1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi perekonomian Indonesia kembali diwarnai oleh perkembangan yang sangat dinamis dan penuh tantangan akibat gejolak perekonomian dunia
yang relatif drastis perubahannya. Khususnya dalam 5 tahun terakhir, Indonesia dari suatu kondisi perekonomian yang berada dalam cengkeraman
krisis multidimensional menuju sebuah pembangunan ekonomi yang ditopang oleh penguatan fondasi-fondasi kunci perekonomian nasional.
Inflasi adalah sumber utama ketidakmerataan ekonomi, sosial dalam jangka pendek maupun jangka panjang dan merupakan salah satu peristiwa
moneter yang terjadi di berbagai negara, baik negara maju maupun negara sedang berkembang. Seperti yang dikatakan Milton Friedman bahwa inflasi
terjadi dimana saja, kapan saja dan selalu menjadi fenomena moneter Mankiw, 2006:199.
Tingkat inflasi adalah indikator makroekonomi penting yang perlu dijaga keberadaanya dan sangat berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat
khususnya masyarakat golongan bawah Rachbini, 2001:98. Inflasi berperan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada
dalam suatu negara. Hal ini terjadi saat kenaikan harga atau inflasi tetapi tidak diiringi kenaikan pendapatan masyarakat sehingga pendapatan riil mereka
menurun. Inflasi berpengaruh pada perekonomian dengan cara meredistribusi
2 pendapatan dan kekayaan orang-orang yang memiliki harta dan hutang
dengan tingkat suku bunga nominal yang tetap. Naiknya harga atau inflasi juga akan menyebabkan ketidakpastian bagi sistem produksi yang
dikarenakan kenaikan pada biaya bahan baku produksi dan kegiatan ekonomipun menjadi mahal yang akhirnya akan mengubah tingkat output.
Inflasi yang selalu berfluktuasi menyebabkan ketidakpastian bagi kesejahteraan masyarakat dan menurunkan daya beli masyarakat akan barang
dan jasa Mankiw, 2006:216. Penelitian mengenai pengaruh suku bunga dan kurs terhadap inflasi
telah banyak dilakukan, namun penelitian ini tetap penting dilakukan karena inflasi perlu diperhatikan mengingat dampaknya yang sangat luas bagi
perekonomian dalam suatu negara terutama inflasi yang selalu berfluktuasi dan berakibat pada kesejahteraan masyarakat. Inflasi harus segera
dikendalikan agar kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Hal ini didasarkan atas Ketetapan MPRS No. VI1965 tentang stabilisasi harga dengan
melaksanakan politik harga yang berdasarkan plan produksi yang stabil berdasarkan plan produksi yang konkrit di unit-unit produksi dan meletakkan
dasar-dasar yang kuat guna perencanaan pembangunan berikutnya Soesastro, 2005:167.
Berikut ini adalah tabel perkembangan inflasi, suku bunga dan kurs di Indonesia sejak periode 2004 sampai dengan 2009.
3 Tabel 1.1
Perkembangan Inflasi, Suku Bunga SBI dan Kurs di Indonesia Periode 2004
– 2009
TAHUN INFLASI SUKU BUNGA SBI
KURS RpUSD 2004
6,4 7,43
9290 2005
17,11 12,75
9830 2006
6,60 9,75
9020 2007
6,59 8
9149 2008
11,06 10,83
10950 2009
2,78 6,46
9400 Sumber : Laporan Perekonomian Bank Indonesia
Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat bahwa pada tahun 2005 inflasi naik secara tajam mencapai 17,11 persen dibandingkan dengan 6,4 persen pada
tahun sebelumnya 2004. Pada tahun 2006 inflasi mengalami penurunan dan inflasi berada di level 6,6 persen. Tahun 2007, inflasi relatif terkendali yaitu
berada di level 6,59 persen. Namun inflasi naik ke level 11,06 persen pada tahun 2008 yang diakibatkan oleh terjadinya lonjakan harga komoditas
global. Sementara inflasi di tahun 2009 mengalami penurunan yaitu inflasi berada di level 2,78 persen.
Inflasi tidak dapat lepas dari peranan suku bunga. Hal ini dikarenakan suku bunga menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang yang akan
berakhir pada inflasi. Pada tabel 1.1, ditunjukkan bahwa posisi suku bunga SBI pada tahun 2005 berada di level 12,75 persen dan turun menjadi 9,75
4 persen pada akhir 2006. Sementara di tahun 2007, suku bunga SBI
mengalami penurunan lagi hingga posisinya berada di level 8 persen dan merangkak naik lagi ke level 10,83 persen pada desember 2008. Namun, pada
tahun 2009 suku bunga SBI mengalami penurunan dan berada di posisi 6,46 persen.
Inflasi di Indonesia dapat dianalisis dari sudut pandang nilai tukar, sebagai dampak dari nilai rupiah yang mengalami under valued sehingga
terjadi perbedaan harga yang antara harga domestik terhadap harga internasional. Tabel 1.1, menunjukkan bahwa kurs pada tahun 2005 adalah
Rp 9830 per dollar AS dan mengalami penguatan pada 2006 yaitu Rp 9020 per dollar AS. Namun, kurs terdepresiasi menjadi Rp 9419 pada 2007 dan
terus menurun pada 2008 sampai di posisi Rp 10950 per dollar AS. Pada tahun 2009 kurs mengalami penguatan dan nilainya adalah Rp 9400 per
dollar AS. Berdasarkan pemaparan di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah
“Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Kurs Terhadap Inflasi di Indonesia Periode 1990
–2009”.
B. PERUMUSAN MASALAH