33
BAB III METODOLOGI
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif. Dimana data kuantitatif  adalah  data  yang  bersifat  numerik  atau  angka  Lukman,  2007:4.
Penelitian ini menggunakan variabel yang terdiri sebagai berikut : 1.  Variabel dependen, yaitu : inflasi
2.  Variabel independen, yaitu : suku bunga dan kurs
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dihimpun menggunakan data sekunder. Dimana data sekunder adalah data yang didapat dari hasil pengolahan pihak kedua atas
penelitiannya  di  lapangan  baik  berupa  data  kualitiatif  maupun  kuantitatif Teguh, 2000:121.
Jenis  data  yang  digunakan  adalah  time  series  yang  berupa  data  tahunan dari  tahun  1990-2009.  Sumber  data  diperoleh  dari  publikasi  Bank  Indonesia
yaitu: Laporan Perekonomian Indonesia.
C. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan model regresi berganda multiple regression yang  akan  diestimasi  dengan  metode  Ordinary  Least  Square  OLS  dengan
rumusan model penelitian sebagai berikut : INF
= 
+ 
1
IR +
2
ER +
34 Dimana :
INF    = inflasi IR
= suku bunga Interest Rate ER
= kurs Exchange Rate 
= konstanta 
1
= koefisien dari variabel IR 
2
= koefisien dari variabel ER 
= eror term Metode pangkat kuadrat terkecil biasa OLS diperkenalkan pertama kali
oleh seorang ahli matematika dari Jerman, yaitu Carl Friedrich Gauss. Metode OLS  adalah  metode  untuk  mengestimasi  suatu  garis  regresi  dengan  jalan
meminimalkan  jumlah  kuadrat  kesalahan  dari  setiap  observasi  terhadap  garis tersebut Kuncoro, 2003:216.
Garis  regresi  yang  baik  terjadi  bila  nilai  prediksinya  sedekat  mungkin dengan  data  aktualnya.  Dengan  kata  lain  kita  akan  mencari  nilai
β
dan
β
1
yang menyebabkan residual sekecil mungkin Widarjono, 2007:20. Menurut  Widarjono,  2007:23-25;  metode  OLS  adalah  metode  mencari
nilai residual sekecil mungkin dengan menjumlahkan kuadrat residual. Metode kuadrat terkecil akan menghasilkan estimator yang mempunyai sifat tidak bias,
linier dan mempunyai varian yang minimum atau BLUE, yaitu: a.  Best adalah yang terbaik.
35 b.  Linier  adalah  kombinasi  linier  dari  data  sampel.  Jika  ukuran  sampel
ditambah maka hasil nilai estimasi akan mendekati parameter populasi yang sebenarnya.
c.  Unbiased  adalah  rata-rata  atau  nilai  harapan  atau  estimasi  sesuai  dengan nilai yang sebenarnya.
d.  Efficient  estimator  adalah  memiliki  varians  yang  minimum  diantara pemerkira lain yang tidak bias.
Untuk  memenuhi  analisis  regresi  tersebut  perlu  uji  asumsi  klasik  dan inferensi  hasil  regresi  sehingga  hasil  estimasi  tersebut  dapat  terhindar  dari
masalah regresi lancung.
1. Uji Asumsi Klasik
Untuk  melakukan  uji  asumsi  klasik  atas  data  sekunder  ini,  maka  peneliti melakukan uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedasitsitas, dan
uji normalitas. a.  Uji Normalitas
Uji  normalitas  digunakan  untuk  mengetahui  apakah  residual variabel  dependen  dan  independen  berdistribusi  normal  atau  tidak.
Pengujian normalitas ini menggunakan normality histogram Insukindro, 2003:61.
Uji  normalitas  melalui  uji  Jarque-Bera  J-B.  Metode  ini menggunakan  perhitungan  skewness  dan  kurtosis.  Nilai  statistik  JB
didasarkan pada distribusi  Chi Squares dengan derajat kebebasan df 2. Jika  nilai  probabilitas  statistik  JB
lebih  kecil  dari  α  =  5  persen  maka
36 terjadi permasalahan normalitas atau residual tidak didistribusikan secara
normal dan sebaliknya Widarjono, 2007:54.
b.  Uji Multikolinieritas Multikolinieritas  adalah  hubungan  antara  variabel  independen  dan
dependennya.  Pengujian  multikolinieritas  dilakukan  dengan  melihat Correlation  Matrix,  jika  nilai  korelasi  yang  dihasilkan  sangat  tinggi
umumnya   0,8  maka  model regresi dikatakan  memiliki permasalahan multikolinieritas Lukman, 2007:13.
Multikolinieritas  juga  dapat  diuji  dengan  metode  deteksi  Klien, yaitu  dengan  membandingkan  koefisien  determinasi  auxiliary  dengan
koefisien  determinasi  model  regresi  aslinya.  Jika  koefisien  determinasi auxiliary  lebih  besar  dari  koefisien  determinasi  model  regresi  aslinya,
maka  terjadi  permasalahan  multikolinieritas  antara  variabel  independen yang digunakan dalam model penelitian Widarjono, 2007:117.
c.  Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas  adalah  variansi  data  yang  digunakan  untuk
membuat model menjadi tidak konstan. Pengujian terhadap ada tidaknya masalah  heteroskedastisitas  dalam  suatu  model  empiris  yang  sedang
diamati  juga  merupakan  langkah  penting  sehingga  dapat  terhindar  dari masalah  regresi  lancung.  Metode  untuk  dapat  mendeteksi  ada  tidaknya
masalah  heteroskedastisitas  dalam  model  empiris  dengan  menggunakan
37 uji  White  Hetedoskedasticity,  jika  X
2
Obs R-Squared    X
2
tabel  atau nilai  probability  ObsR-Sqauared
0,05  atau  α=5  persen  Insukindro, 2003:62.
d.  Uji Autokorelasi Autokorelasi  adalah  terjadinya  korelasi  antara  variabel  itu  sendiri
pada  pengamatan  yang  berbeda.  Pengujian  autokorelasi  dilakukan dengan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation Lagrange Multiplier Test
uji-LM.  Uji  ini  sangat  berguna  untuk  mengidentifikasi  masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama tetapi bisa juga digunakan
pada tingkat derajat. Dikatakan terjadi autokorelasi jika nilai X
2
ObsR- Squared hitung  X
2
tabel atau  nilai probability 0,05 atau α=5 persen
Insukindro, 2003:60.
2. Uji Statistik
a.  Uji Signifikansi Simultan Uji F-Statistik Uji  F-statistik  menunjukkan  apakah  semua  variabel  independen
dalam  model  mempunyai  pengaruh  secara  bersama-sama  terhadap variabel dependennya. Untuk  melakukan uji-F dengan  cara  Quick Look,
yaitu:  melihat  nilai  probability dan derajat kepercayaan  yang ditentukan dalam  penelitian  atau  melihat  nilai  F-tabel  dengan  F-hitungnya.  Jika
nilai  probability 0,05  atau  α=5  persen  dan  jika  nilai  F-hitung  lebih
tinggi  dari  t-tabel  yang  berarti  menolak  Ho  dan  menerima  Ha  dan
38 sebaliknya.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  variabel  independen  secara
bersama-sama  mempengaruhi  variabel  dependennya  dan  sebaliknya Kuncoro, 2003:219.
b.  Koefisien Determinasi R
2
Koefisien  detrminasi  mengukur  seberapa  jauh  kemampuan  model dalam  menerangkan  variasi  variabel  dependennya.  Nilai  koefisien
determinasi  adalah  antara  nol  dan  satu,  nilai  R
2
yang  kecil  berarti kemampuan  variabel-variabel  independen  dalam  menjelaskan  variasi
variabel  dependen  sangat terbatas  dan  nilai  yang  mendekati  satu  berarti variabel-variabel  independen  memberikan hampir semua  informasi  yang
dibutuhkan  untuk  memprediksi  variasi  variabel  dependennya  Kuncoro, 2003:220.
c.  Uji Signifikansi Individual Uji t-Statistik Uji  t-statistik  menunjukkan  seberapa  jauh  pengaruh  satu  variabel
independen  secara  individual  dalam  menjelaskan  variasi  variabel dependen. Untuk melakukan uji-t dengan cara Quick Look, yaitu: melihat
nilai  probability  dan  derajat  kepercayaan  yang  ditentukan  dalam penelitian  atau  melihat  nilai  t-tabel  dengan  t-hitungnya.  Jika  nilai
probability 0,05 atau α=5 persen dan jika nilai t-hitung lebih tinggi dari
t-tabel  yang  berarti  menolak  Ho  dan  menerima  Ha  dan  sebaliknya.  Hal ini  menunjukkan  bahwa  variabel  independen  secara  individual
39 mempengaruhi  variabel  dependennya  dan  sebaliknya  Kuncoro,
2003:219.
D. Operasional Variabel Penelitian