BAB III ELABORASI TEMA
III. 1. Tinjauan Tema
Adapun tema yang diambil dalam perancangan ini adalah ARSITEKTUR METAFORA
Pengertian Arsitektur Metafora adalah :
III. 1. 1. Arsitektur
Arsitektur adalah seni atau pengetahuan tentang bangunan, khususnya, seni bangunan permukiman, gereja, jembatan, dan dengn struktur yang lainnya, utnuk tujuan
kehidupan sipil, yang sering dibilang arsitektur sipil. Architecture is the art or science of building, especially, the art of building houses, churches, bridges, and other structures, for
the purposes of civil life; -- often called civil architecture.
7
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, arsitektur adalah seni merancang bangunan, gaya bangunan.
9
“Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab.”
10
Arsitektur adalah Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses
belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni. mengutip Vitruvius, De Arhcitectura
seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari
level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil
proses perancangan tersebut.
11
III. 1. 2. Metafora
Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda dimana hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta mengidentifikasikan pola hubungan sejajar.
7
www.dictionary.com diakses 06 Februari 2009
9
Poerwadaminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.
10
Encyclopedia Britannica, www.tripod.com
11
www.wikipedia.orgwiki
Universitas Sumatera Utara
Dengan metafora seorang perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur.
Istilah metafora berasal dari bahasa Yunani yaitu metapherein Latin: metafora, Inggris: metaphor, Perancis: metaphore. “Meta” dapat diartikan sebagai memindahkan atau
berhubungan dengan perubahan. “Pherein” berarti mengandung atau memuat. Secara etimologi metafora menunjukkan pemindahan transfer sesuatu yang
dikandungnya makna. Arti leksikal dari Metafora adalah kiasan. Pengertian lain adalah looking at the abstraction melihat hubungan antar hal secara abstrak.
Secara epistemologis, sesuai dengan pengertiannya, metafora dalam arsitektur dilakukan dengan cara displacement of concept Schon, 1963, 1967, yaitu dengan
mentransfer konsep suatu objek pada objek lain sehingga mempermudah pemahaman lewat perbandingan yang lebih sederhana.
Secara Aksiologis, sejarah mencatat bahwa tanda-tanda penggunaan metafora dalam karya arsitektur sesungguhnya telah lama ada. Kualitas arsitektur piramida secara
estetis dan struktural menjadi simbol bangsa Mesir Kuno akan keyakinan tentang keabadian. Bangsa Yunani membedakan penggunaan tiang dorik dan ioniki sebagai
perwujudan pemujaan berdasar gender dan masih banyak lagi contoh bangunan pada zaman pra modern yang sarat dengna simbol-simbol metaphorik.
Namun perhatian terhadap metaphor yang kemudian menjadikannya sebagai sebuah terobosan dalam metode desain, baru terjadi pada tahun 1970-an ketika muncul
ide untuk mengaitkan arsitektur dengan bahasa. Metafora bukan lagi menjadi tujuan, namun lebih berperaqn sebagai pemicu trigger dalam proses kreatif penciptaan desain.
Proses desain menemukan sebuah “pintu” menuju “ruang kreatif” baru, yaitu dengan melihat dari sisi pandang disiplin ilmu-ilmu lain untuk tujuan menciptakan konsep-konsep
yang autentik. Hal ini terlihat dari berbagai metafora yang digunakan seama abad 20 antara lain: The Machine metaphor dari Modern Movement, The Rain metaphor dari Post
Modern, Teknologikekuatan sosial metaphor dari Russian Constructivist, Anthropomorphy Vertebrata metaphor dari Post Modern Historis dan New Vertebrata
no core, no heart metaphor dari arsitek Peter Eisenman dan Frank Gehry Antoiniades, 1990.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah ketika metafora telah menjadi sumber imaji kreatif suatu metode desain, bagaimana metode identifikasi dan penilaian kualitas
metafora sebagai bentuk apresiasi?
Universitas Sumatera Utara
III. 2. Interpretasi Tema
Beberapa pendapat yang mencoba mengajukan pengertian metafora antara lain:
1. Pengertian metafora secara umum berdasarkan Oxford Learner’s Dictionary :
• A figure of speech denoting by a word or phrase usually one kind of object or
idea in place of another to suggest a likeness between them •
A figure of speech in which a term is transferred from the object it ordinarily designates to on object it may designate only by implicit comparison or analogies
• A figure of speech in which a name or quality is attributed to something to which it
is not literally applicable •
The use of words to indicate something different from the literal meaning
2. Menurut Anthony C. Antoniades dalam Poethic of Architecture Van Nostrand
Reinhold, New York 1990 Metafora merupakan suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai
suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain menerangkan suatu subyek
dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain. Ada tiga kategori metafora menurut Antoiniades 1990:
• Intangible Metaphor: metafora dalam tataran ide, konsep atau kualitas-kualitas
khusus. •
Tangible Metaphors: metafora dalam aspek literal, visual empiris sensual •
Combined Metaphors: merupakan gabungan konsepsual dan visual, aspek fisik visual digunakan sebagai penanda virtual indikator akan adanya metafora.
3. Broadbent, GeoffreyBunt, RichardJencks, Charles: Sign, Symbol, and Architecture;
John Wiley and Sons; New York; 1980. Kategorisasi desain dair Broadbent tentang anlogic design mengindikasikan
pembagian Metaphor dalam 3 kategori yaitu: •
Visual, metafora secara visual •
Struktural, metafora dalam aspek struktur, fungsi dan sistem •
Filosofikal, metafora dalam aspek ide, konsep dan nilai
4.
Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction of Architecture”
Universitas Sumatera Utara
Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan- hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang
melihat secara literal.
5. Menurut Charles Jenks, dalam ”The Language of Post Modern Architecture”
Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan
sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan.
6. Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture”
Transforming : figure of speech in which a name of description term is transferred to some object different from. Dan juga menurutnya pada metafora pada arsitektur
adalah merupakan salah satu metod kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang.
III. 2. 1. Metafora Digunakan Sebagai Suatu Bentuk Metode Desain
Jika dilihat dari sudut Arsitektur sebagai proses, terdapat beberapa strategi desain yang menunjukkan penggunaan metafora di dalamnya yaitu:
a. Antoniades yang mengkategorikan desain berdasarkan prosesnya menunjukkan bahwa ketegori strategi adopsi merupakan strategi desain yang menggunakan
metafora dalam prosesnya. b. Broadbent yang mengkategorikan desain berdasar aktivitas atau cara,
menunjukkan bahwa kategori Analogic design menggunakan metafora dalam cara mendesainnya.
Persamaan kedua pendapat tersebut terletak pada aspek proses atau aktivitas dalam desain yang menggunakan metode pengalihan adopsi dan analogi
konsep dari suatu obyek yang lain. Dilihat dari sudut Arsitektur sebagai produk, terdapat tipe desain dan konsep desain yang
menggunakan metafora di dalamnya yaitu: a. Pierce yang mengkategorikan desain sebagai sistem tanda, menunjukkan bahwa
kategori simbol lebih memperlihatkan penggunaan metafora dalam karya fisiknya. Kategori simbol memerlukan pemahaman yang cukup kompleks, karena
melibatkan aspek yang lebih bersifat abstrak daripada literal. b. White dengan konsep Metaphor yang melihat hubungan antar hal secara abstrak
looking at abstraction jelas menunjukkan metafora dalam konsep arsitektur. Konsep adalah gagasan-gagasan yang memadukan berbagai elemen dalam satu
Universitas Sumatera Utara
keseutuhan. Suatu konsep menyaratkan bagaimana tuntutan programatik, konteks dan filosofi perancang serta klien dapat disatukan. Jika diurutkan menjadi makin
kompleks, makin realistis dan makin dipikirkan secara mendalam, maka dapat diperoleh urutan: angan-angan---idea---konsep---skenario.
Pada dasarnya arsitektur dapat dikatakan sebagai sebuah alat komunikasi bagi sang arsitek yang ingin menyuarakan idealisme pribadinya dalam proses kreatif kepada
siapapun yang menikmati dan mengapresiasi hasil karyanya. Proses komunikasinya sendiri penuh dengan interpretasi. Di sini kesenjangan latar penngetahuan dan budaya
dapat menjadi sebuah dinding penghalang bertemunya sebuah idealisme kreatif dengan opini individu bahkan masyarakat selaku apresiator, terlebih jika bahasa yang digunakan
tidak bersifat literal. Penggunaan bahasa metaforik yang bersayap dan kaya akan interpretasi makna,
memerlukan penghayatan dan penelusuran dalam mengapresiasinya. Seperti pisau yang bermata dua, di satu sisi metafora dapat digunakan sebagai alat untuk mengakselerasi
imaji kreatif dalam proses desan, sedang di sisi lain dapat digunakan untuk mengupas dan mengkritik desain itu sendiri.
Jika mengikuti kategori metafora menurut Antoniades dan Broadbent, maka kualitas penggunaan metafora dapat dinilai berdasarkan aspek yang dijadikan acuan
referens dna penampakannya dalam suatu hasil desain. Aspek yang lebih bersifat substansial dianggap lebih baik daripada yang hanya bersifat visual literal dan
keberadaan metafora yang memerlukan identifikasi mendalam dianggap lebih baik daripada penampakan metafora secara langsung.
III. 2. 2. Metode Apresiatif Metafora dalam Arsitektur
Pada tataran teknis pembahasan tentang metafora karya arsitektur dapat dilakukan secara Deskriptif-Kualitatif. Karena produk arsitektur bersifat fisik yang
melibatkan unsur bentuk, warna, dan komposisi, maka bahasa grafis menjadi penting, sehingga analisa terhadap muatan metafora dari aspek arsitektur sebagai proses maupun
produk lebih menekankan analisa grafis, untuk kemudian dideskripsikan interpretasi kualitas penggunaan metaforanya.
Sebagai suatu strategi dalam memicu imaji kreatif sang arsitek, metaforaq pada dasarnya sangat tergantung pada background knowledge sang arsitek sebagai individu.
Kekuatan metaforanya kemudian ditentukan daari interpretasi orang lain sebagai apresiator. Pada bagian ini, kesetaraan intelektual antara sang arsitek dengan apresiator
menjadi penentu kesamaan bahasa dalam memaknai metafora dari karya yang sedang diapresiasi. Untuk meminimalisir kesenjangan bahasa dalam analisa, maka apresiator
Universitas Sumatera Utara
perlu melihat latar belakang dan pandangan-pandangan arsitek, di samping konsep dan karya fisiknya.
Pada bagian karya arsitek, analisa penggunaan metafora dilakukan dalam tiga aspek yaitu aspek idekonsep, aspek strategi transformasi, dan aspek fisik produk
desainnya. Pada aspek idekonsep perlu ditelusuri pemikiran-pemikiran dan gagasan-
gagasan awal yang menjadi latar belakang desain, yang sangat memungkinkan berasal dari idealisme, pandangan hidup maupun keyakinan sang arsitek.
Pada aspek transformasi perlu diklarifikasi konsep-konsep dengan rancangan desain baik berupa gambar, sketsa maupun tulisan naratifnya.
Pada aspek fisik produk perlu dicermati dan dihayati baik secara visual maupun spasial rasa ruang, dari susunan elemen-elemen pembentuk bangunan untuk kemudian
diapresiasi berdasar konsepnya. Penggunaan metafora dalam aspek yang bersifat substansialabstrak lebih memerlukan intensitas penelusuran yang bersifat kontemplatif.
Pada bagian referens nilai kualitas metafora dinilai lebih tinggi apabila pengalihan konsep dilakukan pada aspek yang lebih bersifat substansial intangible daripada aspek
yang hanya bersifat citra visualliteral. Penilaian kualitas makna metafora semakin tinggi dari urutan objek sebagai icon, index, dan simbol.
Pada bagian keterdeteksian, identifikasi penggunaan metafora akan bernilai lebih tinggi jika petunjuk tentang adanya metafora dapat dideteksi oleh apresiator. Dalam hal
ini, kualitas metafora tergantung pada kualitas paparan dan sikap sang arsitek dalam memilih untuk menjelaskan ide, strategi dan transformasi desainnya daripada lebih
memilih untuk merahasiakannya.
III. 3. Latar Belakang Pemilihan Tema
Bentuk bangunan dapat dicapai melalui beberapa pendekatan yang disesuaikan dengan fungsi bangunan. Hal ini penting karena dalam bangunan komersial bentuk dan
estetika bangunan lebih berperan untuk kemudahan dalam memberi kesan dan daya tarik, di samping tetap memperhatikan fungsi ruang dan sistem struktur yang ada dalam
bangunan tersebut. Pengambilan tema Metafora Dalam Arsitektur pada Pusat Fotografi Medan ini
adalah untuk menampilkan bentuk yang dapat dinikmati melalui komunikasi audio dan visual sehingga bentukan bangunan dapat lebih bervariasi dan memiliki daya tarik yang
kuat. Selain itu dengan tema metafora ini diharapkan bangunan ini nantinya dapat menjadi ikon baru yang dikenal oleh masyarakat. Karena masyarakat tentu akan lebih
muda mengingat dari suatu bentuk yang sudah dikenal dan bentuk inilah nanti yang akan diaplikasikan ke bangunan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan mengambil tema ini, orang ‘bebas’ mengapresiasi dan
menginterpretasikan sebuah karya arsitektur. Metafora dalam arsitektur memberikan sebuah perspektif baru bagi arsitek dan orang awan untuk menikmati karya arsitektur.
Melalui perwujudan kualitas visual, stiap orang dapat menikmati metafora dalam arsitektur.
Metafora dalam arsitektur dapat kita nikmati melalui sebuah proses pemikiran yang arsitektural. Metafora dalam arsitektur dibangun melalui perwujudan konsep desain.
Melalui pengejewantahan desain, konsep tersebut ‘dipindahkan’ ke dalam ruang tiga dimensi. Tekstur, bentuk dan warna dirancang untuk menghasilkan kualitas visual ruang
yang unik, meliputi lantai, dinding, atap dan sebagainya. Ruang-ruang unik inilah yang kemudian membawa makna-makna khusus sebagai ekspresi metaforik.
III. 4. Keterkaitan Tema dan Judul
Tema metafora diambil dan diterapkan pada perancangan Pusat Fotografi Medan untuk menciptakan suatu bangunan yang mampu menarik perhatian orang, mampu
memberi kesan dan citra sendiri, serta mampu mewakili suasana dan aktivitas yang terdapat di dalamnya.
Keberadaan simbol sangat mempengaruhi makna dari suatu bangunan. Perlu ditekankan bahwa bangunanarsitektur tersebut dapat berbicara sendiri pada pengamat
tentang apa fungsi atau untuk apa dia ada. Dengan demikian pengamat akan merasa lebih mengenal dan ingat akan citra yang ditunjukan oleh bangunan tersebut.
Pusat Fotografi Medan ini merupakan suatu tempat yang mewadahi berbagai bentuk kegiatan yang berkaitan dengan fotografi.
Dalam penerapannya bangunan ini diharapkan dapat menjadi ikon baru di kota Medan. Bangunan ini nantinya akan mengambil bentuk dari Proses Perjalanan Cahaya
melalui Lensa Cembung dan Diafragma pada system kerja Kamera.
III. 5. Studi Banding Tema Sejenis 1. Museum Of Fruit
Museum of Fruit yang berlokasi di Jepang tepatnya di Kota Yamanashi. Bangunan ini didirikan pada tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan greenhouse dengan
material baja dan kaca. Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang
dihubungkan oleh bangunan bawah tanah.
Universitas Sumatera Utara
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8.
Gambar 3.1 Site Plan Museum Of Fruit
Gambar 3.2 Tampilan keseluruhan bangunan yang merupakan ‘new age village’
Universitas Sumatera Utara
Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek kasus, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah
dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan Arsitektur sebagai sebaran bibit dan
buah. Bukan hanya bentuk buah atau bibit yang dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, tapi jug a sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan
ini dikatakan memiliki tema metafora dan bukannya analogi atau mimesis. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit yang diambil tersebut sesuai dengan fungsi
bangunannya yaitu sebagai Museum buah-buahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa mentransfer sifat-
sifat buah dan bibit ke dalam bangunan. Pada Museum of Fruit, perancang mentransfer sifat-sifat dan bentuk dari bibit
dan buah-buahan serta tumbuh-tumbuhan yang lain. Itsuko Hazegwa berusaha menampilkan metafora dari kekuatan serta perbedaan buah-buahan, sebuah
landscape purba yangtersembunyi dalam jiwa manusia. Dia menggunakan bentuk bibit-bibit yang berbeda yang disebar ke tanah
dalam penampilan keseluruhan kompleks bangunannya, termasuk dalam menemukan bentuk denah dari tiga massa utama. Sisi inilah yang merupakan
kategori tangible metaphor. Sedangkan kategori intangible metaphor tampak pada gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar yang
ditampilkannya ke dalam salah satu massa yaitu fruit plaza. Kemudian dia menampilkan kenangan akan matahari tropis di mana bibit berkecambah pada green
house.
Gambar 3.3 Bentuk Bibit Yang Disebar Pada Penataan Massa Bangunan
Dia juga menggambarkan dunia gen buah-buahan ke dalam rancangan exhibition hall. Kekuatan bibit digambarkan dalam workshop, cerita buah-buahan
Universitas Sumatera Utara
tampak pada museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah antara manusia dan buah bisa disimbolkan dengan cara menyebarkan lahan bibit dan
menjadi makmur dalam lingkungan tertentu serta pencampurannya bisa dilihat sebagai metafora hidup berdampingan dengan damai pada daerah yang bermacam2
di dunia, simbiosis manusia dan binatang, dan pemeliharaan alam. Tampilan keseluruhan bangunan merupakan “new age village”.
2. Museum Peradaban Kanada
a. Simbolisme pada bentuk surealis bangunan 1 Secara keseluruhan, bangunan terbagi ke dalam dua
sayap bangunan, yakni Sayap Gletser dan Sayap Perisai. Kedua bagian tersebut melukiskan secara
simbolis lansekap Kanada pada periode akhir zaman es, tatkala angin, air dan es membentuk bumi.
Periode pertama manusia ke Amerika Utara, yang juga merupakan saat awal peradaban Kanada.
2 Bila diperhatikan lebih seksama, desain Sayap Gletser menggambarkan bentuk gletser yang sedang bergerak akibat
gaya tarik bumi. 3 Berbeda dengan itu, desain Sayap Perisai tampak seperti
lapisan batu karang zaman purba yang tergerus, terkikis, dan terbentuk oleh aliran air. Sehingga bila dipandang dari atas,
kompleks museum ini terlihat seperti seni pahat surealisme. b. “Topeng” pintu masuk dan plaza fungsional
1 Fasad pintu masuk utama museum ini berbentuk seperti topeng, dengan dua jendela kaca ke ruang pameransalon lantai dua sebagai “mata” dan pintu utama
Gambar 3.4 Museum Peradaban Kanada
Gambar 3.5 Pintu masuk dan Plaza Fungsional Museum Peradaban Kanada
Universitas Sumatera Utara
sebagai “mulut”. Dikala pengunjung memasuki “mulut topeng” mereka seakan-akan masuk ke alam masa silam yang penuh kejutan.
2 Selain pintu masuk yang unik, museum juga memiliki ciri penampilan yang khas. Seperti dinding kaca luar yang luas, atap-atap kubah tunggal maupun memanjang
yang terbuat dari materi lempengan tembaga, serta bentuk kolom-kolom yang menyerupai tiang es sedang mencair. Selain itu, sebagian besar dinding luar
museum dilapisi batu lam Tyndall dari Manitoba, yang banyak diantaranya mengandung fosil zaman purbakala.
3 Di tengah lingkungan alam yang indah, halaman luar museum ditata sangat baik sebagai plaza, yang dikenal sebagai Laurier Park. Di sana terdapat kolam-kolam air
dengan air terjun yang menggambarkan gletser mencair dan mengalir menuju sungai. Tersedia pula sebuah kafe di luar, dimana pengunjung dapat menikmati
hidangan sambil memandang panorama alam sekitar.. 4 Keberhasilan karya arsitektur yang berhasil menyedot pengunjung tak kurang dari
1,2 juta orang per tahun ini, adalah pada keberhasilannya mengungkapkan visi museum sebagai media penghubung masa lalu, masa kini, dan masa depan,
menjadi daya tarik kuat. Daya tarik bagi masyarakat untuk menikmati Museum Peradaban Kanada, bukan saja sebagai media edukatif yang menghibur, tetapi
juga sebagai suatu karya yang menggugah perasaan.
3. Gereja St. Andreas, Jakarta
Bagai bahtera yang mengarungi lautan, sosok kukuh bersiluet kapal, Gereja St. Andreas, memunculkan rasa aman di hati umatnya, sedangkan citra ramah dan terbuka
kepada lingkungan membuatnya langsung akrab dan diterima oleh masyarakat.
12
Kini di kawasan Kedoya, Jakarta Barat, dapat ditemui sosok unik gereja St. Andreas karya arsitek Yori Antar yang bersiluet kapal. Sosok yang terwujud dari rancangan kedua-
pengganti rancangan pertama yang terpaksa ditinggalkan akibat pemotongan lahan oleh pembangunan jalan-memiliki konsep dasar fungsional, nyaman, ramah dan terbuka,
tanpa melupakan kondisi alam dan budaya Indonesia.
12
LARAS trend Interior Arsitektur. No. 96.Desember 1996. hal: 99-105
Gambar 3.6 Gereja St. Andreas, Jakarta Gambar 3.7 Puncak Menara yang
menyerupai mahkota
Universitas Sumatera Utara
a. Perlambangan 1 Menara lonceng gereja St. Andreas diambil dari bentuk unsur-unsur tradisional
Indonesia. Terlihat penyelesaian puncak menara menyerupai makaramahkota seperti pada arsitektur mesjid tradisional, keraton, ataupun candi-candi zaman
Hindu. Menara ini terbuat dari rangka baja yang sebagian ditutup sirip-sirip aluminium dan puncaknya disepuh dengan nikel vernikel.
2 Altar sebagai fokus perhatian umat saat beribadah, dibuat seolah bercahaya dengan penerangan dari tingkap cahaya di atasnya. Tingkap ini berupa silinder
beton tiga susun –sebagai simbol Trinitas
- yang pada puncaknya diberi salib baja, penanda titik pusat bangunan gereja.
3 Salib dibingkai oleh dinding beton ekspos, yang juga menjadi “akhiran” atau perhatian untuk mengimbangi arsitektur gereja yang dinamis.
4 Paduan bentuk atap dengan menara lonceng yang menjulang dan bentangan dinding beton ekspos, memunculkan siluet sebuah kapal dengan layar
terkembang, “kapal yang mengarungi lautan iman yang luas”.
Tabel 3.1 Perbandingan Studi Banding Tema
No. Bangunan
Arsitek Penerapan
Jenis Metafora
1. Museum of
Fruit Itsuko
Hazegawa 1. Menggunakan bentuk bibit-bibit yang berbeda
yang disebar ke tanah dalam penampilan keseluruhan kompleks bangunan, termasuk dalam
menemukan bentuk denah dari tiga massa utama. 2. Gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh
menjadi pohon yang besar yang ditampilkan ke dalam salah satu massa yaitu fruit plaza.
Combined metaphore
Gambar 3.8 Altar dan bentuk atap yang memunculkan siluet kapal
Universitas Sumatera Utara
Kemudian menampilkan kenangan akan matahari tropis di mana bibit berkecambah pada green
house. 2.
Museum Peradaban
Kanada Douglas
C, Cardinal
1.
Pengambilan bentuk langsung proses terbentuknya daratan Kanada, kemudian
diaplikasikan ke bentuk luar bangunan. Yakni bentuk gletser dan batu karang yang terkikis
cuaca.
2.
Bentuk fasad seperti wajah atau topeng,analogi manusia pada bangunan.
tangible metaphore
3. Gereja St.
Andreas, Jakarta
Yori Antar
1.
Penggunaan atap tingkap seperti makara, wakil dari arsitektur tradisional Indonesia.
2.
Beton 3 susun pada altar sebagai simbol Trinitas.
3.
Bentuk badan kapal sebagai simbol mengarungi lautan iman yang luas.
tangible metaphore
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA