Pandangan Masyarakat Terhadap Pewarisan Di Nias

Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009 keluarga Anton dan membacakan siapa yang menjadi ahli waris yang sah atas harta peninggalannya. Wasiat tersebut dinyatakan sebagai surat wasiat.

C. Pandangan Masyarakat Terhadap Pewarisan Di Nias

Pendapat masyarakat umumnya tidak menyetujui tentang adanya pembagian warisan yang tidak adil. Alasannya, bagianporsi dari laki-laki jauh lebih besar dari pada porsi anak perempuan. Seharusnya, porsi antara anak laki- laki dan anak perempuan adalah sama rata. Pendapat masyarakat bahwa sudah seharusnya muncul paradigma baru tentang pembagian warisan yang lebih memilih adil dan sama rata ketika orang tua hendak membagikan warisannya kepada anak-anak. Setiap anak memiliki hak dan kewajiban yang sama. Oleh karena itu haruslah memiliki pembagian yang sama pula dalam hal warisan. Hasil wawancara penulis dengan Bapak B. Nazara Mantan Bupati Nias yang diwawancara oleh penulis sebagai salah satu tokoh masyarakat yang berperan di Nias, bahwa sistem pewarisan di Kabupaten Nias masih menganut patriarkhat patrilineal, yaitu hanya anak laki-laki yang berhak mandapat warisan sedangkan anak perempuan tidak berhak. Beliau mengusulkan agar anak perempuan mendapat warisan pula, walaupun lebih kecil dari anak laki-laki. Alasannya adalah anak laki-laki pada dasarnya pengganti orang tua yang telah meninggal dunia dan selalu berada di desa. Sedangkan anak perempuan mengikut suaminya tidak lagi bertanggung jawab atas desa orang tuanya. Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009 Hasil wawancara penulis dengan Bapak R. Daely Mantan Anggota DPRD Kabupaten Nias menyatakan bahwa Sistem pewarisan di Kabupaten Nias sangat perlu dibakukan dalam bentuk produk hukum adat di bawah payung hukum nasional. Pendapat beliau juga didukung oleh tokoh adat lainnya yang menganggap bahwa jika terjadi suatu sengketa mengenai pewarisan ini, maka akan diselesaikan secara adat dan kebiasaan yang berlaku di Nias. Jika sengketa tersebut tidak ada kata sepakat, maka kedua pihak yang bertikai akan menempuh jalur hukum sehingga munculnya peranan dari hukum nasional menjadi penting dalam penyelesaian sengketa. Masyarakat Nias menganggap bahwa warisan tidaklah adil ketika pembagiannya tidak sama rata. Keabsahan dari suatu surat wasiat juga merupakan salah satu faktor bahwa pembagian warisan dilakukan ketika si pewaris meninggal dunia. Keabsahan sebuah wasiat ketika si pewaris meninggal dunia tidaklan menjadi jaminan bahwa harta warisan akan jatuh ke tangan ahli waris yang sah. Maksudnya adalah wasiat yang ditulis oleh pewaris menjadi samar dan kabur jika isi dari wasiat itu telah diubah sepenuhnya oleh orang yang menerim surat wasiat tersebut. Pandangan lain tentang hukum waris adat di Nias adalah menurut Drs. Yasato Harefa Pensiunan PNS yang merupakan unsur dari tokoh adat. Beliau menyatakan bahwa Sistem Pewarisan di Kabupaten Nias perlu dilegitimasi sehingga menjadi hukum tertulis. Mengingat bahwa adat yang dilakukan di Nias merupakan suatu adat kebiasaan bagi setiap masyarakat adat yang tinggal di Nias. Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009 Selain itu, perlu adanya musyawarah hukum ada di setiap fondrakö, untuk menghasilkan kesepakatan tentang rumusan ketentuan pembagian warisan. Mengenai harta warisan dalam mewariskan suatu harta benda, maka harta warisan yang sah untuk diwariskan adalah harta bawaan dari pewaris sejak ia menikah sampai pada kematiannya. Bentuk dari harta warisan adalah berupa sebidang tanah yang nantinya akan dibagi-bagi menurut porsi masing-masing. Harta warisan biasanya digunakan suatu ukuranporsi masing-masing yang telah ditetapkan lebih dahulu. Anak sulung mendapat 35 dari harta warisan, anak tengah akan mendapat 25 bagian dan anak bungsu mendapat warisan 35 bagian yang sama nilainya dengan anak sulung. Jika anak lebih dari 3 tiga orang, maka bagian anak tengah akan dibagi sesuai dengan banyaknya anak tengah yang ada.

D. Hambatan dalam Pembagian Pewarisan di Kabupaten Nias