6 impor dan meningkatkan jumlah permintaan ekspor. Meningkatnya
permintaan ekspor akan mendorong kenaikan harga ekspor, hal ini dikarenakan barang yang berbasis ekspor memiliki ketergantungan bahan
baku dan barang modal impor yang tinggi. Akibatnya barang ekspor tidak dapat bersaing di pasaran internasional akibat biaya produksi yang tinggi
tersebut dibebankan pada harga jual output yang berarti terjadi kenaikan harga barang atau inflasi.
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap inflasi? 2. Bagaimana pengaruh kurs terhadap inflasi?
3. Bagaimana pengaruh suku bunga dan kurs terhadap inflasi?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1
. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara suku bunga dan
inflasi. b. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara kurs dan inflasi.
c. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara suku bunga, kurs
dan inflasi.
7
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak
–pihak berikut ini : a. Bagi Akademis
1 Memberikan gambaran mengenai hubungan suku bunga dan kurs terhadap inflasi di Indonesia.
2 Upaya penerapan teori dan mencari jalan keluar mengenai permasalahan inflasi.
3 Ditemukannya alternatif pengendalian inflasi melalui suku bunga dan kurs.
b. Bagi Pengambil Kebijakan Diharapkan dapat diimplementasikan sebagai upaya pencapaian
tujuan kebijakan moneter yaitu: pengendalian inflasi di Indonesia melalui instrumen suku bunga dan kurs.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Inflasi
Inflasi adalah kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara supply dan demand akan barang dan jasa Soesastro, 2005:56.
Inflasi adalah harga barang dan jasa, ketika tingkat harga mengalami kenaikan maka individu harus mengeluarkan uangnya lebih banyak untuk
membeli barang dan jasa dalam jumlah yang tetap. Inflasi juga merupakan ukuran nilai mata uang, yaitu ketika harga naik berarti nilai uang sekarang
menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi, hal ini dikarenakan inflasi hanya terjadi jika
proses naiknya harga berlangsung secara terus-menerus dan mempengaruhi barang yang lainnya. Naiknya harga mengakibatkan naiknya jumlah
permintaan uang, ini dikarenakan semakin banyak uang yang dibutuhkan dalam transaksi Mankiw, 2006:196.
Menurut golongan Moneteris, inflasi terjadi karena adanya kelebihan penawaran dan permintaan uang dalam masyarakat, jika permintaan barang
dan jasa terus meningkat sementara kapasitas untuk memproduksi output telah mencapai tingkat maksimal, maka penawaran untuk output tidak dapat
ditambah lagi yang akan menimbulkan sortage kelangkaan barang dan jasa sehingga akan menekan harga sampai ke tingkat yang lebih tinggi atau
9 dapat dikatakan terjadi inflasi. Sementara golongan Strukturalis berpendapat
bahwa inflasi terjadi karena lemahnya struktur ekonomi yakni ketidakmampuan sektor-sektor produktif dalam mengembangkan produksi
dengan cepat dan sesuai dengan yang diperlukan oleh perubahan-perubahan dalam permintaan yang berada di suatu negara Sukirno, 2006:320.
Inflasi menjadi indikator makroekonomi yang perlu dijaga tingkatannya agar tidak menjadi masalah dalam perekonomian. Tingginya
inflasi berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat, khususnya masyarakat tingkat bawah, ketidakpastian bagi sistem produksi dan
penurunan keuntungan para pelaku ekonomi dan mengakibatkan perekonomian suatu negara menjadi tidak kondusif untuk perkembangan
sektor riil serta masyarakat umumnya Rachbini, 2001:98. Inflasi yang tinggi tidak akan membantu dalam perkembangan
perekonomian suatu negara. Hal ini dikarenakan biaya yang terus meningkat mengakibatkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Pada
akhirnya, pemilik modal lebih menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Dengan demikian, investasi produktif menurun dan kegiatan
ekonomipun melemah yang mengakibatkan terjadinya lebih banyak pengangguran. Naiknya harga juga menimbulkan efek buruk dalam
perdagangan yaitu barang tidak dapat bersaing dipasaran internasional, sehingga menurunnya ekspor. Sementara harga produksi yang makin
meningkat akibat inflasi menyebabkan harga barang impor menjadi murah dan impor lebih banyak dilakukan. Saat ekspor menurun dan diiringi impor
10 yang meningkat, terjadi ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing
dan posisi neraca pembayaran akan memburuk Sukirno, 2004:339. Perhitungan tingkat inflasi dilakukan dengan formula sebagai berikut:
= � − �
−1
�
−1
Inflasi yang dikenal oleh masyarakat adalah angka inflasi yang
dihitung berdasarkan suatu angka indeks, yang dikenal sebagai Indeks Harga Konsumen IHK. Angka indeks ini disusun berdasarkan survei biaya
hidup yang dilakukan Badan Pusat Statistik BPS. Survei tersebut pada mulanya hanya menyangkut harga bahan makanan dan dilakukan pada
wilayah yang terbatas. Dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya perekonomian dan kegiatan masyarakat, angka indeks
tersebut terus mengalami perbaikan, baik dalam hal jenis barang yang dipergunakan maupun cakupan wilayah yang disurvei untuk menghitung
perubahan biaya hidup tersebut. Perkembangan jumlah atau jenis barang serta cakupan wilayah yang disurvei sejalan dengan perkembangan sosial
ekonomi masyarakat sehingga dapat mencerminkan tingkat dan variasi barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dari waktu ke waktu
BPS, 2008:32.
a. Jenis – Jenis Inflasi
1 Inflasi Menurut Sebabnya
Inflasi menurut sebabnya dibedakan menjadi dua, yaitu : a Demand
– Pull Inflation
11 Inflasi ini terjadi pada masa perekonomian berkembang
pesat. Kesempatan kerja tinggi menciptakan pendapatan yang tinggi pula, yang pada akhirnya mengakibatkan pengeluaran yang
melebihi kemampuan ekonomi dalam penyediaan barang dan jasa Sukirno, 2004:333.
Gambar 2.1 Demand
– Pull Inflation
Gambar 2.1, menunjukkan permintaan agregat awalnya berada di AD
1
, pendapatan nasional Y
1
dan tingkat harga P
1
. Karena perekonomian sedang berkembang maka mendorong
permintaan agregat naik menjadi AD
2
, akibatnya pendapatan nasional mencapai tingkat kesempatan kerja penuh Y
F
dan harga naik menjadi P
F
. Hal inilah yang mewujudkan terjadinya inflasi. Apabila masyarakat tetap menambah pengeluarannya maka
12 permintaan agregat menjadi AD
3
. Untuk memenuhi permintaan yang makin bertambah maka perusahaan menambah produksinya
dan mengakibatkan pendapatan nasional riil meningkat menjadi Y
2
. Kenaikan produksi nasional melebihi kesempatan kerja penuh menyebabkan kenaikan harga menjadi P
2
Sukirno, 2004:333. b
Cost – Push Inflation Inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang
dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Keadaan ini cenderung menyebabkan kenaikan upah dan gaji karena :
1 Perusahaan akan berusaha mencegah perpindahan tenaga kerja dengan menaikkan upah dan gaji.
2 Usaha untuk memperoleh pekerja tambahan hanya akan berhasil apabila perusahaan menawarkan upah dan gaji yang lebih tinggi
Sukirno, 2004:333.
Gambar 2.2 Cost
– Push Inflation
13 Berdasarkan gambar 2.2, pada mulanya keseimbangan
ekonomi negara tercapai pada pendapatan nasional Y
1
, yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh dan tingkat
harga P
1
. Pada tingkat kesempatan kerja tinggi, perusahaan sangat memerlukan tenaga kerja. Kenaikan upah akan
menaikkan biaya dan memindahkan penawaran agregat ke atas dari AS
1
ke AS
2
. Akibatnya tingkat harga naik menjadi P
2
. Harga barang yang tinggi ini mendorong para pekerja menuntut
kenaikan upah lagi maka biaya produksi akan makin tinggi. Akhirnya kurva penawaran agregat bergeser menjadi AS
3
, meningkatkan harga menjadi P
3
dan pendapatan nasional riil terus mengalami penurunan yaitu dari Y
F
Y
1
menjadi Y
2
dan Y
3
Sukirno, 2004:333.
2 Inflasi Berdasarkan Tingkat Kelajuan Kenaikan Harga
Menurut Sukirno 2004:337 penggolongan inflasi berdasarkan tingkat kelajuan kenaikan harga yang berlaku, yaitu :
a Inflasi merayap Inflasi merayap adalah kenaikan harga secara lambat, yang
tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. b Inflasi moderat sederhana
Inflasi moderat adalah tingkat inflasi yang antara 5-10 persen setahun.
14 c Hiperinflasi
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga yang sangat cepat, menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat
dalam masa yang singkat.
b. Efek Inflasi
Inflasi dapat menimbulkan berbagai efek negatif diantaranya adalah sebagai berikut :
1 Inflasi akan menurunkan taraf kesejahteraan masyarakat. Hal ini dikarenakan sebagian besar pelaku kegiatan ekonomi adalah para
pekerja yang memiliki pendapatan yang tetap. Sementara kenaikan harga atau inflasi terjadi lebih cepat dari kenaikan upah para pekerja
tersebut dan menyebabkan upah riil mereka menurun. Maka dapat dikatakan kesejahteraan segolongan masyarakat menurun Sukirno,
2004:339. 2 Inflasi akan mengurangi daya beli uang, yang berarti menurunkan
standar hidup masyarakat khusunya masyarakat golongan bawah seperti buruh. Tingkat kesejahteraan golongan ini menurun drastis
akibat mengecilnya tingkat konsumsi kebutuhan pokok mereka Rachbini, 2001:98.
3 Inflasi menimbulkan kebingungan dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh perubahan satuan hitung dan redistribusi kekayaan
orang-orang yang memiliki harta dan hutang dengan tingkat suku
15 bunga nominal yang tetap. Bila seseorang memiliki hutang jangka
panjang dengan bunga yang tetap maka kenaikan harga atau inflasi akan membuat orang tersebut mengalami keuntungan, hal ini
dikarenakan inflasi akan menekan beban pembayaran hutang riilnya. Tetapi bagi kreditor atau pihak yang meminjamkan uang, dan
memiliki harta berupa obligasi jangka panjang maka inflasi merupakan ancaman. Hal ini disebabkan harta yang ia miliki akan
menurun nilainya secara riil Mankiw, 2006:215 4 Inflasi menyebabkan barang domestik tidak dapat bersaing di
pasaran internasional, sehingga menurunkan ekspor. Harga produksi domestik yang semakin tinggi sebagai akibat dari inflasi
menyebabkan harga barang impor menjadi relatif lebih murah. Pada akhirnya, lebih banyak impor yang dilakukan. Maka dengan adanya
ekspor yang menurun serta diikuti
meningkatnya impor,
menghasilkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing dan hal ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi suatu negara
Sukirno, 2004:339. 5 Inflasi juga mengubah tingkat output, harga yang melambung
menimbulkan ketidakpastian bagi sistem produksi karena biaya bahan baku untuk produksi dan kegiatan ekonomi semakin mahal.
Bergesernya kurva permintaan agregat barang dan jasa ke kanan akan berakibat pada kenaikan harga atau inflasi yang disertai
kenaikan output. Namun penawaran agregat barang dan jasa ke atas
16 dapat mengakibatkan kenaikan harga-harga atau inflasi serta
menurunkan tingkat output Rahcbini, 2001:98.
2. Suku Bunga
Pengertian suku bunga adalah harga dari sebuah pinjaman. Suku bunga mencerminkan jumlah yang dibayar oleh peminjam dan jumlah yang
diterima oleh pemberi pinjaman atas tabungan mereka Mankiw, 2006:96. Suku bunga adalah pengembalian yang diberikan kepada pihak yang
menempatkan sejumlah uang. Bank Indonesia mengendalikan uang yang beredar dengan dua suku bunga, yaitu: suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia SBI dan suku bunga patokan benchmark yang disebut dengan BI Rate Laporan Perekonomian Indonesia, 2006:78.
Suku bunga SBI adalah rata-rata tertimbang dari penawaran suku bunga dari bank-bank pemenang dalam lelang yang menggunakan sistem
Stop of Rate SOR. Suku bunga SBI telah menjadi acuan suku bunga lainnya, khususnya suku bunga yang berjangka waktu satu bulan atau lebih
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 2000:47. Suku bunga SBI mulai digunakan sebagai pencapaian sasaran
operasional kebijakan moneter, yaitu kestabilan inflasi berdasarkan UU No. 23 tahun 1999 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 2008:23.
Mulai Juli 2005, suku bunga BI Rate dipergunakan sebagai sinyal kebijakan moneter dan sasaran operasional. BI Rate adalah suku bunga
dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh BI secara periodik untuk
17 jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal kebijkan moneter. BI
Rate diimplementasikan melalui operasi pasar terbuka untuk SBI satu SBI satu bulan karena beberapa pertimbangan. Pertama, SBI satu bulan telah
dipergunakan sebagai benchmarck oleh perbankan dan pelaku pasar di Indonesia dalam berbagai aktifitasnya. Kedua, penggunaan SBI satu bulan
sebagai sasaran operasional akan memperkuat sinyal respon kebijakan moneter yang ditempu BI. Ketiga, dengan perbaikan kondisi perbankan dan
sektor keuangan, SBI satu bulan terbukti mampu mentransmisikan kebijakan moneter ke sektor keuangan dan ekonomi Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan, 2008:23.
a. Jenis Suku Bunga
Jenis suku bunga adalah sebagai berikut: 1 Suku Bunga Nominal
Suku bunga nominal menyatakan seberapa cepat jumlah uang dalam rekening seseorang akan naik sepanjang waktu. Suku bunga nominal
merupakan penjumlahan suku bunga riil dan laju inflasi Mankiw, 2006:207.
2 Suku Bunga Riil Suku bunga riil menyesuaikan suku bunga nominal terhadap dampak
inflasi dengan tujuan agar diketahui seberapa cepat daya beli rekening seseorang akan naik sepanjang waktu. Suku bunga riil merupakan
suku bunga nominal dikurangi laju inflasi Mankiw, 2006:207.
18
3. Nilai Tukar Kurs
Kurs sering disebut nilai tukar exchange rate, keduanya memiliki arti yang sama yaitu: perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda
Halwani, 2005:157. Perubahan kurs disebut depresiasi atau apresiasi, bila mata uang suatu
negara mengalami depresiasi yaitu melemahnya nilai mata uang karena hanya dapat membeli lebih sedikit mata uang asing, dampaknya adalah
ekspor bagi pihak luar negeri menjadi makin murah sedang impor bagi penduduk negara ini menjadi makin mahal. Apresiasi adalah menguatnya
nilai mata uang karena dapat membeli lebih banyak mata uang asing, menimbulkan dampak harga produk bagi pihak luar negeri makin mahal
sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah Krugman, 1999:43.
a. Jenis Nilai Tukar
Jenis –jenis nilai tukar adalah sebagai berikut:
1 Nilai Tukar Nominal Nilai tukar nominal adalah nilai yang digunakan seseorang saat
menukarkan mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain Mankiw, 2006:242.
Nilai tukar nominal digunakan untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara
yang diperlukan untuk memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain Halwani, 2005:157.
19 2 Nilai Tukar Riil
Nilai tukar riil adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa
negara lain Mankiw, 2006:242. Rumus perhitungan nilai tukar riil:
nilai tukar riil = �
�� � � �� � � �
� �� � ��
�
Nilai tukar riil adalah penentuan berapa banyak suatu negara mengekspor dan mengimpor. Nilai tukar riil yang lebih tinggi
mengakibatkan harga barang dalam negeri menjadi lebih mahal Mankiw, 2006:261.
Nilai tukar ini mengukur harga relatif barang dan jasa yang tersedia di dalam negeri terhadap barang dan jasa yang tersedia di luar
negeri Mankiw, 2006:244.
b. Sistem Nilai Tukar Di Indonesia
Adapun sistem nilai tukar yang diterapkan di Indonesia, adalah sebagai berikut:
1 Sistem kurs tetap Sistem ini terjadi pada tahun 1971 sampai 15 November 1978,
Sistem ini dalam jangka pendek dapat menunjang stabilitas nilai tukar dan sejalan dengan strategi inward looking yang mewarnai
kebijaksanaan ekonomi pada periode tersebut. sistem nilai tukar
20 tersebut telah menyebabkan nilai tukar rupiah mengalami over-valued
yang menjadi salah satu sebab menurunnya daya saing produk dalam negeri. Untuk menjaga keseimbangan nilai tukar dan mendorong
ekspor nonmigas, pada November 1978 dilakukan devaluasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sebesar 30,9 persen, dimana nilai
rupiah terhadap dollar adalah tetap yaitu Rp 415 per dollar AS Deliarnov, 2006:186.
2 Sistem mengambang terkendali manage floating Sistem ini terjadi pada periode 15 November 1978 sampai
dengan Desember 1995, dimana kurs rupiah terhadap dollar diiringi dengan batas intervensi yaitu zona kurs batas atas dan batas bawah.
Kurs dibiarkan bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi apabila kurs bergejolak melebihi batas
atas atau bawah dari batas intervensi Deliarnov, 2006:186. 3 Sistem kurs mengambang 14 Agustus 1997-sekarang
Awal Agustus 1997 nilai rupiah terhadap dollar AS mencapai Rp 2.650 per dollar AS. Dalam rangka mengamankan cadangan
devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi sistem nilai tukar mengambang
terkendali dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas free floating exchange rate pada tanggal 14 Agustus 1997.
Penghapusan rentang intervensi ini dimaksudkan untuk mengurangi
21 kegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah dan memantapkan
pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri Basalim, 2000:74.
C. Penelitian Terdahulu