahendra Jaksa Agung Hendarman Supandji, bila bertolak pada argumen di atas adalah illegal. Dengan demikian seluruh keputusan yang ia perbuat juga batal demi hukum. Pakar Hukum Tata Negara yang juga pemikir Islam ini berpendapat bahwa jabatan Jaksa Agung harus juga dikaitkan dengan periode jabatan kabinet. Jika tidak, lanjutnya, jabatan yang disandang Hendarman seolah-olah tidak ada batasan masa jabatannya. Hendarman bahkan bisa menjadi Jaksa Agung seumur hidup. 20 Sumber: Berbagai sumber media cetak maupun online Dan setelah melalui uji materi yang panjang, akhirnya penantian publik terjawab. Setelah Mahkamah Konstitusi atas putusannya yang mengabulkan sebagian permohonan uji materi Pasal 22 Ayat 1 huruf D Undang Undang Kejaksaan. Konsekuensinya, Hendarman Supandji wajib melepas jabatan Jaksa Agung. Pasal 22 Ayat 1 huruf D dinilai tak memberi kepastian hukum dan harus dilakukan legislative review.

A. Legalitas dan Kewenangan

Berdasarkan putusan MK, masa jabatan Jaksa Agung telah berakhir bersamaan masa jabatan presiden satu periode, Oktober 2009. Sikap ‘berani’ Mahkamah Konstitusi ini sebenarnya banyak ditentang kalangan istana atau pembantu presiden. Sebut saja misalnya, Mensesneg Sudi Silalahi menganggap Jaksa Agung Hendarman tetap sah, karena tak ada kata tak sah dalam putusan 20 Kompas.com, Inilah.com, detik.com, dll, 2010, hal.1. Headline MK. Sudi bahkan menyatakan MK tak berhak memberhentikan jaksa agung, karena wewenang penuh presiden. Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar dan staf khusus Presiden bidang hukum Denny Indrayana, status Jaksa Agung bukanlah anggota kabinet. Sehingga tidak perlu pengangkatan kembali oleh presiden setiap pergantian kabinet. Denny berkilah bila jabatan Jaksa Agung berbeda dari jabatan menteri. Sebab ia sama posisinya dengan Kapolri dan Panglima TNI. Namun, terlepas penulis mencoba menganalisis permasalahan ini dengan mengutip pendapat ahli-ahli hukum. Permasalahan ini bermula ketika aktor pemeran Laksamana Cheng Ho yang juga mantan Menteri Hukum dan HAM, Yusril Ihza Mahendra ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi proyek Sistem Administrasi Badan Hukum Depkum HAM. Sebenarnya Yusril mau mengungkap semua ‘borok’ kasus ini tapi beliau khawatir nanti, kasus ini akan seperti kasus yang menimpa pada Susno Duaji, yang berakhir sampai penjara. Orang sekaliber Yusril saja takut melaporkan atau mengungkap kasus korupsi apalagi rakyat jelata yang tak mengenal hukum. Kasus ini jelas membuktikan sistem ketatanegaraan kita yang masih menyisakan celah dan lubang yang masih harus dibenahi, akibat praktik politik yang masih jauh dari kemampuan pejabat menginterpretasikan amanat Undang-undang dasar 1945. terutama terkait pasal di atas yang mengatur masa jabatan. Artinya segala kewenangan dan tuga jaksa agung bila bertolak dari hukum yang ketat akan batal jika legalitas jaksa agung bermasalah. Karena itu timpang tindih antara legalitas dan kewenangan akan menjadi sangat rentan oleh praktik penyalahgunaan kewenangan. Tugas dan kewenangan Kejaksaan di atas secara institusional memang telah diatur dalam undang-undang sebagaimana telah diurai sebelumnya, terkait kedudukan dan fungsi Kejaksaan. Namun, jika legalitas pimpinannya bermasalah akan menyisakan celah hukum, karena kewenangan untuk merekomendasikan apakah sebuah kasus layak atau tidak disidangkan ada pada dipundak pimpinan kejaksaan agung. Jadi, meski independensi lembaga kejaksaan secara normative tertera dalam undang-undang tetap saja unsure legitimasi politik dan kekuasaan tetap mengikat, sebab jaksa agung juga dipilih oleh presiden berdasarkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat RI,. Jadi kewenangannya juga sarat dengan komitmen politik penguasa untuk menegakkan keadilan. Disinilah terletak jurang antara tugas dan keweangan, dan dipihak lain legalitas jabatan. Prinsipnya, sebagaimana diatur dalam kedudukan dan tugas, serta fungsinya kejaksaan agung memang memiliki hak untuk menuntut dan menetapkan sebuah kasus itu layak atau tidak untuk diadili. Namun, tak dapat dipungkiri kalau intervensi kekuasaan tetap ada. Artinya, ketika legalitas bermasalah putusan sebelumnya semestinya juga gugur, sebab posisinya yang illegal sebagai pimpinan jaksa agung. Yusril Ihza Mahendra, misalnya menilai putusan MK sebenarnya lebih sebagai jalan tengan yang bijak, dan tidak berlaku surut. Namun, menurutnya bila merujuk ke asas legal strick putusan sebelumnya secara otomatis gugur. Itu artinya, apa-apa yang telah diputuskan Hendarman saat menjabat jaksa agung yang sudah melewati masa jabatannya akan gugur. Namun, masalah gejolak social akan muncul jika itu diberlakukan. Berepa koruptor yang akan menggugat serta kasus hukum lainnya yang harus disidangkan ulang, atau setidaknya muncul tuntutan balik bagi mereka yang telah dirugikan oleh kebijakan Hendarman Supandji.

B. Struktur dan Fungsi Legalitas Menurut Konstitusi