Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
B. Sistem Pewarisan Menurut Hukum Nasional Yurisprudensi
a Putusan Raad Van Justitie Batavia tanggal 11-12-1939 T.153:163
SM.Amin,1954:178 menyatakan : Bahwa sesuatu warisan untuk seluruhnya takluk pada hikum yang berlaku atas dasar yang
meninggalkan warisan itu dan oleh karena itu pembagian warisan itu
harus dilakukan menurut ketentuan-ketentuan adat. b
Putusan Raad Van Justitie Batavia tanggal 26-4-1940 T.152:27 SM.Amin.1954:178 menyatakan : Bahwa kebiasaan dalam hukum
intergenteel ongeschrevenregel, maka atas harta peninggalan berlaku Hukum dari orang yang meninggalkan warisan itu, tanpa menghirauka
keadaan benda-benda tertentu yang takluk pada hukum lain dan
menyerupai bagian dari warisan itu. c
Putusan Raad Van Justitie Batavia kamar III tanggal 17-2-1939 T.151:171 dan tanggal 30-6-1939 T.151:214 soepomo, 1954:40
menyatakan: jikalau di tempat itu ada perkara tidak diketahui bagaimana bunyi Hukum adan tentang soal warisan maka hakim
tidak boleh mencari penyelesaian manurut Hukum islam melainkan hakim harus menyelesaikan perkara yang diadilinya menurut dasar-
dasar Hukum Adat yang hidup di tempat lain di dalam lingkungan
hidup yang bersangkutan. d
Putusan Raad Van Justitie Batavia kamar III Batavia tanggal 16-12- 1936 T.150:239 soepomo, 1954:78, menyatakan : jika seorang
meninggal dunia tetapi orang tuanya masih hudup maka anak-anak
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
orang yang meninggal itu harus bersama-sama menggantikan
bapaknya sebagai waris dari harta benda kakek-neneknya. e
IKHTISAR HUKUM : 1. Bahwa hukum waris menjadi dasar untuk mempertimbangkan
masalah perselisihan warisan adalah hukum adat dari orang yang meninggalkan harta warisan itu. Jadi kalau pewarisnya orang
batak, maka hukum adat waris orang batak yang diterapkan. 2. Bahwa apabila menyangkut hukum antar golongan penduduk
yang berselisih, maka hukum dari pewarisnya yang digunakan tanpa mamperhatikan jenis barangnya.
3. Bahwa apabila ada perkara warisan yang tidak diketahui bagaimana bunyi hukum adatnya, maka digunakan bunyi hukum
yang sama, misalnya untuk perkara orang semendo di gunakan humum minangkabau yang sama sendi kekerabatannya yang
matrilineal. 4. Bahwa jika ahli waris wafat sedangkan bapaknya sebagai pewaris
masih hidup maka yang berhak mewarisi adalah anak-anak dari yang wafat itu sebagai waris pengganti. Jadi misalnya kepala waris
wafat, maka yang mengantikannya adalah anak-anaknya yang berhak untuk emnerima penerusan harta peninggalan dari kakek
bapak dari yang wafat itu.
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
f ULASAN
1. Dengan demikian dalam mengadili perkara warisan harus digunakan hukum waris adat bagi masyarakat adat bukan hukum
waris perundangan KUH, Perdata atau hukum agama. 2. Kecuali apabila kedua pihak yang berperkara sepakat menentukan
hukum agama yang akan diterapkan. Misalnya hukum waris Islam bagi umat islam di pengadilan agama. Namun pada
umumnya para warga masyarakat adat masih terikat pada hukum adatnya.
Hukum Waris Nias Dalam Yurisprudensi Hindia Belanda
a Macam harta peninggalan a. PUTUSAN LANDRAAD PADANGSIDEMPUAN tanggal 24-5-
1939,disahkan RRAD VAN JUSTITIE PADANG tanggal 21-12- 1939 T.152:250 FH.USU. 1972: 43 menyatakan : Bahwa Harta
peninggalan itu terdiri dari “Harta Pusaka” dan “Harta yang diperoleh selama perkawinan”.
b Ahli Waris b. PUTUSAN LANDRAAD PADANGSIDEMPUAN tanggal 17-7-
1939 disahkan RRAD VAN JUSTITIE PADANG tanggal 21-12- 1939 T.154: 232 FH.USU. 1972;46, menyatakan: menurut adat
perkawinan jujur dengan menyampingkan anggota-anggota kerabat
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
lelaki yang lain met uistluiting van andere mannelijke familie leden, adalah ahli waris terhadap harta peninggalan tidak bergerak
dalam garis keturunan lurus ke bawah. Putusan Landraad Padang Sidempuan tanggal 21-9-1931 disahkan
Raad Van Justitie Padang tanggal 2-6-1932 T.138: 461 FH.USU. 1972; 42 menyatakan: Menurut adat anak lelaki tertua sebagai
Kepala waris yang memelihara Harta Peninggalan. Putusan Rapat Sibolga tanggal 2-3-1905 AB.VI.150 FH.USU
1972: 46 menyatakan: Dalam Perkawinan jujur, anak-anak adalah satu-satunya ahli waris.
Putusan Landraad Padang tanggal 24-8-1937 No.24E.Ps. FH.USU.1972:46 menyatakan: Apabila seseorang meninggal
dunia tidak mempunyai anak, dan saudara lelaki juga sudah tidak ada, tetap dari saudara itu ada anak-anaknya, maka anak saudara
lelaki kemenakan itulah satu-satunya ahli waris. c Bagian Waris
c. Putusan Landraad Padang tanggal 22-2-1940 T.154: 232 FH.USU.1972:45 menyatakan :
Di angkola anak lelaki tertua mendapat dua bagian. 1. Putusan Landraad Padang Sidempuan tanggal 21-9-1931
disahkan Raad Van Justitie padang tanggal 2-6-1932 T.138-461 FH.USU.1972:42 menyatakan : Di Padangsidempuan anak
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
lelaki tertua mandapat 23 bagian dari garta peninggalan ayanhnya, jika hanya ada dua anak lelaki.
2. PUTUSAN LANDRAAD SIPIROK tanggal 3-10-1929 T.134- 694 T.134-694, FH.USU1972: 46 menyatakan : Suami dan
istri dalam suatu perkawinan mendapat anak, kemudian karena intri wafat,maka suami kawin lagi dengan wanita lain. Dari
perkawinan kedua ini juga didapat anak. Dalam pembagian harta peninggalan baik anak isrti pertama maupun anak istri
kedua memperoleh hak yang sama atas harta peninggalan. 3. PUTUSAN LANDRAAD SIBOLGA tanggal 15-6-1938
disahkan RAAD VAN JUSTITIE PADANG tanggal 3-11-1938 T.149-267 FH.USU.1972: 44 menyatakan : Anak perempuan
dan lelaki mempunyai bagian yang sama besarnya. d Janda dan anak perempuan
d. Putusan Landraad Hutanopan disahkan RAAD VAN JUSTITIE PADANG tanggal 29-9-1938 dan 11-5-1939 T.152-253
FH.USU.1972: 46 menyatakan : janda bukan ahli waris 1. Putusan Rapat Adat Kuria Pintu Padang tanggal 15-12-1931
T.139-266 FH.USU.1972:22 menyatakan : Anak-anak perempuan bukan ahli waris tetapi ia mempunyai
hak pakai atas harta peninggalan almarhum ayahnya, sepanjang ia tidak meninggalkan kampung untuk selama-lamanya.
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
2. Putusan Rapat Adat Kuria Pintu Padang tanggal 15-12-1931 T.139-226 SM.Amin 1954: 136 menyatakan :
Selama janda belum bersuami lagi, demikian pula anak perempuan, mempunyai hak menarik hasik vruchtgebruik
atas harta peninggalan suami-bapaknya selama ia menetap dikampung.
3. Putusan Rapat Adat Kuria Pintu Padangsidempuan tanggal 24-5-1939 dibenarkan RAAD VAN JUSTITIE PADANG
tanggal 21-12-1939 T.152-250 FH.USU.1972;46 menyatakan :
Janda hanya menikmati hak atas Harta peninggalan yang berakhir pada waktu ia meninggal dunia.
4. Putusan Rapat Adat Kuria Pintu Padang tanggal 4-1-1937 dikuatirkan RAAD VAN JUSTITIE PADANG tanggal 12-8-
1937 T.149-286 SM.Amin 1954: 136 menyatakan : Seorang janda adalah juga ahli waris dari suaminya yang
telah meninggal dunia asal saja dipenuhi syarat bahwa suami meninggal tanpa anak dan Ahli Waris lainnya tidak ada.
e Tanggung Jawab ahli waris
e. PUTUSAN RAPAT BESAR GUNUNG TUA Tanggal 20-12-1937 T.154-226 FH.USU.1972-45 menyatakan :
Ahli waris bertanggung jawab atas hutang-hutang yang di tinggalkan pewaris
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
1. Putusan Landraad Padangsidempuan Dan Raad Van Justitie
Padang tanggal 31-12-1936,26-4-1937,T.148: 482
FH.USU1972; 45 menyatakan : 2.
Ahli waris bertanggung jawab atas Hutang pewaris sepanjang harta peninggalan mencukupi untuk itu.
3. Putusan Landraad Sibolga tanggal 7-8-1933 dan RAAD VAN
JUSTITIE PADANG tanggal 15-3-1934 T.141-216 FH.USU.1972:45 menyatakan :
4. Bahwa anak lelaki sebagai ahli waris berkewajiban memelihara
ibunya f. IKHTISAR HUKUM
1 Dalam hukum waris Adat Batak dikenal dua macam Harta
peninggalan yaitu”Harta pusaka “Yang merupakan harta bawaan suami atau istri “Harta pencarian”yang diperoleh selama ikatan
perkawinan. 2
Para Ahli Waris ditarik menurut garis kebapakan Patrilinial atau menurut garis lelaki, dimana istri dan anak wanita bukan
ahli waris. Apabila seorang lelaki wafat tidak mempunyai ahli waris anak lelaki; maka ada dua kemungkinan yaitu ahli waris
anak digantikan oleh kemenakan yaitu anak saudara lelaki atau anak perempuannya melakukan perkawinan semanda.
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
3 Dalam pembagian warisan anak lelaki tertua lebih diutamakan
dari anak lelaki lain, sehingga ia mendapat begian lebih banyak dari adik-adiknya.
4 Di dalam perkembangannya, janda yang tetap berada di tempat
almarhum suaminya, bukan saja menguasai harta peninggalan sampai ia kawin lagi atau wafat, melainkan juga dapat mewarisi
harta pencarian dari suaminya, untuk kepentingan hidupnya dan anak-anaknya.
5 Begitu pula sudah berlaku pula dimana anak-anak wanita
mendapat bagian harta peninggalan dari orang tuanya yang sama dengan anak-anak lelaki.
6 Bahwa ahli waris menerima warisan dari bapaknya bukan seja
bertanggung jawab mengurus ibunya, tetapi jug abertanggung jawab membayar hutang0hutang bapak almarhum.
g. Ulasan Walaupun sudah sejak zaman Hindia belanda nampak adanya
perubahan-perubahan namun dalam mengadili perkara perselisihan harta peninggalan, masih perlu di teliti bagaimana keadaan
masyarakat hukum adan setempat, mungkin terhadap harta pencarian tidak begitu banyak persoalan tetapi yang menyangkut
tentang harta bawaan, lebih-lebih yang disebut harta pusaka ada kemungkinan merupakan milik bersama kerabat bukan milik
perseorangan.
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
f Ahli Waris di Nias
a Putusan Raad Van Justitie Padang tanggal 9-9-1937 T.148; 469
FH.USU.1972: 67-SM.Amin.1954; 162, menyatakan :
Menurut Hukum Adat di Nias harta warisan orang nias, meskipun mereka sudah beragama islam, berkediaman di luar pulau nias,
berlaku hukumadat waris nias. Bahwa harta yang diperoleh selama perkawinan sebagai usaha bersama suami istri, jatuh pada anak-
anak lelaki, sedangkan janda dan anak-anak perembpuan tidak
mendapat bagian. b
IKHTISAR HUKUM
1. Hukum adat waris yang berlaku bagi keluarga suami istri orang Nias dimana saja ia berada adalah hukum adat waris dari
daerah asalnya di pulau Nias;
2 Hukum waris adat masyarakat Nias yang juga patrilinial mirip
sama dengan hukum waris adat batak.
c Ulasan 1. Perkara tersebut terjadi dalam tahun 1937 di masa Hindia
belanda, andaikata ia terjadi dimas sekarang tentunya tidak lagi sesuai menjadi pedoman yang tetap. Terutama bagi
mereka yang menganut agama islam dan bermukim di perantauan, apalagi jika keluarga bersangkutang sudah
modern.
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
2. Menurut hasil penelitian Fakultas Hukum Uiversitas Sumatera Utara tahun 1972 di laporkan antara lain bahwa di Nias pada
dasarnya perceraian di larang, tetapi jika terjadi perceraian maka semua harta perkawinan dikuasao suami, sedangkan
janda dan anak perempuan hanya mandapat hak untuk menikmati. Bagitu juga jika istri wafat, maka semua harta
dikuasai suami, sebaliknya jika suami wafat maka hanya 25 saja harta yang dapat dikuasai janda, selebihnya 75 di
kuasai anak lelaki; dan atau ada juga yang di bagi menurut hukum faraid islam. Dimasa lampau anak lelaki tertua
mendapat bagian lebih besar.
Yurisprudensi Tahun 2006 g
. Nomor :
332 KAG2000 Tanggal Putusan
: 3 Agustus 2005
Team Majelis :
1. Drs.H. Syamsuhadi Irsyad, SH. 2. Drs.H. Hamdan , SH.MH.
3. Drs.H. Abdul manan, SH.Sip.M.Hum Klasifikasi
: TENTANG WARIS MAL WARIS
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
KAIDAH HUKUM :
1. Dalam perkara waris, untuk menentukan harta peninggalan terlebih dahulu harus jelas mana yang merupakan hata bawaan dan mana pula yang
merupakan harta bersama. Harta bawaan kembali kepada saudara pewaris dan harta bersamayang merupakan hak pewaris menjadi harta warisan yang harus
dibagikan kepada para ahli waris. 2. Dalam membagi harta warisan harus di sebutkan secara jelas orang-orang
yang berhak menjadi ahli warisan dan bagiannya masing-masingnya. 3. Apabila dilakukan hibah kepada pihak lain terhadap harta warisan yang belum
dibagikan kepada ahli waris , maka hibah tersebut batal demi hukum karena salah satu syarat hibah adalah barang uang dihibahkan harus milik pemberi
hibah sendiri, bukan merupakan harta warisan yang belum di bagi dan bukan pula harata yang masih terkait dengan suiatu sengketa.
h . Nomor
: 32 KAG2002
Tanggal putusan :
20 April 2005 Team majelis
: 1. Drs. H. Syamsuhadi Irsyad, SH.
2. Drs. H. Hamdan , SH.MH. 3. Drs. H. Habiburrahman, SH.M.Hum
Klasifikasi Tentang :
WARIS MAL WARIS KAIDAH HUKUM
:
1. Dalam perkara sengketa waris mal waris, tidak perlu di tetapkan taksiran harga dan pemnunjukan objek dan sengketa yang menjadi bagian masing-
masing, karena harta tersebut dapat berubag pada saat eksekusi.
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
2. Untuk membagi harta peninggalan yang didalamnya terdapat harta bersama, maka harta bersama harus dibagi terlebih dahulu, dan hak waris atas harta
bersama tersebut menjadi harta warisan yang harus di bagikan kepada ahli waris yang berhak.``````````
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
BAB III PEWARISAN DALAM HUKUM ADAT NIAS
A. Sistem Pewarisan Menurut Hukum Adat Nias
Hukum waris adat dari suatu suku bangsa di Indonesia yang tradisionalnya sangat dipengaruhi sekali oleh sistem kemasyarakatan dan sistem pewarisan suku
bangsa yang bersangkutan untuk diketahui bahwa sistem kemasyarakatan itu ada 3 tiga macam, yaitu :
a. Sistem Matrilineal, yaitu sistem yang menwarisi garis keturunan menurut garis keibuan. Contohnya di Minangkabau. Pada masyarakat Minangkabau
yang menjadi ahli waris ialah hanya anak dari si ibu jika yang meninggal adalah laki-laki maka yang menjadi ahli warisnya ialah saudaranya
perempuan dan kemenakannya. b. Sistem patrilineal, yaitu sistem yang menurut garis keturunan dari Bapak.
c. Sistem Parental, yaitu sistem yang menarik garis keturunan menurut garis keturunan keibuan dan kebapakan. Pada masyarakat parental yang menjadi
ahli waris adalah anak laki-laki dan anak perempuan secara bersama-sama namun bagian anak laki-laki lebih besar dari bagian anak perempuan.
Sistem pewarisan juga ada 3 tiga macam, yaitu : 1. Sistem Kolektif, yaitu bahwa harta warisan itu terdiri dari pewaris kepada
ahli warisnya dalam keadaan utuh tidak terbagi-bagi. 2. Sistem Mayorat, yaitu warisan dari pewaris itu hanya beralih kepada anak
laki-laki saja masyarakat laki-laki.