Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
BAB IV PANDANGAN YURIDIS PELAKSANAAN PEWARISAN DALAM
HUKUM ADAT DI KABUPATEN NIAS
A. Pergeseran Hukum Waris Adat Nias menurut Hukum Nasional
Gambaran Umum Daerah Penelitian :
a. Letak Geografis dan Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Nias berada di sebelah Barat Pulau Sumatera jaraknya ± 8 mil laut dari Kabupaten Tapanuli
Tengah, terletak di 0 12
– 1 32
Lintang Utara LU dan 97 – 98
Bujur Timur BT.
b. Luas wilayah Kabupaten Nias mempunyai wilayah 5.625 atau 7,8 dari luas propinsi Sumatera
Utara yang terdiri dari 132 buah gugusan pulau yang panjangnya ± 120 km dan lebar 40 km memanjang sejajar pulau Sumatera.
Pembagian daerah administratif Kabupaten Nias terdiri dari : 1. Kecamatan sebanyak 22 Kecamatan
2. Kelurahan sebanyak 6 Kelurahan 3. Desa sebanyak 651 Desa
4. Lorong pada klurahan sebanyak 26 lorong
Ibu Kota Kabupaten Nias adalah Gunung Sitoli
c. Batas Wilayah Kabupaten Nias berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara dengan Pulau-Pulau Banka Propinsi Daerah Istimewa Aceh 2. Sebelah Selatan dengan Pulau-Pulau Mentawai Propinsi Sumatera Barat
3. Sebelah Timur dengan Pulau-Pulau Mursala dengan Kabupaten Tapanuli Tengah
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
4. Sebelah Barat dengan Samudra Hindia. d. Keadaan TopografiTopographic Situation
Kondisi alamnyatopografi berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan laut bervariasi antara 0 – 800 terdiri dari dataran rendah sampai bergelombang sampai
berbukit-bukit 28,8 dari berbukit sampai pegunungan 51,2 dari keseluruhan luas dataran
e. Iklim Kabupaten Nias Kabupaten Nias terletak di daerah khatulistiwa maka curah hujannya tinggi rata-
rata curah hujan pertahun 3145,1mm dan banyaknya hari hujan dalam setahun 273 hari atau rata-rata 23 hari per bulan. Akibat banyaknya curah hujan maka
kondisi alamnya sangat lembab dan basah musim kemarau dan silih berganti dalam setahun.
f. Kependudukan Sebelum pemekaran Kabupaten Nias menjadi dua kabupaten, jumlah kecamatan
di kabupaten Nias terdiri dari 22 kecamatan, 657 desa. Setelah terbentuknya kabupaten Nias Selatan berdasarkan UU RI No. 9 Tahun 2002 tanggal 25
Februari 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 29 Tahun 2002 tanggal 28 Juli 2003, maka Kabupaten Nias dengan ibukota Gunung Sitoli secara administrasi terdiri dari 14 Kecamatan, 443
DesaKelurahan yang terdiri dari 439 desa dan 4 kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Perda Kabupaten Nias No. 5 Tahun 2005, Kabupaten Nias memiliki
32 kecamatan dan 1 kecamatan persiapan.
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
Tabel Pertumbuhan Penduduk
No Kecamatan
Jumlah Penduduk Rata-rata
Pertumbuhan
2003 2004
1 IDANö GAWö
32.645 33.517
1,23 2
BAWöLATO 19.562
20.421 1,67
3 SIROMBU
16.989 17.349
1,16 4
MANDREHE 45.444
46.787 1,31
5 GIDö
46.134 47.285
1,19 6
LöLöFITU MOI 32.109
32.812 1,11
7 GUNUNG SITOLI
74.111 76.616
1,41 8
HILIDUHO 28.850
29.529 1,15
9 ALASA
27.750 28.445
1,19 10
NAMOHALU ESIWA 13.169
13.449 1,19
11 LAHEWA
24.086 24.618
1,12 12
AFULU 8.937
9.134 1,12
13 LOTU
40.331 41.032
1,00 14
TUHEMBERUA 12.052
12.261 0,99
JUMLAH 422.170
433.350 1,23
Sumber: Kantor Bappeda Kabupaten Nias, Tahun 2008
Hukum nasional yang berlaku di Kabupaten Nias adalah KUH Perdata BW dimana pewarisan hanya berlangsung karena kematian Pasal 830 KUH
Perdata. Pewaris akan memberikan harta warisan sesuai dengan porsi dari masing-masing ahli waris. Umumnya ahli waris adalah anak, namun jika anak itu
belum dewasa menurut hukum nasional, maka ahli waris akan dialihkan kepada ibunya atau walinya yang masih hidup.
Ahli waris juga dapat diberikan kepada orang lain namun masih dalam hubungan keluarga. Misalnya Paman, Kakek, nenek, keluarga yang masih
memiliki hubungan darah garis lurus kebawah dan kesamping. Menurut KUH Perdata Hukum Nasional, anak luar kawin juga akan
mendapat harta warisan jika seluruh anak sah telah meninggal dan pewaris tidak memiliki keluarga selain anak luar kawin.
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
Dalam hukum adat waris di Kabupaten Nias, anak adalah ahli waris yang sah ketika ayah atau ibunya meninggal dunia. Umumnya yang akan mendapat
warisan adalah anak laki-laki. Hal inilah yang sering menimbulkan kontroversi antara saudara sekandung, dimana anak-anak menganggap bahwa pembagian
warisan itu tidaklah adil. Ada juga yang menganggap bahwa anak yang mendapat warisan tidaklah layak mendapat warisan karena belum cukup umur, dan bagian-
bagiannya pun tidak sama rata antara anak sulung, anak tengah dan anak bungsu. Anak laki-laki yang sering mendapat harta warisan dan bagiannya pun
masih dianggap besar menjadi kesenjangan bagi anak perempuan yang sedikit menerima atau malah tidak mendapat warisan sama sekali. Artinya bagian anak
perempuan dianggap tidak ada di dalam keluarga. Oleh karena itu, banyak anak perempuan yang akhirnya meminta bagiannya sendiri walaupun itu tidak
berdasarkan porsi dari yang sudah ditentukan. Selain itu juga anak perempuan akan merasa tidak dianggap sebagai anak dalam keluarga ketika ia tidak
mendapatkan warisan yang seharusnya ia terima sebagai ahli waris. Pemberian bagian warisan kepada anak perempuan merupakan salah satu
dari pergeseran hukum waris adat yang berlaku di Kabupaten Nias. Pergeseran ini muncul karena ada rasa kasihan dari orang tua kepada anaknya perempuan yang
dikasihinya, sehingga anak perempuan menerima bagiannya. Pada akhirnya pembagian warisan kepada anak-anak menjadi adil dan merata, dan tidak ada rasa
kesenjangan di antara anak-anak. Menurut KUH Perdata, hukum nasional tidak menyebutkan bahwa porsi
masing-masing anak berbeda-beda. Tidak ada perbedaan antara bagian anak
Reka Elvina Putri Gulo : Hukum Waris Adat Studi Kasus Di Kabupaten Nias, 2008. USU Repository © 2009
sulung, anak tengah, dan anak bungsu. Serta tidak ada pula antara bagian anak laki-laki dan bagian anak perempuan. Hukum nasional hanya menegaskan bahwa
setiap ahli waris dari pewaris adalah anak baik anak laki-laki, anak perempuan, anak sulung, anak tengah ataupun anak bungsu. Pembagiannya pun tidak diatur
sesuai dengan pembagian dari orang tuanya. Pergeseran lainnya muncul dari kebiasaan dan perkembangan hukum adat
Nias itu sendiri yang membagi warisan berdasarkan porsi masing-masing. Anak sulung mendapat 35 bagian, anak tengah mendapat 25 bagian dan anak bungsu
mendapat 35 bagian yang sama dengan anak sulung. Hal ini bergeser seiring dengan perkembangan zaman dan berubahnya kebiasaan adat di Nias. Akibatnya
porsi masing-masing tidak ditentukan oleh beberapa bagian yang diterima tetapi menurut kerelaan hati pewaris dalam membagi harta warisannya.
B. Pelaksanaan Pewarisan menurut Hukum Nasional di Kabupaten Nias