Keterkaitan Antar Variabel Pengaruh tingkat suku bunga dan kurs terhadap inflasi di Indonesia Priode 1990-2009

25 menggunakan dua variabel independen yaitu : suku bunga dan kurs sebagai penentu inflasi. 2. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian dari Jakaria, Enny Sri Hartati, dimana penelitian mereka tidak memasukkan variabel suku bunga. Maka dalam penelitian ini penggunaan suku bunga dianggap penting dalam pencapaian sasaran inflasi karena suku bunga mempengaruhi penawaran dan permintaan uang yang berakibat pada jumlah uang beredar dalam suatu negara, dimana jumlah uang beredar adalah cermin dari terjadinya inflasi berdasarkan teori Irving Fisher. 3. Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian di Indonesia dengan tahun pengamatan 1990-2009 dan menggunakan alat analisis regresi linier berganda dengan metode OLS Ordinary Least Square. Pemilihan metode ini adalah untuk melihat apakah suku bunga, kurs mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap inflasi.

C. Keterkaitan Antar Variabel

1. Hubungan Antara Suku Bunga Dan Inflasi

Suku bunga melambangkan biaya kesempatan dari memegang uang. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan kerugian biaya kesempatan dari memegang uang dan meningkatkan jumlah permintaan uang tunai. Kenaikan suku bunga akan berdampak pada jumlah permintaan barang dan jasa. Jika suku bunga tinggi maka biaya peminjaman dan pengembalian tabungan pada masyarakat menjadi lebih besar, serta menurunkan jumlah 26 perusahaan yang meminjam uang atau berinvestasi Mankiw, 2006:329- 331. Hubungan antara suku bunga dan inflasi tercermin pada teori preferensi likuiditas. Teori preferensi likuiditas adalah teori Keynes yang menyatakan bahwa suku bunga akan bergerak menyeimbangkan jumlah uang beredar dan jumlah permintaan uang. Jika keberadaan suku bunga adalah di atas tingkat keseimbangan maka jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat sedikit daripada yang diciptakan oleh bank sentral, sehingga kelebihan uang ini akan menurunkan tingkat suku bunga dan sebaliknya Mankiw, 2006:327-329. Menurut teori preferensi likuiditas, masyarakat dalam menggunakan uang menghadapi dua pilihan yaitu untuk konsumsi sekarang atau menundanya dengan diinvestasikan untuk memperoleh manfaat dimasa yang akan datang. Hal ini sesuai pendapat Keynes yaitu salah satu motif seseorang memegang uang adalah untuk spekulasi. Besarnya uang yang akan digunakan untuk spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga. Jika tingkat bunga turun maka jumlah uang yang akan diinvestasikan pada sekuritas akan turun, dengan kata lain jumlah uang tunai yang dipegang akan naik, naiknya nilai jumlah uang beredar inilah letak inflasi dimana bila dilihat dari teori Irving Fisher yang menyatakan bahwa MV=PT, dimana V dan T dianggap tetap karena dianggap berada pada keadaan kesempatan kerja penuh, bila M yaitu jumlah uang beredar naik maka P sebagai harga ikut naik Mankiw, 2006:198. 27 Hubungan antara suku bunga dan inflasi juga dapat dilihat dari efek Fisher berdasarkan ekonom Irving Fisher 1867-1947. Dimana efek Fisher adalah penyesuaian satu-satu dari suku bunga nominal terhadap laju inflasi. Ketika bank sentral menaikkan tingkat pertumbuhan uang yang akhirnya menimbulkan laju inflasi maka suku bunga nominal akan dinaikkan untuk mengurangi tingkat inflasi tersebut Mankiw, 2006:209.

2. Hubungan Antara Kurs Dan Inflasi

Hubungan antara kurs dan inflasi tercermin pada teori paritas daya beli. Teori paritas daya beli pertama kali dikemukakan oleh Gustav Cassell seorang ekonom Swedia 1866-1945. Teori paritas daya beli menyatakan bahwa nilai tukar mata uang negara yang satu sama dengan tingkat harga di negara yang lainnya. Nilai tukar bergerak secara proporsional dengan naik turunnya harga relatif dalam suatu negara Halwani, 2005:162-163. Teori Paritas Daya Beli dapat diartikan dalam pengertian absolut, yaitu sebagai rasio antara tingkat harga dalam negeri dengan tingkat harga luar negeri. Jika diartikan dalam pengertian relatif, teori paritas daya beli adalah sebagai perbandingan indeks harga dalam negeri dengan indeks harga luar negeri pada tahun dasar tertentu Halwani, 2005:164. Teori paritas daya beli didasarkan pada prinsip hukum satu harga the law of one price. Hukum ini menyatakan bahwa satu unit mata uang dalam suatu negara seharusnya mampu membeli barang dalam jumlah yang sama 28 di semua negara apabila dikonversikan dalam mata uang dalam negeri dari masing-masing negara Mankiw, 2006:246. Perubahan nilai tukar suatu negara mempengaruhi neraca perdagangan. Jika mata uang mengalami apresiasi, maka harga barang dalam negeri menjadi lebih mahal dan impor lebih banyak dilakukan dibanding ekspor. Tetapi jika mata uang suatu negara mengalami depresiasi, maka harga barang dalam negeri dari negara yang bersangkutan menjadi lebih murah dibandingkan dengan harga yang ada di luar negeri. Akibatnya ekspor negara yang bersangkutan akan mengalami kenaikan dan impor mengalami penurunan sehingga neraca perdagangannya akan mengalami peningkatan ekspor neto. Terjadinya peningkatan ekspor neto akan meningkatkan permintaan agregat sehingga menimbulkan kenaikan harga barang atau inflasi Mankiw, 2006:246-301. Secara tidak langsung, pengaruh nilai tukar terhadap sektor riil ditransmisikan melalui permintaan ekspor dan impor dalam suatu negara. Kenaikan harga barang impor relatif terhadap harga barang dalam negeri mengakibatkan permintaan impor mengalami penurunan dan permintaan terhadap barang di dalam negeri mengalami peningkatan. Tetapi jika suatu negara tidak memiliki produksi barang pengganti impor atau substitusi impor maka terjadinya depresiasi atau pelemahan nilai mata uang akan berakibat pada kontraksi ekonomi yang lebih mendalam. Depresiasi menimbulkan banyak industri di dalam negeri mengalami kesulitan khususnya bagi industri yang menggunakan bahan baku impor. Depresiasi 29 juga berakibat melambungnya kewajiban hutang luar negeri perusahaan yang digunakan dalam pembiayaan barang-barang yang di pasarkan di dalam negeri. Perusahaan semakin sulit membayar hutangnya akibat nilai penjualan barang dalam valuta asing menjadi lebih kecil. Hal tersebut dapat membuat perusahaan pailit dan memutuskan hubungan kerja para karyawannya. Dengan adanya hal ini maka akan menambah tingkat pengangguran yang ada dalam suatu negara Simorangkir, 2003:34.

D. KERANGKA PEMIKIRAN