menimbulkan tingginya angka prevalensi yaitu kurang sempurnanya proses pengambilan data seperti yang telah direncanakan peneliti. Pada saat proses
pengambilan data berlangsung, ada beberapa hal yang tidak memenuhi syarat pengukuran visus yakni penerangan yang adekuat akibat keterbatasan sarana.
5.2.2 Karakteristik Subjek Dengan Penurunan Ketajaman Penglihatan
Dari hasil penelitian, diamati bahwa jumlah subjek dengan ketajaman penglihatan yang normal cenderung meningkat sesuai dengan usia. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Leat, et al. didapati bahwa semakin bertambahnya usia anak dapat dikaitkan dengan semakin baiknya kualitas sistem visual anak
tersebut nilai visus yang semakin mendekati 1. Subjek penelitian yang memiliki penurunan ketajaman penglihatan tetapi
tidak memakai alat bantu penglihatan adalah sebesar 79,3. Kurangnya perhatian masyarakat pihak sekolah maupun keluarga pada ketajaman
penglihatan dapat menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka ini. Penggunaan alat bantu penglihatan secara dini untuk memperbaiki ketajaman
penglihatan seseorang dapat membantu mengurangi prevalensi kejadian penurunan ketajaman penglihatan. Selain itu, penggunaan alat bantu penglihatan
juga dapat dikaitkan dengan prestasi seorang anak karena perbaikan ketajaman penglihatan dapat memberikan efek positif terhadap proses pembelajaran dan
interaksi sosial. Hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan alamiah dari intelegensi maupun kemampuan akademis, profesi dan sosial Gianini, 2004.
Pada siswa-siswi yang telah memakai kacamata, didapati adanya 1,4 siswa-siswi dengan ketajaman penglihatan normal, 4,1 dengan penurunan
ketajaman penglihatan unilateral, dan 4,1 dengan penurunan ketajaman penglihatan bilateral. Dari data ini, dapat ditemukan bahwa bahkan pada subjek
penelitian yang telah menggunakan alat bantu penglihatan sekalipun, masih terdapat penurunan ketajaman penglihatan. Hal ini dapat diakibatkan kurangnya
kontrol yang rutin untuk memperbaiki nilai koreksi yang diperlukan. Penurunan ketajaman penglihatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
diantaranya adalah latar belakang pasien Xu, 2005. Salah satu latar belakang
Universitas Sumatera Utara
yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah ada tidaknya riwayat penggunaan alat bantu penglihatan oleh keluarga inti subjek penelitian. Kelainan refraksi,
yang menjadi salah satu indikasi penggunaan alat bantu penglihatan, merupakan bentuk kelainan mata yang herediter Riordan-Eva, 2007. Dari hasil penelitian
didapati bahwa pada mayoritas subjek penelitian terdapat riwayat keluarga 65,8. Tingginya angka ini seharusnya menjadi titik perhatian masyarakat,
terutama keluarga, dalam menilai status ketajaman penglihatan anak-anak mereka. Dari 65,8 subjek penelitian dengan riwayat keluarga tersebut, 28,8
diantaranya memiliki status ketajaman penglihatan yang menurun. Angka tersebut dapat dikurangi lebih jauh lagi dengan cara melakukan koreksi visus.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan