BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
2.1. Sejarah Budaya Beras
Meski asal usul beras belum bisa ditelusuri secara jelas, namun ditemukan beberapa teori hipotetis. Berkat studi arkeologi dan antopoligi mutakhir, ahli tentang pertanian
beras telah menemukan kemungkinan tempat lahir beras yakni dataran tinggi Assam Timur Laut India dan di Yung Nan bagian barat daya Cina. Secara singkat
“Tempat Lahir” atau “Ibu Pertiwi” beras berada dekat perbatasan Cina-India sekarang. Kita tahu bahwa penanaman padi telah dilakukan didaerah ini tahun 7000 SM. Ketika
itu, padi lebih sering ditanam di ladang perbukitan daripada sawah. Bahkan sampai sekarang bagi orang-orang awam tentang penanaman padi, mungkin terkejut melihat
padi ladang masih ditanam oleh “orang-orang gunung” yang tinggal di lembah Thailand Utara, Laos, Vietnam, dan bagian barat daya Cina, dan areal dataran tinggi
negara-negara Asia.
2.1.1. Beras Sebagai Komoditas Stategis
Beras adalah hasil olahan dari produk pertanian yang disebut padi oryza Sativa, L., sejak kapan mulai dijadikan bahan makanan oleh manusia tidaklah ada
Gita Asteti Ginting : Analisis Kebutuhan Beras Pada Tahun 2011 Di Tanah Karo, 2008 USU Repository © 2008
dokumen tertulis yang menyebutkannya. Tetapi yang pasti, manusia telah memanfaatkannya sejak ribuan tahun yang lalu. Menurut Vries 1936, orang
Indonesia setidak-tidaknya telah lebih dari 2000 tahun membudidayakan padi dengan teknologi tanah-jenjang terraccering disertai dengan pengairan. Jadi dengan
teknologi sederhana yang biasa disebut primitif tentunya padi telah dibudidayakan jauh sebelumnya.
Beras yang dihasilkan dari tanaman padi merupakan makanan pokok lebih dari setengah penduduk Asia. Sekitar 1.750 juta jiwa dari sekitar tiga miliar penduduk
Asia, termasuk 200 juta jjiwa penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan kalorinya dari beras. Sementara di Afrika dan Amerika Latin yang berpenduduk
sekitar 1,2 miliar, 100 juta diantaranya pun hidup dari beras. Oleh sebab itu di negara- negara Asia, beras memilliki nilai ekonomi sangat berarti.
Di Indonesia, beras bukan hanya sekedar komoditas pangan, tetapi juga merupakan komoditas strategis yang memiliki sensitivitas politik, ekonomi, dan
kerawanan sosial yang tinggi. Salah satu bukti arti padi dalam kehidupan orang Indonesia khususnya penduduk Pulau Jawa, sejak zaman purba dan masih mengakar
sampai kini ialah adanya mitos dalam budaya masyarakat petani padi bahwa selamatnya tanaman padi sari kegagalan atau keberhasilan tanaman adalah berkat
lindungan dan berkah dari tokoh supranatural Dewi Sri istilah jawa atau Dewi Pohaci istilah sunda dan sebaliknya apabila terjadi kegagalan adalah akibat ulah
hewan siluman berbentuk babi-hutan atau serangga bernama Kalagumarang atau Kumalagarang.
Gita Asteti Ginting : Analisis Kebutuhan Beras Pada Tahun 2011 Di Tanah Karo, 2008 USU Repository © 2008
Demikian tergantungnya penduduk Indonesia pada beras maka sedikit saja terjadi gangguan produksi beras, pasokan menjadi terganggu dan harga jual
meningkat. Kenyataan seperti ini membuat pemerintah orde baru 1997-1998 menjadikan beras sebagai alat tawar-menawar politik untuk mempertahankan
kekuasaanya.
Sebagai komoditas yang bernilai tawar politik yang sangai tinggi, pemerintah berobsesi untuk swasembada beras. Segala daya upaya ditempuh agar terwujud target
produksi. Intensifikasi pertanian pun efektif diterapkan. Teknologi pertanian melalui bibit unggul, pemupukan, dan pemberantasan hama penyakit diadopsi. Upaya tersebut
akhirnya membuahkan hasil. Tahun 1985 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras. Atas keberhasila beras tersebut, Indonesia pun mendapat penghargaan dari FAO
badan dunia untuk urusan pangan.
Untuk meningkatkan produksi hingga tercapai swasembada beras tahun 1985, teknik bercocok tanam tradisional benar-benar ditinggalkan. Teknik tersebut dianggap
tidak praktis karena hasilnya kurang optimal. Dapat dikatakan hampir 100 beras yang dikonsumsi penduduk Indonesia merupakan hasil pertanian modern dengan
penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia.
2.1.2. Beras Sebagai Bahan Pokok Utama