Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia bisnis saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Persaingan yang kuat diantara sesama perusahaan menuntut setiap perusahaan berusaha dengan sebaik mungkin untuk meningtakan kinerjanya masing-masing Tidak hanya itu, perusahaan juga harus mampu untuk mengatasi segala kendala yang dapat menghambat perkembangan perusahaan agar kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin.. Menurut Garrison 2000: 23 “kendala atau constraint adalah segala sesuatu yang menghambat Anda untuk mendapatkan apa yang anda inginkan”. Oleh karena itu, pengelolaan berdasarkan Theory of Constraints menjadi faktor kunci sukses. Perusahaan dituntut untuk dapat mengatasi kendala agar kinerja manajerialnya dapat menjadi lebih baik sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu alat yang dianggap dapat membantu memperbaiki kinerja manajerial dalam mencapai tujuan peningkatan laba adalah TQM. TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh perusahaan- perusahaan karena dianggap mampu mendukung kinerja manajerialnya. TQM juga dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu. Menurut Ishikawa dalam Nasution 2005: 22 “TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam Universitas Sumatera Utara falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan kepuasan pelanggan” Menurut Purwanto dalam Suharyanto 2005: 7 “TQM pada dasarnya merupakan upaya untuk menciptakan ‘a culture of continous improvement’ di antara para karyawan dengan menerapkan berbagai teknik pemecahan permasalahan secara kelompok dengan memusatkan perhatian pada kepuasan customer”. Menurut Tjiptono 2003: 4 “TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya”. Menurut Suharyanto 2005: 62, TQM adalah sebuah kultur, dengan sifat yang melekat di dalam kultur ini adalah sebuah komitmen sepenuhnya terhadap kualitas dan sikap yang diperlihatkan melalui keterlibatan setiap individu dalam proses perbaikan produk maupun jasa secara kontinyu, melalui penggunaan metode ilmiah yang inovatif. TQM menghendaki komitmen total dari manajemen dimana komitmen ini harus disebarluaskan pada seluruh karyawan dan pada semua level atau departemen dalam organisasi. Sukses tidaknya implementasi TQM sangat ditentukan oleh kompetensi SDM perusahaan untuk merealisasikannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa TQM adalah suatu alat yang digunakan oleh manajemen suatu perusahaan yang melibatkan seluruh personel dalam perusahaan dalam melakukan perbaikan secara terus-menerus atas produk, pelayanan, lingkungan yang berhubungan dengan produk perusahaan, dan manajemen perusahaan melalui metode ilmiah yang inovatif. Universitas Sumatera Utara Pencapaian tujuan suatu perusahaan membutuhkan peran semua anggota yang ada dalam perusahaan, karenanya tujuan dapat dipandang sebagai alat untuk menyatukan semua unsur yang ada dalam perusahaan. Oleh karena itu selain penerapan TQM, agar tujuan perusahaan mudah tercapai maka diperlukan suatu pedoman yang disebut dengan anggaran. Anggaran merupakan bagian dari Akuntansi Manajemen yang dalam fungsi perencanaan, direncanakan dan disusun untuk menjadi suatu pedoman kerja dari seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan. Anggaran adalah suatu rencana rinci yang memperlihatkan bagaimana sumber-sumber daya diharapkan akan diperoleh dan dipakai selama periode waktu tertentu. Dari defenisi tersebut dapat dinyatakan bahwa anggaran merupakan suatu rencana finansial yang dipakai untuk pengelolaan sumber daya organisasi. Proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting dan melibatkan berbagai pihak. Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan pendekatan manajerial yang umumnya dinilai dapat meningkatkan kinerja manajerial. Terdapat tiga pendekatan penyusunan anggaran yakni, top-down approach dimana manajemen puncak menyusun anggaran untuk organisasi secara keseluruhan, bottom-up approach penyusunan anggaran dimana anggaran disusun oleh manajemen level bawah untuk selanjutnya diterapkan untuk seluruh level manajemen, dan kombinasi dari keduanya yang disebut dengan pendekatan partisipasi. Yang dimaksud dengan partisipasi adalah proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan. Pada penyusunan anggaran dengan menggunakan Universitas Sumatera Utara pendekatan partisipasi, informasi anggaran yang didapat oleh manajemen puncak, untuk mengevaluasi kinerja manajerial fungsional dan mendistribusikan penghargaan dan hukuman. Oleh karena itu partisipasi dalam penyusunan anggaran memainkan peranan Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara TQM dengan kinerja manajerial maupun hasil penelitian pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pernah dilakukan oleh Yan Saputra Saragih 2008, Zulaika 2008 dan Dewi Maya Sari 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Yan Saputra Saragih berjudul Pengaruh Total Quality Management dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Perkebunan Nusantara III Persero menyatakan bahwa TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Kedua, partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial dimana terdapat hubungan yang tidak searah diantara keduanya. Ketiga, secara bersamaan TQM dan partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan oleh Zulaika berjudul Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen pada PT PP Lonsum Indonesia, Tbk menyatakan bahwa TQM berpengaruh terhadap kinerja manajemen secara simultan. Tetapi jika dilihat secara parsial, variabel fokus pada pelanggan serta pendidikan dan pelatihan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajemen dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Maya Sari terhadap PT Super Andala Stell menyatakan bahwa TQM tidak berpengaruh secara simultan terhadap kinerja manajerial. TQM juga tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial secara parsial. Kinerja manajerial tidak Universitas Sumatera Utara dapat dijelaskan oleh fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. PT Perkebunan Nusantara IV Persero merupakan Badan Usaha Milik Negara di bidang perkebunan yang berkedudukan di Medan, Propinsi Sumatra Utara. PT Perkebunan Nusantara IV Persero mengelola 3 tiga budidaya perkebunan yang berupa tanaman Kelapa Sawit, kakao dan teh dengan 31 unit kebun yang dilengkapi dengan sarana pengolahannya berupa 16 unit Pabrik kelapa Sawit PKS, 1 unit Pabrik Pemurnian Minyak Sawit, 1 unit Pabrik Pengolahan Inti Sawit, 4 unit Pabrik Pengeringan Biji Kakao, 6 unit pabrik Pengolahan Teh, 1 unit Perbengkelan dan 3 unit Rumah Sakit. Kegiatan usaha lainnya yang dikelola Perusahaan, antara lain : Pabrik Kompos, Tanaman Jagung, Kebun Benih Kelapa Sawit, Kebun Benih Kakao. Berdasarkan uraian tersebut diatas, peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut dalam sebuah penelitan yang berjudul: “Pengaruh Total Quality Management dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Medan”.

B. Perumusan Masalah