Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Super Andalas Steel

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

PADA PT SUPER ANDALAS STEEL

OLEH:

NAMA : DEWI MAYA SARI NIM : 050503140

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2009


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyataan bahwa skripsi yang berjudul ”Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Super Andalas Steel” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 13 Maret 2009 Yang membuat pernyataan,

Dewi Maya Sari NIM: 050503140


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kemudahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Sumatera Utara. Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada Rasulullah SAW yang safa’atnya diharapkan di akhirat kelak.

Sepanjang proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, dukungan, serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi.

3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rustam, MSi, Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan Bapak Fahmi Natigor Nst., SE, MAcc, Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji II atas saran-sarannya.

5. Bapak Pimpinan PT SUPER ANDALAS STEEL beserta jajarannya.


(4)

6. Kedua orang tua penulis, Ir. H. Sudirman dan Hj. Rohidah Hasibuan. Terima kasih atas semua kasih sayang, do’a, dukungan, didikan, dan semangat yang sangat berarti. Semoga penulis dapat menjadi anak yang dapat dibanggakan. Terima kasih kepada satu-satunya adik yang penulis miliki Yulia Sudirman atas semua perdebatan, masukan, do’a, dan semangat yang telah mewarnai hari-hari penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, 13 Maret 2009 Penulis,

Dewi Maya Sari NIM: 050503140


(5)

ABSTRAK

Penggunaan Total Quality Management (TQM) sebagai pengukur

peningkatan kinerja manajerial sudah semakin luas digunakan. Hal ini terjadi karena banyaknya kesuksesan implementasi TQM dalam meningkatkan kinerja manajerial perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara TQM dengan 6 subvariabel yang diteliti, yaitu: fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan terhadap kinerja manajerial.

Penelitian ini dilakukan di PT SUPER ANDALAS STEEL dengan jenis penelitian assosiatif kausal. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sensus. Data yang digunakan diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 36 karyawan perusahaan yang berada di level menengah dan level bawah manajemen. Model analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Pengujian kualitas data yang digunakan adalah validitas data dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji signifikan simultan (uji – F), uji signifikan parsial (uji – t), dan adjusted R square.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TQM tidak berpengaruh secara simultan terhadap kinerja manajerial. TQM juga tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial secara parsial. Kinerja manajerial tidak dapat dijelaskan oleh fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

Kata Kunci : Total Quality Management (TQM), Fokus Pada Pelanggan, Obsesi Terhadap Kualitas, Kerjasama Tim, Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan, Pendidikan dan Pelatihan, Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan, Kinerja Manajerial.


(6)

ABSTRACT

The used of Total Quality Management (TQM) as a tool for measuring managerial performance has been used by world wide. This caused by the successful of the implementation of TQM in increasing managerial performance. This research is done to investigate whether there is the correlation between TQM – in this case using 6 sub variable: focus on customer, obsession on quality, teamwork, continous improvement system, learning and training, and the involvement and empowerment of employee – and managerial performance or not.

This research was done in PT SUPER ANDALAS STEEL with causal assosiative as the kind of the research. Technic that being used in defined sample was sensus. The data that being used in this research received from questionnaires sprading to 36 employees who was in middle and low level management in the company. Analysis model that being used was multiple regression. Data quality was tested by using validity and reliability test. Classic assumption tests that being used were normality test, multicolinearity test, and heterocedastisity test. Hypothesis test that being used were simultan test (F- test), partial test (t – test), and adjusted R square.

The result of this research showed that TQM didn’t influence managerial performance simultanly. TQM also didn’t influence managerial performance partially. Managerial performance can not be explained by focus on customer, obsession on quality, teamwork, continous improvement system, learning and training, and involvement and empowerment of employee.

Keywords : Total Quality Management (TQM), Focus On Customer, Obsession on Quality, Teamwork, Continous Improvement System, Learning and Training, Involvement and Empowerment of Employee, Managerial Performance.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Msalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Total Quality Management ... 7

1. Pengertian Total Quality Management ... 7

2. Karakteristik Total Quality Management... 8

3. Manfaat Total Quality Management ... 10

B. Kinerja Manajerial... 12

C. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 14


(8)

2. Yan Saputra Saragih (2008) ... 15

3. Henny Zurika Lubis ... 15

4. I Made Narsa dan Ririn Dwi Yuniawati (2003)... 16

D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 17

1. Kerangka Konseptual ... 17

2. Hipotesis... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 20

B. Jenis Data dan Sumber Data... 20

C. Teknik Penentuan Sampel ... 21

D. Teknik Pengumpulan Data ... 21

E. Defini Operasional dan Pengukuran Variabel ... 22

F. Menguji Kualitas Data ... 25

G. Model Analisis Data... 26

H. Uji Asumsi Klasik ... 27

I. Pengujian Hipotesis ... 28

J. Jadwal dan Waktu Penelitian... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PT Super Andalas Steel ... 31

B. Analisis Hasil Penelitian ... 31


(9)

2. Pengujian Reliabilitas Variabel... 39

3. Hasil Uji Multikolinearitas... 42

4. Hasil Uji Heterokedastisitas... 43

5. Hasil Uji Normalitas Data... 44

6. Hasil Analisis Regresi Berganda... 47

7. Hasil Pengukuran Adjusted R2... 51

8. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji – F) ... 53

9. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji – t)... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Keterbatan Penelitian ... 57

C. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA... 59


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 30

Tabel 4.1 Validitas Instrumen Fokus Pada Pelanggan... 32

Tabel 4.2 Validitas Instrumen Obsesi Terhadap Kualitas (Pengujian I)... 33

Tabel 4.3 Validitas Instrumen Obsesi Terhadap Kualitas (Pengujian II) ... 34

Tabel 4.4 Validitas Instrumen Kerjasama Tim ... 34

Tabel 4.5 Validitas Instrumen Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan (Pengujian I)... 35

Tabel 4.6 Validitas Instrumen Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan (Pengujian II) ... 35

Tabel 4.7 Validitas Instrumen Pendidikan dan Pelatihan ... 36

Tabel 4.8 Validitas Instrumen Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (Pengujian I)... 36

Tabel 4.9 Validitas Instrumen Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (Pengujian II) ... 37

Tabel 4.10 Validitas Instrumen Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (Pengujian III) ... 38

Tabel 4.11 Validitas Instrumen Kinerja Manajerial... 39

Tabel 4.12 Reliability Statistics Fokus Pada Pelanggan ... 40

Tabel 4.13 Reliability Statistics Obsesi Terhadap Kualitas ... 40


(11)

Tabel 4.15 Reliability Statistics Perbaikan Sistem Secara

Berkesinambungan... 41

Tabel 4.16 Reliability Statistics Pendidikan dan Pelatihan... 41

Tabel 4.17 Reliability Statistics Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan. 42 Tabel 4.18 Reliability Statistics Kinerja Manajerial ... 42

Tabel 4.19 Colinearity Statistics ... 43

Tabel 4.20 One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test ... 47

Tabel 4.21 Variables Entered/ Removed... 48

Tabel 4.22 Regresi Linear Berganda... 48

Tabel 4.23 Model Summary... 51


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Peran Perbaikan Kualitas Dalam Perusahaan ... 12

Gambar 2.2 Kerang Konseptual... 19

Gambar 4.1 Scatterplot ... 44

Gambar 4.2 Histogram... 45


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

I Struktur Organisasi PT Super Andalas Steel ... 62

ii Lembar Kuesioner... 63

iii Tabulasi Hasil Kuesioner Fokus Pada Pelanggan... 72

iv Tabulasi Hasil Kuesioner Obsesi Terhadap Kualitas... 73

v Tabulasi Hasil Kuesioner Kerjasama Tim ... 74

vi Tabulasi Hasil Kuesioner Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan... 75

vii Tabulasi Hasil Kuesioner Pendidikan dan Pelatihan ... 76

viii Tabulasi Hasil Kuesioner Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan ... 77

ix Tabulasi Hasil Kuesioner Kinerja Manajerial... 78

x Reliability Fokus Pada Pelanggan... 79

xi Reliability Obsesi Terhadap Kuallitas ... 81

xii Reliability Kerjasama Tim ... 85

xiii Reliability Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan ... 87

xiv Reliability Pendidikan dan Pelatihan ... 90

xv Reliability Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan ... 92

xvi Reliability Kinerja Manajerial... 97

xvii Regression ... 99


(14)

xix Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 102

xx One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 103

xxi Scatterplot ... 104


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perusahaan sangat dinamis di abad perdagangan bebas seperti saat sekarang. Kuantitas perusahaan bukan hanya dari perusahaan yang lahir pada era globalisasi dan sejumlah perusahaan asing namun juga dari perusahaan-perusahaan dari masa lalu, yaitu perusahaan yang lahir sebelum era globalisasi. Perkembangan perdagangan dunia menuntut perusahaan-perusahaan yang sudah ada untuk tetap dapat bertahan agar dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang akan bermunculan dan tetap terus memperoleh keuntungan. Kinerja manajerial merupakan sesuatu yang harus mendapat perhatian ekstra pada era ini karena pihak eksternal perusahaan menjadi lebih kritis dan teliti dalam menentukan perusahaan mana yang akan menjadi tempat mereka untuk menginvestasikan dananya.

Untuk dapat bertahan perusahaan harus memiliki produk penjualan yang terbaik. Produk yang baik adalah produk yang memiliki jaminan mutu yang baik. Manajemen perusahaan harus bekerja bersama-sama secara optimal untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Hal ini berarti bahwa sebuah perusahaan harus memiliki kinerja manajerial yang baik untuk menghasilkan produk yang baik pula. Perusahaan dapat menggunakan tiga ide dasar untuk menghasilkan produk yang berkualitas, yaitu: (1) setiap tindakan perusahaan dalam proses menghasilkan produk atau jasa selalu berorientasi kepada pelanggan, (2) melibatkan seluruh entitas yang berkaitan dengan jalannya perusahaan, baik pihak


(16)

internal (karyawan), maupun pihak eksternal (pemasok dan pelanggan), (3) menggunakan data dan alasan ilmiah dalam memperbaiki kinerja yang efeknya akan memberikan keuntungan kepada perusahaan, (Roberts, 1993: 1). Pada dasarnya, klausul 8 ISO 9001: 2000 menyatakan bahwa organisasi harus menetapkan rencana-rencana dan menerapkan proses-proses pengukuran, pemantauan, analisis, dan peningkatan yang diperlukan agar menjamin kesesuaian dari produk, sistem manajemen kualitas, dan meningkatkan secara terus menerus efektivitas dari sistem manajemen kualitas, (Gaspersz, 2001: 1). Pernyataan ini secara tersirat menyatakan bahwa organisasi harus memiliki alat yang dapat mendukung kinerja perusahaannya agar perusahaan tetap bertahan hidup.

Sampai saat ini, sistem yang dianggap paling cocok sebagai alat untuk membuat perusahaan tetap optimis dengan konsep going concern adalah Total

Quality Management (TQM). TQM membuat perusahaan dapat tetap bertanding

dengan perusahaan-perusahaan lain karena konsep dasarnya yaitu perbaikan secara berkala atau terus-menerus. Selain itu, TQM juga memiliki prinsip yang menghargai setiap entitas atau orang yang terlibat dengan memberikan kebebasan kepada setiap entitas tersebut untuk memberikan pendapat demi berbaikan perusahaan secara berkesinambungan. Ada sepuluh karakteristik TQM yang dapat mempengaruhi kinerja manajer, yaitu: fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan, dan adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Dengan adanya TQM perusahaan dapat selalu mengevaluasi


(17)

kinerjanya sehingga perusahaan dapat segera memperbaiki apabila ada sistem yang salah dalam perusahaannya. Namun sebelumnya, perusahaan juga harus melakukan perubahan budaya kerja yang sebelumnya keberatan apabila hasil kerjanya dievaluasi menjadi lebih terbuka menghadapi evaluasi kinerja.

Konsep TQM tersebut bertolak belakang dengan pemikiran di negara barat dan di Indonesia sendiri. Di negara barat, fokus pekerjaan diletakkan pada profesionalisme dan spesialisasi. Oleh karena itu, segala hal yang berhubungan dengan pengendalian mutu hanya dikuasai oleh para spesialis kendali mutu. Apabila pengendalian mutu dipertanyakan kepada orang-orang yang ada di divisi lain perusahaan, selain kendali mutu, mereka pasti tidak bisa menjawabnya (Ishikawa, 1992). Pemikiran tersebut belum banyak berkembang sampai saat sekarang ini. Sedangkan di Indonesia, pengendalian mutu cenderung dilimpahkan ke divisi produksi. Masih banyak yang menganggap fokus pengendalian mutu terletak pada proses produksi dan proses penyelesaian/ pengemasan produk sehingga keberhasilan atau kegagalan kinerja manajerial dianggap sebagai tanggungjawab bagian produksi di sebuah perusahaan. Kedua anggapan tersebut masih harus disempurnakan lagi. Seharusnya pengendalian mutu dilakukan oleh setiap orang di setiap divisi perusahaan demi memperoleh produk yang berorientasikan pelanggan, yaitu produk dengan mutu terbaik. Partisipasi dari seluruh anggota perusahaan merupakan hal yang wajib untuk diaksanakan karena kinerja baik atau buruk sebuah perusahaan bukan hanya menjadi tanggungjawab individu atau divisi saja.


(18)

TQM memang dianggap sebagai alat yang dapat meningkatkan kinerja manajerial yang dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Zulaika (2008), namun ada beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan negatif antara TQM dan kinerja manajerial, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Ittner dan Lacker dimana hasilnya tidak ditemukan bukti bahwa organisasi yang mempraktekkan TQM dapat mencapai kinerja yang tinggi (Lubis, 2005). Hal ini membuat peneliti ingin melihat kekonsistenan penelitian mengenai pengaruh TQM terhadap kinerja manajerial. Penelitian ini merupakan replika dari penelitian yang telah dilakukan oleh Zulaika (2008). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Zulaika terletak pada variabel independen yang digunakan sebagai stimulus variabel dependennya. Peneliti terdahulu menggunakan empat dari sepuluh karakteristik TQM sebagai variabel independen, yaitu: fokus pada pelanggan, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan; sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan enam dari sepuluh karakteristik TQM, yaitu: fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, serta keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Peneliti hanya menggunakan enam dari sepuluh karakteristik TQM karena ada keterbatasan data.

Penelitian ini dilakukan di PT Super Andalas Steel. Alasan penulis memilih perusahaan ini adalah karena perusahaan ini memiliki divisi produksi yang lebih besar daripada divisi lainnya, sehingga penulis ingin melihat apakah


(19)

pemikiran bahwa pengendalian mutu adalah tanggung jawab penuh bagian produksi dan keberhasilan bagian produksi secara tidak langsung mewakili kinerja manajerial perusahaan masih berlaku di perusahaan ini atau perusahaan ini sudah menerapkan TQM dalam meningkatkan kinerja maajernya. Atas dasar hal tersebut di atas, penulis memilih judul “Pengaruh Total Quality Management terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Super Andalas Steel”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: apakah fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT Super Andalas Steel baik secara simultan maupun secara parsial?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan terhadap kinerja manajerial pada PT Super Andalas Steel baik secara simultan maupun secara parsial.

D. Manfaat Penelitian


(20)

1. bagi Perusahaan; sebagai masukan dalam melakukan kontrol terhadap manajemen mutu perusahaan agar dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan,

2. bagi penulis; untuk menambah wawasan penulis tentang pengaruh TQM terhadap Kinerja manajerial,

3. bagi pihak lain; dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian tentang pengaruh TQM terhadap Kinerja Manajerial.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Total Quality Management

Menurut Garrison (2000: 23), kendala atau constraint adalah segala sesuatu

yang menghambat Anda untuk mendapatkan apa yang anda inginkan. Oleh karena itu, pengelolaan berdasarkan Theory of Constraints menjadi faktor kunci

sukses. Perusahaan dituntut untuk dapat mengatasi kendala agar kinerja manajerialnya dapat menjadi lebih baik sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu alat yang dianggap dapat membantu memperbaiki kinerja manajerial dalam mencapai tujuan peningkatan laba adalah TQM.

1. Pengertian Total Quality Management

TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh perusahaan-perusahaan karena dianggap mampu mendukung kinerja manajerialnya. TQM juga dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu. Menurut Ishikawa dalam Nasution (2005: 22), TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan kepuasan pelanggan.

Menurut Purwanto dalam Suharyanto (2005: 7), TQM pada dasarnya merupakan upaya untuk menciptakan “a culture of continous

improvement” di antara para karyawan dengan menerapkan berbagai

teknik pemecahan permasalahan secara kelompok dengan memusatkan perhatian pada kepuasan customer. Menurut Tjiptono (2003: 4), TQM


(22)

merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Menurut Suharyanto (2005: 62),

TQM adalah sebuah kultur, dengan sifat yang melekat di dalam kultur ini adalah sebuah komitmen sepenuhnya terhadap kualitas dan sikap yang diperlihatkan melalui keterlibatan setiap individu dalam proses perbaikan produk maupun jasa secara kontinyu, melalui penggunaan metode ilmiah yang inovatif.

TQM menghendaki komitmen total dari manajemen dimana komitmen ini harus disebarluaskan pada seluruh karyawan dan pada semua level atau departemen dalam organisasi. Sukses tidaknya implementasi TQM sangat ditentukan oleh kompetensi SDM perusahaan untuk merealisasikannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa TQM adalah suatu alat yang digunakan oleh manajemen suatu perusahaan yang melibatkan seluruh personel dalam perusahaan dalam melakukan perbaikan secara terus-menerus atas produk, pelayanan, lingkungan yang berhubungan dengan produk perusahaan, dan manajemen perusahaan melalui metode ilmiah yang inovatif.

2. Karakteristik Total Quality Management

Ada sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis dalam Nasution (2005: 22).

1. Fokus Pada Pelanggan

Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.


(23)

2. Obsesi terhadap Kualitas

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan eksternal menentukan kualitas. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif. Bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik? Bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka berlaku prinsip ‘good enough is never good enough’.

3. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.

4. Komitmen Jangka Panjang

TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.

5. Kerjasama Tim (Teamwork)

Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Sementara itu, dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.

6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/ lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin meningkat.

7. Pendidikan dan Pelatihan

Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan. Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era persaingan global. Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.

8. Kebebasan yang Terkendali

Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur


(24)

yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.

9. Kesatuan Tujuan

Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.

10.Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dapat meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif, karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja serta meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya

3. Manfaat Total Quality Management

Manfaat TQM adalah memperbaiki kinerja manajerial dalam mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan penghasilan perusahaan. Ada beberapa keuntungan pengendalian mutu yang digambarkan Ishikawa (1992) dalam bukunya, antara lain:

a. pengendalian mutu memungkinkan untuk membangun mutu di

setiap langkah proses produksi demi menghasilkan produk yang 100% bebas cacat,

b. pengendalian mutu memungkinkan perusahaan menemukan

kesalahan atau kegagalan sebelum akhirnya berubah menjadi musibah bagi perusahaan,


(25)

c. pengendalian mutu memungkinkan desain produk mengikuti keinginan pelanggan secara efisien sehingga produknya selalu dibuat sesuai pilihan pelanggan,

d. pengendalian mutu dapat membantu perusahaan menemukan data-data produksi yang salah.

TQM juga digunakan untuk memperbaiki posisi persaingan perusahaan di pasar dan sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan output dengan mutu berkualitas. Produk yang berkualitas

yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen secara berkelanjutan (sustainable satisfaction) akan menimbulkan pembelian

yang berkelanjutan yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas perusahaan mencapai skala ekonomi dengan akibat penurunan biaya produksi (Ibrahim, 2000: 22).

Perbaikan kualitas yang dilakukan oleh perusahaan tidak lain bertujuan untuk meningkatkan penghasilan perusahaan dan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan laba perusahaan agar perusahaan dapat terus berjalan dan tetap hidup dalam persaingan perdagangan yang semakin ketat saat sekarang ini. Perbaikan kualitas juga dapat meningkatkan citra perusahaan di mata pelanggan. Berikut ini adalah diagram yang menunjukkan peran perbaikan kualitas dalam perusahaan untuk memperbaiki posisi persaingan dalam pasar perdagangan dan meningkatkan ketelitian dalam menghasilkan produk yang bebas dari kerusakan.


(26)

Memperbaiki posisi persaingan Meningkatkan laba Mengurangi biaya operasi Meningkatkan penghasilan Harga yang lebih tinggi Meningkatkan pangsa pasar Meningkatkan output yang bebas

dari kerusakan P E R B A I K A N K U A L I T A S Gambar 2.1

Peran Perbaikan Kualitas Dalam Perusahaan

Sumber: Pall dalam Tjiptono (2003: 11).

B. Kinerja Manajerial

Kinerja dapat diartikan sebagai penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu perusahaan, bagian dari perusahaan dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Lubis, 2005: 21). Menurut Stolovitch dan Keeps dalam Rivai (2005: 14), kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta. Menurut Donnelly, Gibson, dan Ivancevich dalam Rivai (2005: 15), kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan


(27)

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

Manajemen adalah ilmu yang menggunakan orang lain dalam usaha mencapai suatu tujuan dengan menggunakan fungsi manajemen: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan

pengawasan (controlling). Sedangkan manajer adalah orang yang menerapkan

manajemen dalam mengemban tugas yang diterimanya guna mencapai tujuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut Mahoney dan Carroll, yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi, dan representasi (Lubis, 2005: 22). Kinerja manajerial yang baik akan menghasilkan keefektivitasan yang berujung pada perolehan keuntungan bagi perusahaan. Kinerja manajerial yang stabil bahkan meningkat akan menambah kepercayaan investor terhadap perusahaan.

Menurut Lois Goldberg, bukan teori entity atau proprietory yang perlu

dijadikan sebagai pusat perhatian atau sebagai pemilik perusahaan atau lembaga, tetapi cukup melihat commander-nya (commander theory) atau

mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan kontrol ekonomi atas sumber daya yang efektif terhadap suatu lembaga, (Harahap, 2007: 74). Penekanan informasi menurut teori ini adalah

pertanggungjawaban atau stewardship. Bagaimana yang dipercayai


(28)

menitikberatkan pengendalian terhadap kinerja manajerial perusahaan dalam meningkatkan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

C. Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Zulaika (2008)

Penelitian yang dilakukan oleh Zulaika berjudul Pengaruh Total

Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen pada PT PP Lonsum

Indonesia, Tbk. Variabel independen (TQM) terdiri dari empat subvariabel yang diteliti yaitu, fokus pada pelanggan, perbaikan berkesinambungan, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan, serta pendidikan dan pelatihan. Sedangkan kinerja manajemen diukur dengan Balanced Scorecard yang terdiri dari empat perspektif, yaitu keuangan,

pelanggan, proses bisnis, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Jenis penilitian ini adalah assosiatif kausal, dimana teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sensus. Sampelnya adalah 30 orang manajer PT PP Lonsum Indonesia, Tbk. Pengumpulan datanya dilakukan dengan penyebaran kuesioner terhadap 30 manajer. Model analisis yang digunakan adalah regresi berganda.

Pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji reliabilitas dan validitas data. Sedangkan uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji signifikan simultan (uji-F) dan uji signifikan parsial (uji-t). Hasil analisis data menujukkan bahwa TQM berpengaruh terhadap kinerja manajemen secara simultan. Tetapi jika


(29)

dilihat secara parsial, variabel fokus pada pelanggan serta pendidikan dan pelatihan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajemen dalam penelitian ini.

2. Yan Saputra Saragih (2008)

Penelitian yang dilakukan oleh Yan Saputra Saragih berjudul Pengaruh Total Quality Management dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja

Manajerial Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Variabel independennya adalah TQM. Variabel dependennya adalah partisipasi anggaran.

Jenis penelitian ini adalah assosiatif kausal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Sampel dalam penelitian ini adalah 42 responden yang terdiri dari pegawai level manajemen yang ada pada perusahaan tersebut. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi sederhana dan regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama, TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Kedua, partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial dimana terdapat hubungan yang tidak searah diantara keduanya. Ketiga, secara bersamaan TQM dan partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.

3. Henny Zurika Lubis (2005)

Penelitian yang dilakukan oleh Henny Zurika Lubis berjudul Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Sistem


(30)

Pengukuran Kinerja Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di Kawasan Industri Medan). Variabel independennya adalah TQM. Variabel dependennya adalah kinerja manajerial dan variabel moderatingnya adalah sistem pengukuran kinerja.

Pengumpulan data dilakukan dengan mendistribusikan 165 buah kuesioner. Respondennya tersebar dalam 55 perusahaan. Dari 102 kuesioner yang diterima kembali, hanya 97 yang dapat diolah. Hasil pengujian menyatakan TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial sedangkan interaksi antara TQM dan sistem pengukuran kinerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.

4. I Made Narsa dan Rani Dwi Yuniawati (2003)

Penelitian yang dilakukan oleh I Made Narsa berjudul Pengaruh Interaksi Antara Total Quality Management Dengan Sistem Pengukuran Kinerja Dan sistem Penghargaan Terhadap Kinerja Manajerial, Studi Empiris pada PT Telkom Divre V Surabaya. Variabel independennya adalah sistem pengukuran kinerja (X1), sistem penghargaan (X2), TQM

(X3), interaksi antara sistem pengukuran dengan TQM (X4), interaksi

antara sistem penghargaan dengan TQM (X5). Variabel dependennya

adalah kinerja manajerial.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain survey. Responden adalah senior manajer dan staff dengan sampel berjumlah 54 orang dari total populasi 90 orang. Teknik analisis data untuk menguji hipotesis adalah regresi berganda. Hasil pengujian


(31)

menyatakan bahwa gagal menilak Ho5, artinya interaksi sistem penghargaan dengan TQM (X5) pengaruhnya tidak signifikan terhadap

kinerja manajerial. Sedangkan lima hipotesis lainnya terbukti.

D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

TQM dapat memperbaiki kinerja manajerial dalam perusahaan untuk mewujudkun tujuan perusahaan. Fokus pada pelanggan berarti setiap produk yang dihasilkan perusahaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Orientasi pada pelanggan tersebut akan merangsang manajer untuk meningkatkan kinerjanya agar menghasilkan produk yang bermutu untuk memuaskan pelanggan.

Obsesi terhadap kualitas merupakan sikap tidak pernah puas akan kualitas dari produk yang dihasilkan. Peningkatan kualitas produk juga dapat mengurangi biaya kualitas yang dapat menurunkan laba. Apabila sikap ini dapat ditanamkan di benak para manajer, maka kinerja para manajer akan meningkat karena mereka ingin tetap menghasilkan produk yang bermutu tinggi.

Kerjasama tim merupakan cermin integritas perusahaan. Hubungan yang baik diantara anggota tim harus dijalin, dibina, dan dijaga. Kekompakan dalam melakukan aktivitas perusahaan akan meningkatkan kinerja para manajer perusahaan karena mereka merasa dapat diandalkan dan pasti melakukan hal yang terbaik demi nama tim karena apabila salah


(32)

seorang manajer melakukan sebuah kesalahan, maka anggota tim yang lain juga akan merasakan akibatnya.

Perbaikan sistem secara terus menerus harus dilakukan perusahaan seiring dengan perkembangan informasi dan kebutuhan pelanggan. Perbaikan secara berkala di segala bidang yang rutin dilakukan perusahaan dapat meningkatkan kinerja manajerial karena perbaikan yang dilakukan dapat mempermudah kerja manajer. Peningkatan kinerja manajerial pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.

Pendidikan dan pelatihan sangat dibutuhkan oleh para manajer untuk memperbaharui pengetahuan mereka tentang masing-masing bidang yang mereka tangani. Pendidikan dan pelatihan membuat para manajer semakin ahli di bidangnya. Peningkatan keahlian pasti akan meningkatkan kinerja mereka di perusahaan tempat mereka bekerja.

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan membuat karyawan memiliki andil dalam setiap keputusan dan aktivitas yang dilakukan perusahaan. Hal ini membuat karyawan merasa memilki perusahaan. Perasaan yang dirasakan karyawan, dalam hal ini manajer, akan meningkatkan kinerja mereka karena mereka pasti akan melakukan yang terbaik bagi perusahaan yang mereka anggap seperti milik mereka sendiri.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara TQM dengan kinerja manajerial bersifat kausal. Peningkatan TQM akan meningkatkan kinerja manajerial perusahaan. Gambaran tersebut dapat divisualisasikan melalui kerangka di bawah ini.


(33)

Total Quality Management (TQM)

Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan (X4)

Obsesi Terhadap Kualitas (X2)

Kerjasama Tim (X3)

Pendidikan dan Pelatihan (X5)

Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (X6)

Kinerja Manajerial

pada PT Super Andalas

Steel (Y) Fokus pada pelanggan (X1)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual B. Hipotesis

Hipotesis yang diperoleh dari kerangka konseptual adalah: fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT Super Andalas Steel baik secara simultan maupun secara parsial.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah assosiatif kausal, dimana terjadi hubungan sebab akibat diantara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Jika variabel dependen dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen tertentu, maka dapat dinyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah TQM dan variabel dependennya adalah kinerja manajerial.

B. Jenis Data Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau narasumber. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diisi oleh seluruh manajer pada perusahaan. Instrumen dalam kuesioner dikembangkan oleh berbagai pihak yang dirangkum oleh Mas’ud (2004).

2. Data sekunder, yaitu data olahan yang diperoleh dari perusahaan, antara lain:

a. sejarah perusahaan,


(35)

C. Teknik Penentuan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik yang terbatas maupun tidak terbatas. Populasi penelitian ini adalah karyawan pada middle management level dan low management level pada PT

Super Andalas Steel yang berjumlah 36 responden. Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian. Menurut Erlina (2007: 72), jika peneliti menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian, maka disebut sensus, jika sebagian saja disebut sampel. Dengan demikian metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus. 36 responden yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut:

Manajer 7 orang

Wakil Manajer 7 orang

Kepala bagian 3 orang

Wakil kepala bagian 3 orang

Supervisor 16 orang

36 orang

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data primer yang berupa kuesioner, penulis melakukan beberapa langkah, yaitu:

1. memberikan kuesioner kepada seluruh responden,

2. mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh seluruh responden.

Data sekunder yang berupa sejarah perusahaan dan struktur organisasi perusahaan didapatkan langsung dari perusahaan.


(36)

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Bebas (independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel terikat dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel terikat lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah TQM yang terdiri dari enam subvariabel, yaitu: fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, kebebasan yang terkendali, serta keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Dalam penelitian ini setiap responden diminta untuk mengisi kuesioner mengenai penerapan TQM yang dikhususkan pada empat subvariabel tersebut.

Kuesioner fokus pada pelanggan dikembangkan oleh Hajjat (2002). Kuesioner obsesi terhadap kualitas dikembangkan oleh Harrington (2000). Kuesioner kerjasama tim dikembangkan oleh Daft (1998). Kuesioner perbaikan sistem secara berkesinambungan dikembangkan oleh Zeitz (1997). Kuesioner pendidikan dan pelatihan dikembangkan oleh Baker (1999). Kuesioner keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dikembangkan oleh White (1973).

a. Fokus pada pelanggan

Fokus pada pelanggan merupakan upaya perusahaan untuk memproduksi produk sesuai dengan keinginan pelanggan untuk memuaskan pelanggan. Observasi terhadap kebutuhan pelanggan diperlukan untuk merumuskan formula produk yang dapat memuaskan


(37)

pelanggan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 1 s.d. 7 dimana jika memilih 1 berarti sangat tidak setuju, jika memilih 4 berarti netral, dan jika memilih 7 berarti sangat setuju.

b. Obsesi Terhadap Kualitas

Obsesi terhadap kualitas merupakan sikap dan komitmen perusahaan untuk tetap memberikan kualitas yang terbaik pada setiap produknya yang dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Obsesi terhadap kualitas juga dapat mengurangi biaya kualitas, yaitu biaya yang mungkin akan terjadi karena kualitas produk yang buruk. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 1 s.d. 7 dimana jika memilih 1 berarti sangat tidak setuju, jika memilih 4 berarti netral, dan jika memilih 7 berarti sangat setuju.

c. Kerjasama Tim

Kerjasama tim merupakan implementasi integritas perusahaan dimana setiap orang dalam setiap departemen pada perusahaan bersama-sama melakukan tindakan yang dapat mewujudkan tujuan perusahaan. Tiap-tiap anggota tim harus menyamakan visi dan misinya dalam mewujudkan tujuan perusahaan secara bersama-sama. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 1 s.d. 5 dimana jika memilih 1 berarti sangat tidak setuju, jika memilih 2 berarti tidak setuju, jika memilih 3 berarti netral, jika memilih 4 berarti setuju, dan jika memilih 5 berarti sangat setuju.


(38)

d. Perbaikan sistem secara berkesinambungan

Perbaikan sistem secara berkesinambungan merupakan proses perbaikan produksi dan manajemen menuju sistem produksi dan manajemen yang lebih baik secara berkesinambungan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 1 s.d. 7 dimana jika memilih 1 berarti sangat tidak setuju, jika memilih 4 berarti netral, dan jika memilih 7 berarti sangat setuju.

e. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan Pelatihan merupakan proses pembelajaran yang diadakan perusahaan untuk memperbaiki kualitas manajemen perusahaan. Perusahaan biasanya mengadakan pendidikan dan pelatihan dengan menggelar acara seminar yang berkaitan dengan bidang perusahaan atau menyekolahkan karyawannya untuk memperbaiki kualitas karyawan dan meningkatkan kemampuan inovasi karyawan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 1 s.d. 5 dimana jika memilih 1 berarti sangat tidak setuju, jika memilih 2 berarti tidak setuju, jika memilih 3 berarti netral, jika memilih 4 berarti setuju, dan jika memilih 5 berarti sangat setuju.

f. Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan proses yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengikutsertakan karyawannya dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, perusahaan memberikan kebebasan kepada karyawan untuk


(39)

mengeksplorasi diri dengan melakukan hal-hal baru yang dapat memperbaiki perusahaan ke arah yang lebih baik. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 1 s.d. 5 dimana jika memilih 1 berarti sangat tidak setuju, jika memilih 2 berarti tidak setuju, jika memilih 3 berarti netral, jika memilih 4 berarti setuju, dan jika memilih 5 berarti sangat setuju.

2. Variabel Terikat (dependent variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Jadi variabel terikat adalah konsekuensi dari variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Kinerja manajerial. Kinerja manajerial adalah keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan dengan melibatkan orang lain demi menghasilkan laba bagi perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 1 s.d. 7 dimana dimana jika memilih 1 berarti sangat tidak setuju, jika memilih 4 berarti netral, dan jika memilih 7 berarti sangat setuju. Kuesioner kinerja manajerial dikembangkan oleh Heneman (1974).

F. Menguji Kualitas Data 1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya dalam mencapai sasarannya. Validitas berhubungan dengan kenyataan. Validitas juga berhubungan dengan tujuan dari pengukuran. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur


(40)

tujuannya dengan nyata dan benar. Kriteria pengujian validitas adalah sebagai berikut:

1. jika r hitung positif atau r hitung > r tabel, maka butir pertanyaan

tersebut valid,

2. jika r hitung negatif atau r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan

tersebut tidak valid,

3. r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat seberapa besar suatu pengukur mengukur dengan stabil dan konsisten. Menurut Nunnally dalam Ghozali (2005: 42), suatu konstruksi atau variabel dikatakan reliable jika memberikan

nilai cronbach alpha > 0,6.

G. Model Analisis Data

Model statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Metode ini menghubungkan dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen.

Persamaan regresi berganda penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6+ e

Keterangan:

Y = Kinerja manajerial

X1 = Fokus Pada Pelanggan

X2 = Obsesi Terhadap Kualitas


(41)

X4 = Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

X5 = Pendidikan dan Pelatihan

X6 = Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

a = Konstanta

b1, b2, b3, b4, b5, b6 = Koefisien Regresi

e = error (tingkat kesalahan)

H. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi di antara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna di antara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah: (1) Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir. (2) Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Pengujian ini bermaksud untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinearitas, yaitu: (a) mengeluarkan salah satu variabel dari model regresi, (b) menggunakan metode lanjut seperti Regresi Bayesian atau Regresi Ridge.


(42)

2. Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Menurut Ghozali (2005), deteksi ada tidaknya gejala heterokodastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai X1, X2, dan Y. Jika ada pola tertentu, maka telah terjadi gejala

heterokedastisitas.

3. Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005: 110). Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji-t dan uji-F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, adalah dengan analisis grafik dan uji statistik.

I. Pengujian Hipotesis 1. Adjusted R2

Pengujian adjusted R2 digunakan untuk mengukur proporsi atau presentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Adjusted R2 berkisar antara nol sampai dengan 1 (0 ≤ adjusted R2 ≤ 1). Hal ini berarti bila adjusted R2 = 0


(43)

menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila adjusted R2 semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila adjusted R2 semakin kecel mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model penelitian mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya:

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0, artinya variabel independen secara

simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1, b2, b3, b4, b5, b6 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara

simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan:

Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima atau Ho ditolak Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak atau Ho diterima

3. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya:

Ho : b1, b2, b3, b4, b5, b6 = 0, artinya suatu variabel independen secara


(44)

Ha : b1, b2, b3, b4, b5, b6 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara

parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan:

Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima atau Ho ditolak Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak atau Ho diterima

J. Jadwal Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor pusat PT Super Andalas Steel yang beralamat di Jl. K.L. Yos Sudarso Km. 9 Medan. Penelitian dilakukan mulai bulan September 2008 sampai Februari 2009..

Tabel 3.1 JadwalPenelitian

Bulan (Tahun 2008 s.d. 2009) N

O Kegiatan Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar

1 Proposal Penelitian

Survei awal

Penyusunan proposal Bimbingan

Proposal

Seminar proposal

2 Penelitian Pengiriman

kuesioner

Pengembangan kuesioner

Analisis data penelitian

Penyusunan hasil

penelitian

3 Ujian skripsi (meja hijau)


(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PT Super Andalas Steel

Perusahaan Andalas pertama sekali berdiri pada tahun 1951 yang berbentuk milik perseorangan. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perbengkelan, yaitu memproduksi bermacam-macam alat yang dibutuhkan di pasaran local. Perusahaan ini berbentuk badan hukum pada tahun 1960 dengan nama NV Pabrik Mesin dan Konstruksi Andalas. Di tahun ini, pembuatan mesin sudah meningkat seperti pembuatan konstruksi. Semakin lama Pabrik Mesin dan Konstruksi Andalas semakin berkembang.

Pada tahun 1972, perusahaan ini ditingkatkan dari NV Pabrik Mesin dan Konstruksi Andalas menjadi bentuk badan hukum Perseroan Terbatas dengan nama PT Super Andalas Steel. Produksi perusahaan ini pun meningkat menjadi industri blower, ketel uap (boiler), pressure vessel, pabrik kelapa sawit, pabrik

gula, pabrik karet, pabrik teh, tanki-tanki timbun minyak kelapa sawit, jembatan konstruksi baja, dan lain-lain. Semua barang yang diproduksi oleh perusahaan ini merupakan barang pesanan dan ditangani langsung oleh tenaga ahli dari PT Super Andalas Steel yang merupakan tenaga putra bangsa Indonesia asli.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Pengujian Validitas Variabel

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2005: 45). Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur yang digunakan dapat mengukur apa yang ingin diukur. Uji


(46)

validitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Pada

penelitian ini sampel berjumlah 36, dengan demikian dapat dihitung df = 36-2 =34. Berdasarkan tabel r dengan signifikansi 5%, apabila df = 34, maka diperoleh rtabel = 0,329.

a. Fokus Pada Pelanggan

Berdasarkan tabel 4.1, uji validitas menunjukkan bahwa semua pertanyaan yang digunakan pada kuesioner fokus pada pelanggan dinyatakan valid karena rhitung > rtabel. Hal ini berarti bahwa semua

pertanyaan teruji validitasnya.

Tabel 4.1

Validitas Instrumen Fokus Pada Pelanggan

Pertanyaan Corrected Item Total Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0,773 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0,608 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0,788 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0,704 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0,786 0,329 Valid

Pertanyaan 6 0,649 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0,663 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0,703 0,329 Valid

Pertanyaan 9 0,859 0,329 Valid

Pertanyaan 10 0,571 0,329 Valid


(47)

b. Obsesi Terhadap Kualitas

Menurut tabel 4.2 ada 2 pertanyaan yang hasil uji validitasnya tidak valid; kedua pertanyaan tersebut yaitu pertanyaan 4 dan pertanyaan 5. Ketidakvalidan ini disebabkan karena rhitung pertanyaan

4 dan pertanyaan 5 < rtabel. Masing masing rhitung pertanyaan 4 dan

pertanyaan 5 yang menyebabkan kedua pertanyaan tersebut tidak valid adalah 0,130 dan 0,031.

Tabel 4.2

Validitas Instrumen Obsesi Terhadap Kualitas (Pengujian I)

Pertanyaan Corrected Item Total Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0,772 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0,707 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0,734 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0,130 0,329 Tidak Valid

Pertanyaan 5 0,031 0,329 Tidak Valid

Pertanyaan 6 0,643 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0,633 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0,390 0,329 Valid

Pertanyaan 9 0,567 0,329 Valid

Pertanyaan 10 0,654 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

Apabila ada instrumen kuesioner yang dinyatakan tidak valid pada saat melakukan uji validitas data, maka instrumen yang tidak valid tersebut harus dikeluarkan/ dibuang dari daftar instrumen kuesioner yang digunakan dan dilakukan uji validitas sekali lagi. Oleh karena itu, pertanyaan 4 dan pertanyaan 5 yang dinyatakan tidak valid pada


(48)

pengujian pertama harus dikeluarkan dari daftar pertanyaan dan uji validitas diulang sekali lagi. Pengujian validitas data yang kedua disajikan pada tabel 4.3 dan hasilnya semua pertanyaan yang tersisa dinyatakan valid.

Tabel 4.3

Validitas Instrumen Obsesi Terhadap Kualitas (Pengujian II)

Pertanyaan Corrected Item Total Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 824 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 734 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 714 0,329 Valid

Pertanyaan 6 0, 639 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0, 669 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0, 455 0,329 Valid

Pertanyaan 9 0, 579 0,329 Valid

Pertanyaan 10 0, 676 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009 c. Kerjasama Tim

Hasil uji validitas terhadap instrumen pertanyaan kuesioner kerjasama tim adalah valid karena rhitung semua pertanyaan > 0,329.

Tabel 4.4

Validitas Instrumen Kerjasama Tim

Pertanyaan Corrected Item Total Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 550 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 740 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 464 0,329 Valid


(49)

Pertanyaan 5 0, 611 0,329 Valid

Pertanyaan 6 0, 844 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0, 760 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009 d. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

Pertanyaan 3 dari tabel 4.5 dinyatakan tidak valid karena rhitung < rtabel

(0,298 < 0,329). Oleh karena itu, pertanyaan 3 harus dikeluarkan dan dilakukan uji validitas kembali.

Tabel 4.5

Validitas Instrumen Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan (Pengujian I)

Pertanyaan Corrected Item Total Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 518 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 627 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 298 0,329 Tidak Valid

Pertanyaan 4 0, 545 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0, 545 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

Instrumen kuesioner perbaikan sistem secara berkesinambungan dinyatakan valid secara keseluruhan setelah pertanyaan 3 dikeluarkan dan dilakukan uji validitas kembali. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Validitas Instrumen Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan (Pengujian II)

Pertanyaan Corrected Item Total Correlation (rhitung)


(50)

Pertanyaan 2 0, 610 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0, 584 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0, 584 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009 e. Pendidikan dan Pelatihan

Seluruh instrumen pertanyaan pada kuesioner pendidikan dan pelatihan dinyatakan valid karena seluruh rhitung pertanyaan > rtabel.

Tabel 4.7

Validitas Instrumen Pendidikan dan Pelatihan

Pertanyaan Corrected Item Total Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 691 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 642 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 699 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0, 689 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0, 473 0,329 Valid

Pertanyaan 6 0, 587 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0, 623 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009 f. Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Hasil uji validitas pada tabel 4.8 menyatakan bahwa pertanyaan 6 dan pertanyaan 12 tidak valid sehingga perlu dilakukan uji validitas sekali lagi setelah pertanyaan 6 dan pertanyaan 12 dikeluarkan.

Tabel 4.8

Validitas Instrumen Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (Pengujian I)

Pertanyaan Corrected Item Total Correlation (rhitung)


(51)

Pertanyaan 2 0, 545 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 487 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0, 348 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0, 490 0,329 Valid

Pertanyaan 6 0, 167 0,329 Tidak Valid

Pertanyaan 7 0, 399 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0, 455 0,329 Valid

Pertanyaan 9 0, 434 0,329 Valid

Pertanyaan 10 0, 396 0,329 Valid

Pertanyaan 11 0, 373 0,329 Valid

Pertanyaan 12 0, 288 0,329 Tidak Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

Setelah pertanyaan 6 dan pertanyaan 12 dikeluarkan dan dilakukan uji validitas lagi, masih terlihat ada pertanyaan yang tidak valid, yaitu pertanyaan 10 dan pertanyaan 11. Oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas lagi tanpa pertanyaan 10 dan pertanyaan 11. Apabila setelah pengujian ketiga masih ada pertanyaan yang tidak valid, maka uji validitas harus diulang lagi sampai semua pertanyaan yang tersisa dinyatakan valid.

Tabel 4.9

Validitas Instrumen Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (Pengujian II)

Pertanyaan Corrected Item Total Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 362 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 541 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 516 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0, 384 0,329 Valid


(52)

Pertanyaan 7 0, 409 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0, 509 0,329 Valid

Pertanyaan 9 0, 479 0,329 Valid

Pertanyaan 10 0, 295 0,329 Tidak Valid

Pertanyaan 11 0, 277 0,329 Tidak Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

Ternyata setelah pengujian yang ketiga, semua pertanyaan yang tersisa sudah dinyatakan valid sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas lagi. Pertanyaan yang tersisa adalah pertanyaan 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, dan pertanyaan 9.

Tabel 4.10

Validitas Instrumen Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (Pengujian III)

Pertanyaan Corrected Item Total Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 359 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 520 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 580 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0, 445 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0, 672 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0, 509 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0, 550 0,329 Valid

Pertanyaan 9 0, 436 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009 g. Kinerja Manajerial

Semua pertanyaan pada kuesioner variabel kinerja manajerial dinyatakan valid. Hal ini terbukti pada tabel 4.11 dimana corrected


(53)

Tabel 4.11

Validitas Instrumen Kinerja Manajerial

Pertanyaan Corrected Item Total Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 662 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 540 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 634 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0, 745 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0, 678 0,329 Valid

Pertanyaan 6 0, 723 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0, 461 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0, 642 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

2. Pengujian Reliabilitas Variabel

Menurut Situmorang (2008: 37), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengukuran reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja.

Pengukurannya hanya dilakukan satu kali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Suatu variabel dikatakan reliable jika variabel

tersebut memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,60.

a. Fokus Pada Pelanggan

Dari tabel 4.12 dapat dilihat cronbach’s alpha = 0,924, artinya,

variabel fokus pada pelanggan telah teruji reliabilitasnya karena telah melewati angka 0,60.


(54)

Tabel 4.12 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

0,924 10 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

b. Obsesi Terhadap Kualitas

Cronbach’s alpha variabel obsesi terhadap kualitas menunjukkan

angka 0,884. Hasil uji ini membuat variabel obsesi terhadap kualitas dapat dipercaya.

Tabel 4.13 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

0,884 8 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

c. Kerjasama Tim

Variabel kerjasama tim dinyatakan reliable karena cronbach’s

alphanya > 0,60 yang disajikan pada tabel 4.14.

Tabel 4.14 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

0,880 7 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009


(55)

d. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

Tabel 4.15 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

0,770 4 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

Tabel diatas merupakan tabel hasil uji reliabilitas yang menyatakan bahwa variabel perbaikan sistem secara berkesinambungan merupakan variabel yang dapat diandalkan karena cronbach’s alphanya sudah

melewati angka 0,60. e. Pendidikan dan Pelatihan

Cronbach’s alpha variabel pendidikan dan pelatihan = 0,860 > 0,60

sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ini merupakan variabel yang reliable .

Tabel 4.16 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

0,860 7 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

f. Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Berdasarkan tabel 4.17 dapat dinyatakan variabel keterlibatan dan pemberdayaan karyawan reliable, karena cronbach’s alphanya > 0,60,


(56)

Tabel 4.17 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

0,788 8 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

g. Kinerja Manajerial

Kinerja manajerial juga merupakan variabel yang dapat diandalkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat tabel 4.18 yang menunjukkan angka cronbach’s alpha sebesar 0,874 > 0,60.

Tabel 4.18 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

0,874 8 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

3. Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2005: 91). Menurut Ghozali (2005), adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas

tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10.

Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 10 = terjadi multikolinearitas

Apabila tolerance value > 0,1 atau VIF < 10 = tidak terjadi


(57)

Hasil uji multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.19. Hasil pengujiannya menunjukkan tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 dan tidak ada yang memiliki tolerance

value lebih kecil dari 0,1. Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi

multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi penelitian ini.

Tabel 4.19 Colinearity Statistics

No. Variabel Tolerance VIF

1. Fokus Pada Pelanggan 0,340 2,939

2. Obsesi Terhadap Kualitas 0,324 3,089

3. Kerjasama Tim 0,787 1,271

4. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan 0,397 2,517

5. Pendidikan dan Pelatihan 0,899 1,112

6. Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan 0,829 1,206

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

4. Hasil Uji Heterokedastisitas

Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas, artinya variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan tetap. Pengujian

heterokedastisitas dapat dilakukan dengan cara grafik dan cara statistik. Pada penelitian ini digunakan cara grafik untuk mengetahui ada tidaknya gejala heterokedastisitas. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang


(58)

Pada gambar 4.1 dari grafik scatterplot yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Dengan demikian model regresi tidak menunjukkan adanya gejala heterokedastisitas. Hal ini berarti model regresi layak digunakan untuk memprediksi kinerja manajerial.

Gambar 4.1 Scatterplot

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

5. Hasil Uji Normalitas Data

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mendetekdi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistic. Pada penelitian ini akan digunakan kedua cara tersebut.


(59)

a. Analisis grafik

Analisis grafik dapat dilakukan dengan dua alat, yaitu grafik histogram dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal. Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng. Pada grafik P-P Plot, sebuah data dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik datanya tidak menceng ke kiri atau ke kanan melainkan menyebar disekitar garis diagonal. Pada penelitian ini distribusi data pada grafik histogram (gambar 4.2) berbentuk lonceng dan pada grafik P-P plot (gambar 4.3), titik-titiknya tidak condong ke salah satu sisi, kiri atau kanan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pola distribusi datanya adalah normal.

Gambar 4.2 Grafik Histogram


(60)

Gambar 4.3 Grafik P-P Plot

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009 b. Uji statistik

Pengujian normalitas data dengan hanya melihat grafik dapat menyesatkan kalau tidak melihat secara seksama. Oleh sebab itu, ada baiknya dilakukan juga uji normalitas data dengan menggunakan statistic agar lebih meyakinkan. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji kolmogorov smirnov (1 sample KS) dengan melihat data residulanya

apakah berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji kolmogorov smirnov dapat di lihat pada tabel 4.20.


(61)

Tabel 4.20

One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test

Unstandardiz ed Residual

N 36

Mean 0,0000000

Normal Parametersa

Std. Deviation 4,44371181

Absolute 0,126

Positive 0,126

Most Extreme Differences

Negative -0,074

Kolmogorov-Smirnov Z 0,758

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,614

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009 Uji ini dilakukan dengan membuat hipotesis:

Jika probabilitas < 0,05, maka Ha diterima, artinya data residual tidak berdistribusi normal.

Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima, artinya data residual berdistribusi normal.

Hasil uji kolmogorov smirnov pada penelitian ini menunjukkan probabilitas = 0,614. dengan demikian, data pada penelitian ini berdistribusi normal dan dapt digunakan untuk melakukan uji – F dan uji – t karena 0,614 > 0,05 (Ho diterima).

6. Hasil Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antar beberapa variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Metode yang


(62)

digunakan untuk melakukan analisis regresi berganda adalah metode enter

(tabel 4.21).

Tabel 4.21

Variables Entered/ Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method 1

Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan, Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan, Pendidikan dan Pelatihan, Kerjasama Tim, Fokus Pada Pelanggan, Obsesi Terhadap Kualitasa

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Kinerja Manajerial Sumber: Data diolah, 2009

Tabel 4.22

Regresi Linear Berganda Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 34.641 15.743 2.200 .036

Fokus Pada Pelanggan .313 .265 .343 1.179 .248

Obsesi Terhadap Kualitas -.407 .380 -.319 -1.070 .294

Kerjasama Tim .176 .324 .104 .542 .592

Perbaikan Sistem Secara

Berkesinambungan .750 .700 .288 1.072 .293

1


(63)

Keterlibatan dan

Pemberdayaan Karyawan -.277 .389 -.132 -.712 .482

a. Dependent Variable: Kinerja Manajerial

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.22 diperoleh model persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = 34,641+0,313X1–0,407X2+0,176X3 +0,750X4–0,230X5–0,277X6+e a. konstanta sebesar 34, 641 menyatakan bahwa jika tidak ada TQM

dengan keenam komponennya, maka kinerja manajerial akan sebesar 34, 641,

b. koefisien X1 (b1) = 0,313, menunjukkan bahwa fokus pada pelanggan

(X1) berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial (Y). Hal ini

berarti bahwa jika fokus pada pelanggan ditingkatkan, maka akan meningkatkan kinerja manajerial sebesar 0,313,

c. koefisien X2 (b2) = -0,407, menunjukkan bahwa obsesi terhadap

kualitas (X2) berpengaruh negatif terhadap kinerja manajerial (Y). Hal

ini berarti bahwa jika variabel obsesi terhadap kualitas ditingkatkan, maka akan menurunkan kinerja manajerial sebesar 0,407,

d. koefisien X3 (b3) = 0,176, menunjukkan bahwa kerjasama tim (X3)

berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial (Y). Hal ini berarti bahwa jika variabel kerjasama tim ditingkatkan, maka akan meningkatkan kinerja manajerial sebesar 0,176,

e. koefisien X4 (b4) = 0,750, menunjukkan bahwa perbaikan sistem secara


(64)

manajerial (Y). Hal ini berarti bahwa jika variabel perbaikan sistem secara berkesinambungan ditingkatkan, maka akan meningkatkan kinerja manajerial sebesar 0,750,

f. koefisien X5 (b5) = -0,230, menunjukkan bahwa pendidikan dan

pelatihan (X5) berpengaruh negatif terhadap kinerja manajerial. Hal ini

berarti bahwa apabila variabel pendidikan dan pelatihan ditingkatkan, maka akan menurunkan kinerja manajerial sebesar 0,230,

g. koefisien X6 (b6) = -0,277, menunjukkan bahwa keterlibatan dan

pemberdayaan karyawan (X6) berpengaruh negatif terhadap kinerja

manajerial. Hal ini berarti bahwa apabila variabel keterlibatan dan pemberdayaan karyawan ditingkatkan, maka akan menurunkan kinerja manajerial sebesar 0,277,

h. standar error (e) menunjukkan tingkat kesalahan pengganggu.

Variabel obsesi terhadap kualitas berpengaruh negatif terhadap kinerja manajerial kemungkinan karena obsesi dalam meningkatkan kualitas di PT SUPER ANDALAS STEEL kurang fokus karena banyaknya persepsi tentang produk yang berkualitas dari setiap responden. Variabel pendidikan dan pelatihan juga berpengaruh negatif terhadap kinerja manajerial. Hal ini mungkin terjadi karena pendidikan dan pelatihan yang diadakan kurang fokus kepada kegiatan operasional perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja manajerial. Satu lagi yang juga berpengaruh negative terhadap kinerja manajerial adalah keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Kemungkinan hal ini terjadi adalah karena


(65)

pengambilan keputusan tidak sepenuhnya lagi dilakukan oleh orang yang memiliki otoritas penuh. Pemberdayaan karyawan membuat para karyawan mendapat kesempatan untuk mengambil keputusan atas suatu masalah. Untuk lebih memaksimalkan kinerja manajerial, perusahaan perlu lebih memfokuskan diri terhadap standar kualitas yang diharapkan, kesatupaduan setiap individu yang ada di perusahaan, dan lebih sering mengadakan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan sehingga kinerja manajerial dapat lebih ditingkatkan.

7. Hasil Pengukuran Adjusted R2

Adjusted R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam hal ini koefisien determinan digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan fokus pada pelanggan (X1), obsesi terhadap kualitas (X2), kerjasama tim (X3),

perbaikan sistem secara berkesinambungan (X4), pendidikan dan pelatihan

(X5), dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (X6) dalam

menerangkan kinerja manajerial (Y).

Tabel 4.23 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 0,408a 0,167 -0,006 4,882

a. Predictors: (Constant), Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan, Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan, Pendidikan dan Pelatihan, Kerjasama Tim, Fokus Pada Pelanggan, Obsesi Terhadap Kualitas


(66)

Menurut Situmorang (2008: 113), untuk memastikan tipe hubungan antar variabel dapat dilihat dari interpretasi berikut:

• 0,00 – 0,19 : sangat tidak erat,

• 0,20 – 0,39 : tidak erat,

• 0,40 – 0,59 : cukup erat,

• 0,60 – 0,79 : erat,

• 0,80 – 0,99 : sangat erat.

Berdasarkan tabel 4.25, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

• R = 0,408, berarti hubungan antara fokus pada pelanggan (X1),

obsesi terhadap kualitas (X2), kerjasama tim (X3), perbaikan sistem

secara berkesinambungan (X4), pendidikan dan pelatihan (X5), dan

keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (X6) terhadap kinerja

manajerial (Y) cukup erat yaitu sebesar 40,8%,

• Jika variabel lebih dari dua variabel, maka yang diapaki adalah adjusted R square (Situmorang, 2008: 114). Maka penelitian ini

menggunakan adjusted R square untuk menilai kemampuan

variabel independen dalam menerangkan variabel dependen. Pada tabel 4.25 adjusted r Square = -0,006. Menurut Gujarati dalam

Situmorang (2008: 113), jika dalam pengujian terdapat nilai adjusted R square negatif, maka dianggap bernilai 0. Pada

penilitian ini, adjusted R square dianggap 0 karena bernilai


(67)

dijelaskan oleh fokus pada pelanggan (X1), obsesi terhadap kualitas

(X2), kerjasama tim (X3), perbaikan sistem secara

berkesinambungan (X4), pendidikan dan pelatihan (X5), dan

keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (X6).

Dari berbagai pengujian yang telah dilakukan, maka hasil penelitian menyatakan bahwa TQM yang diwakilkan oleh fokus pada pelanggan (X1), obsesi terhadap kualitas (X2), kerjasama tim (X3), perbaikan sistem

secara berkesinambungan (X4), pendidikan dan pelatihan (X5), dan

keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (X6) tidak berpengaruh baik

secara simultan maupun secara parsial terhadap kinerja manajerial (Y) pada PT SUPER ANDALAS STEEL. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan empat peneliti terdahulu yaitu, Zulaikha, Yan Saputra Saragih, Henny Zurika Lubis, dan I Made Narsa dan Rani Dwi Yuniawati yang menyatakan bahwa ada pengaruh TQM terhadap kinerja manajerial.

8. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji – F)

Uji – F dilakukan untuk mengatahui apakah fokus pada pelanggan (X1), obsesi terhadap kualitas (X2), kerjasama tim (X3), perbaikan sistem

secara berkesinambungan (X4), pendidikan dan pelatihan (X5), dan

keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (X6) berpengaruh secara

bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap kinerja manajerial (Y). Bila nilai F > 4, maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%, artinya hipotesis yang diterima adalah bahwa semua variabel independen secara bersama-sama dan signifikan berpengaruh terhadap variabel


(68)

dependen. Dari hasil uji – F pada tabel 4.23 dapat diketahui F sebesar 0,966 < 4, dengan tingkat signifikansi 0,465. Karena probabilitas (0,465) > 0,05, maka Ha ditolak, artinya fokus pada pelanggan (X1), obsesi

terhadap kualitas (X2), kerjasama tim (X3), perbaikan sistem secara

berkesinambungan (X4), pendidikan dan pelatihan (X5), dan keterlibatan

dan pemberdayaan karyawan (X6) tidak berpengaruh secara bersama-sama

atau simultan berpengaruh terhadap kinerja manajerial (Y).

Tabel 4.24 Hasil Uji – F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 138.092 6 23.015 .966 .465a

Residual 691.130 29 23.832

1

Total 829.222 35

a. Predictors: (Constant), Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan, Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan, Pendidikan dan Pelatihan, Kerjasama Tim, Fokus Pada Pelanggan, Obsesi Terhadap Kualitas

b. Dependent Variable: Kinerja Manajerial Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

9. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji – t)

Uji – t dilakukan untuk menguji secara parsial atau individu apakah fokus pada pelanggan (X1), obsesi terhadap kualitas (X2), kerjasama tim (X3),

perbaikan sistem secara berkesinambungan (X4), pendidikan dan pelatihan

(X5), dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (X6) secara parsial

berpengaruh terhadap kinerja manajerial (Y). Hasil uji – t dapat dilihat di tabel 4.22. Dari hasil uji – t, dapat diketahui variabel yang berpengaruh secara parsial terhadap kinerja manajerial adalah variabel dengan


(69)

probabilitas < 0,05. dari keenam variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi, tidak satu variabel pun yang berpengaruh secara parsial terhadap kinerja manajerial karena probabilitas keenam variabel independen berada di atas 0,05.


(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan berbagai pengujian dan analisis data dari penilitian ini dapat diperoleh beberapa kesimpulan mengenai pengaruh TQM terhadap kinerja manajerial sebagai berikut:

1. variabel fokus pada pelanggan (X1), obsesi terhadap kualitas (X2),

kerjasama tim (X3), perbaikan sistem secara berkesinambungan (X4),

pendidikan dan pelatihan (X5), dan keterlibatan dan pemberdayaan

karyawan (X6) tidak berpengaruh secara simultan terhadap kinerja

manajerial (Y),

2. variabel fokus pada pelanggan (X1), obsesi terhadap kualitas (X2),

kerjasama tim (X3), perbaikan sistem secara berkesinambungan (X4),

pendidikan dan pelatihan (X5), dan keterlibatan dan pemberdayaan

karyawan (X6) tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja

manajerial (Y),

3. Nilai adjusted R square -0,006 menunjukkan bahwa kinerja manajerial (Y)

tidak dapat dijelaskan oleh fokus pada pelanggan (X1), obsesi terhadap

kualitas (X2), kerjasama tim (X3), perbaikan sistem secara

berkesinambungan (X4), pendidikan dan pelatihan (X5), dan keterlibatan


(71)

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan enam dari sepuluh karakteristik TQM yang ada. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu, data, dan dana dalam melakukan penelitian sehingga tidak memungkinkan bagi peniliti untuk memasukkan kesepuluh karakteristik TQM yang ada. Keterbatasan data dialami karena sulitnya peneliti untuk mendapatkan kuesioner yang dapat mewakili kesepuluh karakteristik TQM.

C. Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan tidak berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kinerja manajerial. Oleh karena itu disarankan kepada perusahaan agar lebih sering mengadakan pelatihan dan pendidikan mengenai menjaga hubungan dengan pelanggan, menjaga dan meningkatkan standar kualitas produk, meningkatkan motivasi agar tercapai perbaikan cara kerja di perusahaan, dan pelatihan mengenai kepemimpinan (leadership). Dalam penelitian ini hubungan TQM dan kinerja manajerial negatif (tidak sesuai dengan teori), untuk itu disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk kembali melakukan penelitian dengan variabel yang sama dengan penelitian ini untuk melihat kekonsistensian hasil penelitian. Kepada peneliti selanjutnya juga disarankan untuk meneliti keempat karakteristik TQM yang lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, yaitu: pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang,


(1)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 138.092 6 23.015 .966 .465a

Residual 691.130 29 23.832

1

Total 829.222 35

a. Predictors: (Constant), Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan, Perbaikan Sistem Secara

Berkesinambungan, Pendidikan dan Pelatihan, Kerjasama Tim, Fokus Pada Pelanggan, Obsesi Terhadap Kualitas

b. Dependent Variable: Kinerja Manajerial

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 38.00 46.19 41.28 1.986 36

Std. Predicted Value -1.651 2.475 .000 1.000 36

Standard Error of Predicted

Value 1.143 3.231 2.094 .507 36

Adjusted Predicted Value 35.41 47.91 41.18 2.347 36

Residual -6.414 11.523 .000 4.444 36

Std. Residual -1.314 2.360 .000 .910 36

Stud. Residual -1.633 2.589 .009 1.011 36

Deleted Residual -9.909 13.860 .100 5.509 36

Stud. Deleted Residual -1.684 2.901 .026 1.061 36

Mahal. Distance .945 14.362 5.833 3.250 36

Cook's Distance .000 .209 .035 .060 36

Centered Leverage Value .027 .410 .167 .093 36


(2)

(3)

(4)

xx

One Sample Kolmogorov Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 36

Mean .0000000

Normal Parametersa

Std. Deviation 4.44371181

Absolute .126

Positive .126

Most Extreme Differences

Negative -.074

Kolmogorov-Smirnov Z .758

Asymp. Sig. (2-tailed) .614


(5)

(6)

xxii

Multikolinearitas

Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics

Model B

Std.

Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) 34.641 15.743 2.200 .036

Fokus Pada

Pelanggan .313 .265 .343 1.179 .248 .340 2.939

Obsesi Terhadap

Kualitas -.407 .380 -.319 -1.070 .294 .324 3.089

Kerjasama Tim .176 .324 .104 .542 .592 .787 1.271

Perbaikan Sistem Secara

Berkesinambungan

.750 .700 .288 1.072 .293 .397 2.517

Pendidikan dan

Pelatihan -.230 .320 -.129 -.720 .477 .899 1.112

1

Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

-.277 .389 -.132 -.712 .482 .829 1.206

a. Dependent Variable: Kinerja Manajerial


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Pantja Surya

21 384 132

Analisis hubungan implementasi total quality mangement dengan kinerja manjerial: studi pada Bank Syariah Mandiri cabang Jakarta-Rawamangun

1 10 97

Pengaruh total quality management, budaya organisasi dan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial

0 10 130

PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT TEHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT DANLIRIS DI GROGOL SUKOHARJO Pengaruh Total Quality Management Tehadap Kinerja Manajerial Pada PT Danliris Di Grogol Sukoharjo.

0 2 13

PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE DAN PT SOLO MULTIPACK SURAKARTA.

0 2 14

PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT UNTUNG BERSAMA SEJAHTERA Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Untung Bersama Sejahtera.

2 6 15

PENDAHULUAN Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Untung Bersama Sejahtera.

0 1 8

PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT UNTUNG BERSAMA SEJAHTERA Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Untung Bersama Sejahtera.

0 1 15

Pengaruh Total Quality Management (TQM) terhadap Kinerja Manajerial pada PT Alenatex Bandung.

1 2 24

Pengaruh Karakteristik Total Quality Management terhadap Kinerja Manajerial pada PT Kereta Api (Persero).

0 0 26