2. Dari dalam tubuh endogen yakni dengan enzim superoksida dismutasi SOD, gluthatione, perxidasi dan katalase yang diperoduksi oleh tunuh sebagai
antioksidan Kosasih, 2004 Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah
berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen. Adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang
belum diketahui dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami alternatif yang sangat dibutuhkan Sunarni, 2005.
Senyawa antioksidan memengang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap perubahan buruk yang disebabkan radikal bebas. Radikal bebas diketahui
dapat menginduksi penyakit kanker, arteriosklerosis dan penuaan, disebabkan oleh kerusakan jaringan karena oksidasi.
Radikal bebas adalah merupakan atom atau gugus atom apa saja yang memiliki satu atau lebih elektron tak berpasangan. Karena jumlah elektron ganjil,
maka tidak semua elektron dapat berpasangan sehingga bersifat sangat reaktif. Jika jumlahnya sedikit, radikal bebas dapat dinetralkan oleh sistem enzimatik tubuh,
namun jika berlebih akan memicu efek patologis Radikal bebas merupakan merupakan agen pengoksidasi kuat yang dapat merusak sistem pertahanan tubuh
dengan akibat kerusakan sel dan penuaan dini karena elektron yang tidak berpasangan selalu mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi, Protein lipida dan
DNA dari sel manusia yang sehat lah merupakan sumber pasangan elektron yang baik Kosasih, 2004.
2.4.2. Pengolongan Antioksidan
Berkaitan dengan fungsinya, senyawa antioksidan diklasifikasikan dalam tiga tipe antioksidan, yaitu :
1. Primary Antioksidan Termasuk:
SOD Superoxide Dismutase GPX Glutathion Perokxide
Metalbinding protein seperti Ferrtin atau Ceruloplasmin.
Universitas Sumatera Utara
Antioksidan primer ini bekerja untuk mencegah terbentuknya senyawa radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal bebas
ini sempat bereaksi. Contoh antioksidan ini adalah enzim SOD yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel-sel dalam tubuh serta mencegah proses peradangan karena
radikal bebas. 2. Secondary Antioksidants
Antioksidan ini berfungsi menangkap senyawa serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh: antioksidan sekunder: vitamin E, vitamin C, betakaroten, asam urat,
bilirubin dan albumin. 3. Tertiary Antioksidants
Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah mentionin
sulfoksidan reduktase . Adanya enzim-enzim perbaikan DNA ini berguna untuk
mencegah penyakit misalnya kanker Kosasih, 2004. Komponen fenolik merupakan kelompok molekul yang besar dan beragam,
yang terdiri dari golongan aromatik pada metabolit sekunder tumbuh-tumbuhan. Fenolik dapat diklasifikasikan ke dalam komponen yang tidak larut seperti lignin dan
komponen yang larut seperti asam fenolik, phenylpropanoids, flavonoid dan kuinon. Setiap tumbuh-tumbuhan memiliki struktur komponen fenolik yang berbeda. Ada
komponen fenolik yang memliki gugus –OH banyak dan ada pula komponen fenolik
yang memiliki gugus –OH yang sedikit. Gugus –OH berperan dalam proses transfer
elektron untuk menstabilkan dan meredam radikal bebas Harborne dan Williams 2000.
2.4.3. Metode Pengukuran Aktivitas Antioksidan
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan tiga metode yaitu ; 1. Metode DPPH 2,2-diphenyl-1-picryl-hydrazil
Pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satu metode pengukan yang sering digunakan adalah metode DPPH. DPPH adalah 2,2-
diphenyl-1-picryl-hydrazil yang merupakan suatu radikal bebas yang stabil karena
mekanisme delokalisasi elektron bebas oleh molekulnya, sehingga molekul ini tidak mengalami reaksi dimerisasi yang sering terjadi pada sebahagian besar radikal bebas
Universitas Sumatera Utara
lainnya. Delokalisasi juga memberi efek warna ungu yang dalam panjang gelombang 515 nm dalam pelarut etanol Hirota et al, 2003. Zat ini berperan sebagai penangkap
elektron atau penengkap radikal hidrogen bebas. Hasilnya adalah molekul yang bersifat stabil. Jika suatu senyawa antioksidan direaksikan dengan zat ini maka
senyawa antioksidan tersebut akan menetralkan radikal bebas dari DPPH Bintang, 2002. Berikut ini dapat dilihat resonansi DPPH dan reaksi DPPH dengan atom H
netral yang berasal dari senyawa-senyawa yang bersifat antioksidan :
N
+
N NO
2
O
2
N O
2
N N
N NO
2
O
2
N O
2
N H
N N
NO
2
O
2
N O
2
N
-
Gambar 2.6. Struktur kestabilan radikal bebas DPPH Ionita, 2003
N NO
2
NO
2 +
RH N
NO
2
N
NO
2
H
DPPH DPPH-H
N + R
O
2
N O
2
N
Gambar 2.7 Mekanisme Penghambatan Radikal DPPH
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan inkubasi DPPH dengan ekstrak antioksidan selama 30 menit sehingga menghasilkan larutan ungu yang lebih
pudar kemudian dilakukan pengukuran panjang gelombang 515 nm. Aktivitas antioksidan diperoleh dari nilai absorbansi yang selanjutnya akan digunakan untuk
menghitung persentase inhibis 50 IC
50
yang menyatakan konsentrasi senyawa antioksidan yang menyebabkan 50 dari DPPH kehilangan karakter radikal bebasnya.
Semakin tinggi kadar senyawa antioksidan dalam sampel maka akan semakin rendah nilai IC
50
Mosquera, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Ketika larutan DPPH dicampurkan dengan bahan yang dapat memberi sebuah atom hidrogen, molekul DPPH akan tereduksi sehingga intensitas warna ungu akan
berkurang Molyneux, 2004
2. Metode FRAP Ferric Reducting Antioxidant Power Metode FRAP Benzie Stain, 1996 mengunakan Fe TPTZ
2 3+
kompleks besi- ligan 2,4,6-tripiridil-triazin sebagai pereaksi. Kompleks biru Fe TPTZ
2 3+
akan berfungsi sebagai zat pengoksidasi dan akan mengalami reduksi menjadi Fe TPTZ
2 2+
yang berwarna kuning dengan reaksi sebagai berikut :
Fe TPTZ
2 3+
+ A
R
OH Fe TPTZ
2 2+
+ H
+
+ A
R
= O
3. Metode Cuprac Cupric Ion Reducting Antioxidant Capacity Metode Cuprac Apak et al, 2007 menggunakan bis neokuproin tembaga II
CuNc
2 2+
sebagai pereaksi kromogenik. Pereaksi CuNc
2 2+
yang berwarna kuning dengan reaksi :
n CuNc
2 2+
+ A
R
OHn n
CuNc
2 2+
+ A
R
=On + nH
+
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Alat-alat
Alat Stahl GC-MS
Shimadzu UV-Vis
Gelas Ukur 25, 100 mL
Pyrex Gelas Erlenmeyer
250 mL Pyrex
Labu destilasi 1000 mL
Pyrex Labu Takar
25, 100 mL Pyrex
Neraca Analitis Mettler AE2000
Tabung reaksi Pyrex
Pipet volum Pyrex
Pipet tetes Hot plate
Cimerec2 Spatula
Jarum suntik Bola karet
Alumunium foil Botol vial
Statif dan klem
3.2. Bahan-bahan
Daun Jeruk Telur Buaya Na
2
SO
4
anhidrus p.a. Merck
Etanol p.a. Merck
DPPH 2,2-diphenil-1-picryhydrazyl p.a. Aldrich
Eter Aquadest
Universitas Sumatera Utara