Analisis Kebutuhan Pembangunan Terminal Barang di Kabupaten Asahan

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN PEMBANGUNAN TERMINAL

BARANG DI KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Oleh

FAHMI PANDAPOTAN

087003044/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2011

S

E K

O L A H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

ANALISIS KEBUTUHAN PEMBANGUNAN TERMINAL

BARANG DI KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Perdesaan

pada Sekolah Pasacasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

FAHMI PANDAPOTAN

087003044/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2011


(3)

Judul Tesis : ANALISIS KEBUTUHAN PEMBANGUNAN TERMINAL BARANG DI KABUPATEN ASAHAN

Nama Mahasiswa : Fahmi Pandapotan

Nomor Pokok : 08700-3044

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Ketua

)

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Anggota

) (Kasyful Mahali, SE, M.Si

Anggota

)

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 7 Februari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Anggota : 1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

2. Kasyful Mahalli, SE, M.Si 3. Dr. Rujiman, MA


(5)

ANALISIS KEBUTUHAN PEMBANGUNAN TERMINAL BARANG DI KABUPATEN ASAHAN

ABSTRAK

Kisaran menjadi tempat tujuan masuk bagi bahan baku dengan skala besar dalam waktu dan lokasi yang berbeda-beda, selain industri kegiatan ekonomi lainnya yang menjadi sumber PDRB yang cukup berarti adalah perdagangan, tingginya jumlah barang – barang komoditi yang masuk ke Kisaran menyebabkan banyaknya

jumlah kendaraan berat yang memasuki kawasan CBD (centra busenissdistrict), hal

ini disebabkan karena setiap pengusaha memiliki gudang untuk penyimpanan barang masing – masing yang lokasinya berada dikawasan perkotaan, hal ini berdampak negatif bagi system transportasi Kota Kisaran, untuk mengurangi dampak negatif tersebut kabupaten asahan telah merencanakan pembangunan Terminal Barang sebagai fasilitas pelayanan publik dibidang transportasi dan juga sebagai sumber pendapatan asli daerah yang baru bagi Kabupaten Asahan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dan tanggapan masyarakat terhadap pembangunan terminal barang di Kabupaten Asahan dan untuk mengetahui tanggapan pengusaha terhadap perubahan peraturan dengan adanya pembangunan terminal barang tersebut.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pembangunan dan pengoperasian terminal barang, kendaraan angkutan bertonase besar tidak diperbolehkan lagi masuk kawasan kota.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan dengan adanya pembangunan terminal barang maka terjadi kenaikan biaya transportasi bagi pengusaha sebagai akibat bongkar muat di terminal barang, serta terjadinya perubahan sirkulasi dan pengangkutan barang di Kabupaten Asahan. Sedangkan menurut masyarakat sebagai pengguna jalan antara lain: pengemudi angkutan kota, pengemudi sepeda motor dan pengemudi mobil pribadi berpendapat bahwa terminal barang di butuhkan untuk menciptakan kenyamanan berlalulintas karena dengan adanya terminal tersebut maka kendaraan bertonase besar tidak akan memasuki kawasan Kota Kisaran.

Rekomendasi yang dapat diajukan adalah agar tercapai pelayanan yang optimal maka pemerintah perlu mengkaji aspek eksternalitas yang ditimbulkan oleh keberadaan angkutan barang bertonase besar di dalam kota serta penentuan besaran harga yang merupakan keseimbangan antara yang menimbulkan dampak dan yang terkena dampak dari pembangunan terminal barang tersebut.


(6)

GOODS TERMINAL DEVELOPMENT NEEDS ANALYSIS IN ASAHAN DISTRICT

ABSTRACT

Kisaran is the entry for a destination of raw materials with a large scale in time and different locations, in addition to industry and other economic activities that become a significant source of GDP is trade, the high amount of goods that enter the range of commodities led to the large number of heavy vehicles entering the CBD region (centra buseniss district), this is because every business has a warehouse for storage of their goods - each, the location of the urban region, this negatively affects the range of urban transport systems, to reduce the negative impact of the planned development district shavings goods terminal as a public service facilities in the field of transport and also as a source of new revenue for the district shavings.

This study aims to determine the needs and public response to the development of goods terminal at District of Asahan and to know the reference of regulatory changes businesses with the development of goods terminal. Assumptions used in this study is by the construction and operation of the goods terminal, a large transport vehicles are not allowed anymore bertonase entrance area of the city.

The conclusion from the results of this study indicate the presence of the terminal building stuff then there is an increase of transport costs for businesses due at the terminal loading and unloading of goods, as well as the occurrence of changes in the circulation and transport of goods in the District of Asahan.

Recommendations that can be asked is to achieve optimal service, the government needs to examine aspects of externalities caused by the presence of large bertonase freight transport in the city and the determination of the price scale is the balance between the impact and are affected by the construction of the terminal item. Keywords: Terminal Goods, Needs Community.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: “Analisis Kebutuhan Pembangunan Terminal Barang di Kabupaten Asahan “.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam program studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Segenap perhatian yang diberikan kepada penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhomat:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(k) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, selaku Ketua Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan;

3. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Ketua Komisi

Pembimbing yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingannya yang sangat bermanfaat bagi penyusunan tesis ini ;

4. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE dan Bapak Kasyful Mahali, SE, M.Si

yang masing-masing selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan berbagai informasi, meluangkan waktu dan pikirannya dalam mengkoreksi sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik;

5. Kepada Orang tuaku, yang telah memberi dukungan dan doa selama proses

pembelajaran di Sekolah Pascasarjana USU;

6. Kepada Istriku tercinta dan anakku tersayang yang telah mendukung dan

membantu dalam proses penyelesaian sebagian besar pengerjaan tesis ini;

7. Kepada Abang, kakak, adik-adik seta segenap keluarga besarku atas dukungan


(8)

8. Kepada semua pihak yang membantu terlaksananya tesis ini, terima kasih atas dukungannya dan doanya selama ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga tesis ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Februari 2012


(9)

RIWAYAT HIDUP

Fahmi Pandapotan, Lahir di Jakarta pada tanggal 2 Maret 1984. Anak pertama dari 3 bersaudara dengan orang tua Ayah H. Mustami Nasution dan Ibu Hj. Nurhaidah.

Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD 010083 di Kisaran pada tahun 1996, menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama I di Kisaran tahun 1999, menyelesaikan Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Medan pada tahun 2002 dan melanjutkan pendidikan melalui Tugas Belajar dari Kabupaten Asahan di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negarai Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN) Jakarta pada tahun 2007.

Pada Januari 2008 kembali dari Tugas Belajar dan mulai bertugas di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Asahan selama setahun, kemudian bertugas di Kelurahan Sendang Sari selama setahun dan kemudian pindah tugas di Kelurahan Bunut sampai saat ini.

Pada tahun 2009 atas izin belajar dari Pemerintah Kabupaten Asahan melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 7

1.2.2 Batasan Masalah ... 8

1.2.3 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Interaksi Tata Guna Lahan – Sistem Jaringan Transportasi .. 10

2.2 Manajemen Logistik ... 12

2.3 Terminal Barang ... 13

2.4 Aglomerasi Ekonomi ... 16

2.5 Perencanaan Transportasi ... 17

2.6 Sistem Transportasi ... 19

2.7 Angkutan Barang ... 22


(11)

2.9 Eksternalitas ... 27

2.10 Kerangka Pemikiran ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 31

3.1.1. Ruang Lingkup Substansial ... 31

3.1.2. Ruang Lingkup Spasial ... 32

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 32

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.3.1. Teknik Sampling ... 35

3.4. Teknik Analisis Data ... 35

3.5. Definisi Operasional ... 36

BAB IVANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Gambaran Umum ... 38

4.1.1 Karakteristik Lokasi dan Daerah ... 38

4.2 Rencana Sistem Perkotaan ... 40

4.3. Pergerakan Arus Kendaraan Barang ... 44

4.4. Terminal dan Sarana Angkutan ... 54

4.5. Tanggapan Pengguna Moda Transportasi di Kota Kisaran ... 54

4.5.1 Angkutan Kota ... 54

4.5.2. Mobil Pribadi ... 56

4.5.3 Kendaraan bermotor Roda dua ... 57

4.6. Analisis Tanggapan Pengusaha terhadap Rencana Pembangunan Terminal Barang di Kota Kisaran ... 60

4.5.1 Kerusakan Jalan ... 60

4.5.2 Jenis Kendaraan yang Digunakan ... 63

4.5.3 Biaya Bongkar Muat Barang ... 64


(12)

4.5.5 Rencana Pengelolaan Barang ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

5.1. Kesimpulan ... 69

5.2. Saran ... 70


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Angkutan Barang di Kabupaten Asahan ... 6

1.2. Persentase Jalan Kabupaten Menurut Kondisi Jalan ... 6

2.1. Satuan Mobil Penumpang ... 28

3.2. Sumber Data ... 35

4.1. Luas Wilayah Kab. Asahan Menurut Kecamatan ... 42

4.2. Distribusi Angkutan Barang ... 46

4.3. Distribusi Angkutan Truk Ringan ... 48

4.4. Distribusi Angkutan Truk Sedang ... 50

4.5. Distribusi Angkutan Truk Berat ... 52

4.6. Distribusi Muatan Angkutan Barang (ton) ... 55

4.7. Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Pengemudi Angkutan Kota ... 57

4.8. Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Pengemudi Mobil Pribadi ... 59

4.9. Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Pengemudi Sepeda Motor ... 61

4.10. Tanggapan Pengusaha Terhadap Penyebab Kerusakan Jalan Akibat Kendaraan Bertonase Besar di Kabupaten Asahan ... 64

4.11. Tanggapan Pengusaha Teantang Pengangkutan Barang Setelah Terminal Barang di Oparasikan ... 66

4.12. Tanggapan Pengusaha Terhadap Kenaikan Biaya Bongkar Muat Setelah Pengoperasian Terminal Barang di Kabupaten Asahan ... 67

4.13. Kebutuhan Moda Transportasi Barang Setelah Pengoperasian Terminal Barang di Kabupaten Asahan ... 70

4.14. Rencana Pengelolaan Barang Setelah Pengoperasian Terminal Barang di Kabupaten Asahan ... 71


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Angkutan Barang di Ruas Jalan Perkotaan ... 4

2.1. Interaksi Guna Lahan Transportasi ... 11

2.2. Alur Proses Terminal ... 14

2.3. Preferensi Perusahaan untuk Perjalanan ... 19

2.4. Sistem Transportasi Makro ... 23

2.5. Kerangka Pemikiran analisa kebutuhan pembangunan terminal barang di Kabupaten Asahan ... 32

4.1. Arus Pergerakan Angkutan Barang ... 47

4.2. Arus Pergerakan Truk Ringan ... 49

4.3. Arus Pergerakan Truk Sedang ... 51

4.4. Arus Pergerakan Truk Berat... 53

4.5. Arus Pergerakan Barang ... 56

4.6. Grafik Tanggapan Pengusaha Terhadap Penyebab Kerusakan Jalan ... 65

4.7. Grafik Rencana Pengelolaan Barang Setelah Pengoperasian Terminal Barang di Kabupaten Asahan ... 71


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Wawancara dengan moda transportasi Penumpang/orang…. 75 2 . Garis Besar Wawancara dengan Dinas Perhubungan

Kabupaten Asahan ………... 76 3. Tanggapan Perusahaan Terhadap Terminal Barang …………. 77 4. Data Hasil Wawancara dengan Pengusaha ……….. 78 5. Data Hasil Wawancara dengan Moda Transportasi

Penumpang/Orang (angkutan Kota, Mobil Pribadi


(16)

ANALISIS KEBUTUHAN PEMBANGUNAN TERMINAL BARANG DI KABUPATEN ASAHAN

ABSTRAK

Kisaran menjadi tempat tujuan masuk bagi bahan baku dengan skala besar dalam waktu dan lokasi yang berbeda-beda, selain industri kegiatan ekonomi lainnya yang menjadi sumber PDRB yang cukup berarti adalah perdagangan, tingginya jumlah barang – barang komoditi yang masuk ke Kisaran menyebabkan banyaknya

jumlah kendaraan berat yang memasuki kawasan CBD (centra busenissdistrict), hal

ini disebabkan karena setiap pengusaha memiliki gudang untuk penyimpanan barang masing – masing yang lokasinya berada dikawasan perkotaan, hal ini berdampak negatif bagi system transportasi Kota Kisaran, untuk mengurangi dampak negatif tersebut kabupaten asahan telah merencanakan pembangunan Terminal Barang sebagai fasilitas pelayanan publik dibidang transportasi dan juga sebagai sumber pendapatan asli daerah yang baru bagi Kabupaten Asahan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dan tanggapan masyarakat terhadap pembangunan terminal barang di Kabupaten Asahan dan untuk mengetahui tanggapan pengusaha terhadap perubahan peraturan dengan adanya pembangunan terminal barang tersebut.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pembangunan dan pengoperasian terminal barang, kendaraan angkutan bertonase besar tidak diperbolehkan lagi masuk kawasan kota.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan dengan adanya pembangunan terminal barang maka terjadi kenaikan biaya transportasi bagi pengusaha sebagai akibat bongkar muat di terminal barang, serta terjadinya perubahan sirkulasi dan pengangkutan barang di Kabupaten Asahan. Sedangkan menurut masyarakat sebagai pengguna jalan antara lain: pengemudi angkutan kota, pengemudi sepeda motor dan pengemudi mobil pribadi berpendapat bahwa terminal barang di butuhkan untuk menciptakan kenyamanan berlalulintas karena dengan adanya terminal tersebut maka kendaraan bertonase besar tidak akan memasuki kawasan Kota Kisaran.

Rekomendasi yang dapat diajukan adalah agar tercapai pelayanan yang optimal maka pemerintah perlu mengkaji aspek eksternalitas yang ditimbulkan oleh keberadaan angkutan barang bertonase besar di dalam kota serta penentuan besaran harga yang merupakan keseimbangan antara yang menimbulkan dampak dan yang terkena dampak dari pembangunan terminal barang tersebut.


(17)

GOODS TERMINAL DEVELOPMENT NEEDS ANALYSIS IN ASAHAN DISTRICT

ABSTRACT

Kisaran is the entry for a destination of raw materials with a large scale in time and different locations, in addition to industry and other economic activities that become a significant source of GDP is trade, the high amount of goods that enter the range of commodities led to the large number of heavy vehicles entering the CBD region (centra buseniss district), this is because every business has a warehouse for storage of their goods - each, the location of the urban region, this negatively affects the range of urban transport systems, to reduce the negative impact of the planned development district shavings goods terminal as a public service facilities in the field of transport and also as a source of new revenue for the district shavings.

This study aims to determine the needs and public response to the development of goods terminal at District of Asahan and to know the reference of regulatory changes businesses with the development of goods terminal. Assumptions used in this study is by the construction and operation of the goods terminal, a large transport vehicles are not allowed anymore bertonase entrance area of the city.

The conclusion from the results of this study indicate the presence of the terminal building stuff then there is an increase of transport costs for businesses due at the terminal loading and unloading of goods, as well as the occurrence of changes in the circulation and transport of goods in the District of Asahan.

Recommendations that can be asked is to achieve optimal service, the government needs to examine aspects of externalities caused by the presence of large bertonase freight transport in the city and the determination of the price scale is the balance between the impact and are affected by the construction of the terminal item. Keywords: Terminal Goods, Needs Community.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan daerah pada dasarnya adalah usaha untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh potensi daerah guna mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi tersebut meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan (Suryanto, 1994:64). Jika dilihat dari aspek keruangan, potensi dari setiap daerah atau wilayah pada kenyataannya tidaklah sama baik dari jenis, jumlah maupun kualitasnya. Dengan penataan ruang yang optimal dapat menghindari inefisiensi dalam pemanfaatan sumber daya lokal.

Berbagai upaya terus dilakukan untuk menggali potensi sumber dana yang ada guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan daerah. Peningkatan sumber pembiayaan yang berasal dari pendapatan asli daerah dilaksanakan dengan melakukan pungutan atas subyek, obyek dan tarif yang didukung oleh peraturan perundang – undangan. Dengan cara ini maka upaya peningkatan pendapatan asli daerah diharapkan tidak menjadi distorsi bagi kemajuan perekonomian daerah maupun minat menanamkan modal di daerah tersebut. Alternatif sumber daya pembiayaan yang dapat dikembangkan adalah bagi hasil pajak dan bukan pajak, bantuan pemerintah pusat, pinjaman daerah dan peningkatan investasi swasta.


(19)

Pemerintah Kabupaten Asahan membutuhkan biaya cukup besar dalam menyediakan pelayanan dan perbaikan sarana serta prasarana yang dibutuhkan sektor usaha swasta. Keterbatasan keuangan daerah mengharuskan para perencana pembangunan untuk menentukan skala prioritas dalam pemenuhan kebutuhan prasarana fisik (Kunarjo, 2002: 20). Pemerintah Daerah harus lebih kreatif dan mampu menciptakan iklim yang mendorong peningkatan peran sector swasta/investor dalam pembangunan sarana dan prasarana pelayanan umum di daerah. Pihak swasta akan mendapat keuntungan dari investasi yang ditanamkan, sedangkan pemerintah daerah mempunyai kesempatan untuk membangun proyek prioritas lain sehingga secara otomatis dapat meringankan belanja publik yang harus disediakan. Untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang menjadi sasaran, maka perlunya transportasi hingga ke sentra-sentra produksi merupakan suatu kondisi yang harus ditumbuhkan. Dimana pada kondisi sekarang sistem transportasi tersebut masih kurang sampai ke sentra-sentra produksi.

Salah satu sarana dan prasarana yang harus disediakan oleh pemerintah daerah adalah pada sektor transportasi. Menurut Mithani (1999: 1), transportasi memberikan kontribusi yang sangat penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Kontribusi ini tercapai apabila ada sistem transportasi yang efisien dan memadai untuk pergerakan manusia dan barang. Manfaat pengembangan sistem Transportasi adalah menghubungkan kawasan kegiatan yang saling berjauhan, tulang punggung bagi proses urbanisasi yang meningkatkan hubungan kota-desa, menentukan bentuk kota, meningkatkan mobilitas faktor-faktor produksi, mempengaruhi distribusi spasial


(20)

kegiatan ekonomi. Pembangunan sektor transportasi dimaksudkan untuk menggerakkan berbagai potensi daerah, pembangunan sarana dan prasarana transportasi agar mampu menjadi pendukung pertumbuhan bagi kawasan-kawasan di perkotaan.

Bagi daerah perkotaan, transportasi yang aman dan lancar selain mencerminkan keteraturan kota juga menunjukkan kelancaran kegiatan perekonomian kota. Perwujudan kegiatan transportasi yang baik adalah dalam bentuk tata jaringan jalan dengan segala kelengkapan penunjang (Nasution, 2004: 23). Selain itu akan mempertinggi aksesibilitas dari potensi sumber daya dan memperluas pasar.

Kabupaten Asahan merupakan daerah dengan dominasi struktur industri pengolahan hasil–hasil pertanian (Agro–Industri ) seperti industri sepatu dan industri minyak kelapa sawit, industri minyak kelapa, karet. Disisi lain, bahan baku untuk kepentingan industri harus didatangkan dari daerah/kecamatan didaerah sekitar kabupaten asahan.

Kebutuhan akan ketersediaan bahan baku tersebut menyebabkan permintaan

jasa transportasi. Menurut Nasution (1996: 12), transportasi merupakan derived

demand yang berperan penting dalam saling menghubungkan antara daerah sumber

daya, daerah produksi dan daerah pemasaran produk. Oleh karena itu, Kisaran menjadi tempat tujuan masuk bagi bahan baku dengan skala besar dalam waktu dan lokasi yang berbeda-beda, selain industri kegiatan ekonomi lainnya yang menjadi sumber PDRB yang cukup berarti adalah perdagangan, tingginya jumlah barang – barang komoditi yang masuk ke Kisaran menyebabkan banyaknya jumlah kendaraan


(21)

berat yang memasuki kawasan CBD (centra buseniss district), hal ini disebabkan karena setiap pengusaha memiliki gudang untuk penyimpanan barang masing – masing yang lokasinya berada dikawasan perkotaan, hal ini berdampak negatif bagi sistem transportasi kota kisaran, untuk mengurangi dampak negatif tersebut Kabupaten Asahan telah merencanakan pembangunan Terminal Barang sebagai fasilitas pelayanan publik dibidang transportasi dan juga sebagai sumber pendapatan asli daerah yang baru bagi kabupaten asahan.

Dengan transportasi, bahan baku dan produk industri dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain sehingga bisa dipergunakan di tempat lain dimana barang

tersebut tidak tersedia dan dengan demikian menciptakan manfaat tempat (place

utility). Penyimpanan atau pergudangan yang didukung oleh tersedianya sarana

transportasi memungkinkan bahan baku dan produk industri disimpan sampai waktu

yang dibutuhkan, karenanya tercipta manfaat waktu (time utility).


(22)

Sebagian besar bahan komoditi langsung didistribusikan ke pabrik dan pergudangan yang berlokasi di dalam kota seperti yang terlihat pada Gambar 1.1 di atas sehingga menyebabkan kemacetan, kesemrawutan dan kerusakan jalan. Selama ini dampak negatif dari angkutan barang bahan baku industri yang masuk ke dalam kota tidak pernah diperhitungkan. Hal yang sama terjadi pada saat pengangkutan produk industri dan perdagangan untuk dipasarkan ke luar Kota Kisaran. Pembangunan Terminal Barang merupakan suatu cara menghilangkan eksternalitas akibat angkutan barang bahan baku industri bertonase besar yang memasuki kota dan angkutan produk industri yang berasal dari dalam menuju luar kota. Pengenaan tarif atas pemanfaatan fasilitas Terminal Barang merupakan perumusan perhitungan atas biaya sosial yang seharusnya menjadi beban pengusaha.

Rencana pembangunan Terminal Barang oleh Pemerintah Kabupaten Asahan selain bertujuan meningkatkan PAD juga untuk mengelola arus distribusi keluar masuk barang baik dalam Kabupaten Asahan, antar kabupaten, maupun yang berskala nasional. Dengan pembangunan Terminal Barang, Pemerintah Kabupaten Asahan mempunyai peluang untuk memperoleh pendapatan asli daerah baru yang dapat dimanfaatkan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan. Keberadaan Terminal Barang juga menjadi sarana yang dapat dimanfaatkan oleh daerah disekitarnya seperti Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Batu Bara.


(23)

Tabel 1.1. Data Angkutan Barang di Kabupaten Asahan

Tahun Jumlah Angkutan Barang (Unit)

2008 745

2009 1183

2010 2588

Sumber: Data Asahan Dalam Angka

Dari data di atas diketahui bahwa jumlah angkutan barang di Kabuapten Asahan dari tahun 2008 sampai kepada tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup tinggi.

Tabel 1.2. Kondisi Jalan di Kabupaten Asahan 2008-2010 (dalam persen)

Kondisi Jalan Tahun

2008 2009 2010

Baik 13,68 27,32 20,18

Sedang 5,78 6,55 6,61

Rusak 74,93 60,09 62,76

Rusak Berat 5,61 6,04 10,31

Sumber: Data Asahan Dalam Angka

Sesuai dengan data pada tabel diatas keberadaan industri dan pergudangan di dalam kawasan perkotaan memberikan masalah yaitu semangkin tingginya tingkat kerusakan jalan di Kabupaten Asahan. Hal ini diduga akibat angkutan barang bertonase besar keluar atau masuk ke kota. Angkutan barang bertonase besar ini memuat bahan baku dan produk industri serta barang komoditi langsung keluar atau masuk kota sehingga menyebabkan dan mempercepat kerusakan badan jalan.


(24)

Panjang jalan di seluruh Kabupaten Asahan pada tahun 2009 mencapai 1353.21 km yang terbagi atas jalan Negara (90.81 km), jalan propinsi (117.32 km) dan jalan kabupaten (1145.08 km). Untuk jalan kabupaten sebagian besar permukaannya adalah Aspal 159.20 km, Kerikil 348.81 km, Tanah 542.99 km, dan Hotmix 94.08 km.

Kondisi jalan di Kabupaten Asahan masih memerlukan perhatian yang serius, dengan kondisi jalan baik 190,13 km, jalan sedang 43,3 km, jalan rusak 1009,65 km dan jalan rusak berat 110,13 km. Walaupun sudah terjadi perbaikan di beberapa ruas jalan tetapi sebagian besar jalan di Asahan kondisinya masih rusak dan rusak berat baik jalan kabupaten maupun jalan Negara.

Menurut Setijowarno dan Frazila (2003: 55), pelayanan angkutan barang memiliki ciri-ciri pelayanan yaitu prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan dan kelas jalan, tersedianya tempat memuat dan membongkar barang, dan dilayani dengan kendaraan bermotor jenis mobil barang. Pembangunan Terminal Barang di Kabupaten Asahan merupakan wujud kebijakan transportasi dalam menata angkutan barang untuk industri dan perdagangan yang berlokasi di dalam kota. Dengan melihat uraian di atas, kiranya perlu dilakukan analisis Kebutuhan Pembangunan Terminal Barang di Kabupaten Asahan.

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka kita dapat menguraikannya lebih lanjut dalam bentuk:


(25)

1.2.1. Identifikasi Masalah

Dengan latar di atas maka kita dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada penelitian sebagai berikut:

a. Tingginya persentase kerusakan jalan kabupaten yang meningkat setiap tahun

yang diakibatkan oleh kendaraan bertonase besar yang memasuki kawasan perkotaan di Kabupaten Asahan;

b. Tidak tersedianya tempat bongkar muat dan pergudangan yang disediakan oleh

pemerintah daerah di Kabupaten Asahan. 1.2.2. Batasan Masalah

Dari semua masalah yang teridentifikasi, penelitian ini dibatasi dengan belum tersedianya tempat bongkar muat dan pergudangan di Kabupaten Asahan. 1.2.3. Rumusan Masalah

Melihat batasan masalah diatas dan keterbatasan yang ada maka yang menjadi bahan penelitian adalah “Menentukan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas terminal barang di kota Kisaran sebagai bentuk peningkatan pelayanan serta usaha untuk penataan tertib lalu lintas di kawasan kota Kisaran”.

Memperhatikan rumusan masalah diatas, pertanyaan penelitian (research

question) yang diangkat dalam penelitian ini, adalah “Bagaimana Tanggapan

Masyarakat dan Pengusaha tentang Kebutuhan Rencana Pembangunan Terminal Barang di Kabupaten Asahan?”


(26)

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah diatas

maka judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Analisa Kebutuhan

Pembangunan Terminal Barang di Kabupaten Asahan”.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan masyarakat terhadap pembangunan terminal angkutan barang di Kabupaten Asahan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1) Teoritis

Penelitian ini berguna untuk dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama menyangkut ilmu perencanaan dan pengembangan wilayah pedesaan dan perkotaan

2) Praktis

a. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Asahan tentang

kebutuhan pembangunan terminal barang di Kabupaten Asahan.

b. Sebagai peningkatan pelayanan terhadap masyarakat dalam hal kelancaran

berlalu lintas dari penataan sistem angkutan barang di kawasan Kota Kisaran.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Interaksi Tata Guna Lahan – Sistem Jaringan Transportasi

Transportasi dan tata guna lahan berhubungan sangat erat, sehingga biasanya

dianggap membentuk satu land-use transport system. Agar tata guna lahan dapat

terwujud dengan baik maka kebutuhan transportasinya harus terpenuhi dengan baik. Sistem transportasi yang tidak baik tentunya akan menghalangi aktivitas tata guna lahannya. Sebaliknya, transportasi yang tidak melayani suatu tata guna lahan akan menjadi sia-sia, tidak termanfaatkan.

Dengan sistem transportasi atau perhubungan yang baik akan mampu mengendalikan pergerakan manusia dan atau barang secara lancar, aman, cepat, murah dan nyaman. Sistem transportasi melayani berbagai aktivitas, seperti industri, pariwisata, perdagangan, pertanian, pertambangan dan lain-lain. Aktivitas tersebut dilakukan pada sebidang lahan (industri, sawah, tambang, perkotaan, daerah pariwisata dan lain sebagainya). Dalam pemenuhan kebutuhan, manusia melakukan perjalanan antara tata guna tanah tersebut dengan menggunakan sistem jaringan transportasi sehingga menghasilkan pergerakan arus lalu lintas.

Pada hakekatnya, kegiatan transportasi merupakan penghubung 2 lokasi tata guna lahan yang mungkin berbeda tetapi mungkin pula sama (Nasution, 2004: 23). Mengangkut orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain berarti memindahkan


(28)

dari satu guna lahan ke guna lahan yang lain dan mengubah nilai ekonomi orang atau barang tersebut.

Pola sebaran geografis tata guna lahan (sistem kegiatan), kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabung untuk mendapatkan volume dan pola lalu lintas (sistem pergerakan). Volume dan pola lalu lintas pada jaringan transportasi akan mempunyai efek timbal balik terhadap lokasi tata guna lahan yang baru dan perlunya peningkatan prasarana. Secara diagram digambarkan oleh Khisty, (1990: 10) dan Setijowarno dan Frazila (2003: 49) sebagai berikut:

Gambar 2.1. Interaksi Guna Lahan-Transportasi Yaitu:

a. Perubahan/peningkatan guna lahan akan membangkitkan perjalanan;

b. Meningkatnya guna lahan akan meningkatkan tingkat permintaan

pergerakan yang akhirnya memerlukan penyediaan prasarana transportasi;

c. Pengadaan prasarana transportasi akan meningkatkan daya hubung parsial


(29)

e. Selanjutnya akan menentukan pemilihan lokasi yang akhirnya menghasilkan perubahan sistem guna lahan.

2.2 Manajemen Logistik

Adalah proses perencanaan penerapan dan pengendalian secara efisien, murah (arus lalu lintas dan penyimpanannya) dari titik asal ke tujuan, (tempat konsumsi). Menjamin barang datang dengan jenis, kuantitas, tempat dan waktu yang tepat Terhadap sistem lalu lintas pertimbangan bukan lancar terhadap variabel transportasi (biaya, keandalan) tetapi terhadap efek biaya yang lebih luas. Konsep tepat waktu (just in time consept: JIT) jika tidak ada pergudangan dsb (Jepang, sistem Kanban).

Logistik modern adalah proses pengelolaan strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para supplier, di antara fasilitas-fasilitas perusahaan kepada para pelanggan. Tujuan logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaaan yang dapat dipakai ke lokasi yang membutuhkan dan biaya total yang terendah. Melalui proses logistic material

mengalir ke komplek manufacturing yang sangat luas dan produk-produk

didistribusikan melalui saluran distribusi untuk konsumsi (Bowersox, 2002: 13). Bagi produsen, transportasi berperan penting dalam menjamin agar barang yang diangkut dapat diterima oleh konsumen tepat pada waktunya dalam kondisi baik dan sampai tepat pada tempat yang telah ditentukan. Sebagai penghubung mata rantai sistem distribusi, transportasi menghilangkan jarak waktu dan jarak geografi. Jarak waktu terjadi karena barang tidak dibutuhkan pada saat itu juga. Antisipasi yang


(30)

dilakukan untuk mengurangi hambatan jarak adalah dengan pergudangan guna mencegah kerusakan barang (Nasution, 2004: 33) dan meningkatkan manfaat barang. Pergudangan dapat dibedakan menurut lokasinya:

1. Pergudangan dalam pabrik (in-plant warehousing)

2. Pergudangan di lapangan

Ditujukan untuk penggabungan produk (unitisasi) yang mensyaratkan lokasi gudang berada di kawasan strategis sehingga dapat memenuhi pesanan yang mendadak.

2.3. Terminal Barang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan.

Fungsi utama dari terminal transportasi adalah untuk menyediakan fasilitas keluar dan masuk dari obyek-obyek yang akan diangkut, penumpang atau barang, menuju dan dari sistem (Morlok, 1950: 270).

Masukan Alat Proses Keluaran

TERMINAL Penumpang atau barang


(31)

Selanjutnya Warpani (1990: 36) menyebutkan bahwa fungsi lain dari terminal barang adalah:

a. Menyediakan akses ke kendaraan yang bergerak pada jalur khusus;

b. Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan/pergantian moda transportasi dari kendaraan yang bergerak pada jalur khusus ke moda angkutan lain;

c. Menyediakan sarana simpul lalu lintas, tempat konsolidasi lalu lintas; d. Menyediakan tempat untuk menyimpan kendaraan.

Terminal barang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi. Dari uraian tersebut diatas terlihat skala pelayanan yang dimiliki oleh terminal. Hierarki yang dimiliki oleh terminal tersebut juga bisa dihubungkan dengan hierarki jalan mengingat terminal juga termasuk infrastruktur dari angkutan jalan raya. Sebagai bagian dari sistem transportasi fungsi utama terminal sebagai tempat pergantian moda menunjukkan adanya mobilitas komponen penggunanya.

Karakteristik kawasan Terminal Barang: a) Kendaraan

Melayani angkutan barang mulai dari kesiapan fisik meliputi pemeliharaan dan pemeriksaan kendaraan untuk menempuh tujuan tertentu agar muatan sampai tepat pada waktunya. Aktivitasnya antara lain pada persiapan kelayakan kendaraan dari segi jumlah muatan dan jarak yang akan ditempuh maupun manajemen yang melayani semua proses di dalam terminal.


(32)

b) Barang

Mobilitas di dalam Terminal Barang sangat tinggi, dalam memenuhi tujuannya memerlukan sarana yang sangat memadai. Fasilitas yang tersedia antara lain ruang kedatangan, ruang tunggu, ruang keberangkatan dan ruang untuk meninggalkan terminal yang terencana agar tidak terjadi penumpukan.

Transportasi barang pada kenyataannya meliputi proses yang cukup panjang di Terminal Barang atau asal barang antara lain penimbangan barang, penentuan cara bongkar muat barang dan penyiapan dokumen-dokumen untuk perjalanan barang ke tempat tujuan. Fasilitas untuk muatan juga mencakup penyimpanan muatan dan melindunginya dari kemungkinan rusak, hilang dan perubahan cuaca.

Sebagian dari terminal muatan berfungsi sebagai gudang di mana muatan dapat disimpan sampai pemiliknya memutuskan untuk mengirimkannya ke tempat tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dan kemungkinan kenaikan harga.

Terminal Barang juga sering merupakan tempat di mana kendaraan moda transportasi dipelihara, karena ada keharusan untuk berhenti di dalam terminal Kelancaran proses dalam Terminal Barang sebagai sistem transportasi memerlukan alat-alat fisik, buruh dan perlengkapannya dan prosedur kerja yang menjamin semua berfungsi secara benar (Morlok, 1995: 271).

2.4. Aglomerasi Ekonomi

Teori tentang aglomerasi dapat digolongkan dalam 2 perspektif yaitu perspektif klasik dan modern. Perspektif modern berusaha menunjukkan kelemahan


(33)

teori klasik melalui pendekatan eksternalitas dinamis (dynamic externalities), mazhab pertumbuhan perkotaan dan paradigma berbasis biaya transaksi. Teori klasik berargumen bahwa aglomerasi muncul karena para pelaku ekonomi berupaya

mendapatkan penghematan aglomerasi (agglomeration economies) baik karena

penghematan lokalisasi atau penghematan urbanisasi dengan mengambil lokasi yang berdekatan satu sama lain. Kota dianggap sebagai hasil proses produksi secara spasial, yang juga merupakan daerah keanekaragaman yang menawarkan manfaat kedekatan lokasi antara konsumen dan produsen.

Penghematan lokalisasi (localization economies) terjadi apabila biaya

produksi perusahaan pada suatu industri menurun ketika produksi total dari industri

tersebut meningkat. Penghematan urbanisasi (urbanization economies) terjadi bila

produksi suatu perusahaan menurun ketika produksi seluruh perusahaan dalam wilayah perkotaan yang sama meningkat. Penghematan aglomerasi merupakan fungsi

dari sejumlah barang konsumen, variabilitas input antara dan angkatan kerja serta

mendapatkan biaya yang lebih murah. Kelemahan dari teori klasik adalah dalam penggolongan penghematan aglomerasi tidak diperhitungkannya berbagai biaya yang hendak diminimalkan (Kuncoro, 2002: 29).

Menurut Glaeser, Kallal, Scheinkmen and Scheifer, 1992 dalam Kuncoro

(2002: 30), teori eksternalitas dinamis percaya bahwa akumulasi informasi pada suatu lokasi tertentu akan meningkatkan produktivitas dan kesempatan kerja. Eksternalitas

dinamis juga menekankan pentingnya transfer pengetahuan (knowledge spilovers)


(34)

berlangsung antar perusahaan yang berasal dari luar industri lokal. Jadi inovasi dan pertumbuhan mengalir dari keanekaragaman industri yang saling berdekatan lokasinya dan bukan karena spesialisasinya.

Sebagai sebuah paradigma pertumbuhan perkotaan (urban growth school)

menurut Kuncoro (2002: 32), kota tumbuh sebagai interaksi tarik menarik antara kekuatan sentripetal dan sentripugal. Kekuatan sentripetal terjadi karena penghematan aglomerasi yang mendorong kecenderungan aktivitas ekonomi bergeser ke perkotaan. Kekuatan sentripetal adalah dorongan bagi perusahaan untuk berlokasi di luar wilayah perkotaan. Perlu diperhatikan bahwa apabila proses produksi mencapai skala optimum maka persaingan antar perusahaan dan industri lambat laun akan meningkatkan harga bahan baku dan faktor produksi (harga tanah, tenaga kerja dan modal).

2.5. Perencanaan Transportasi

Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencaaan kota. Pertimbangan yang matang sangat diperlukan agar rencana kota tidak menghasilkan dampak kesemrawutan lalu lintas di masa yang akan datang. Menurut Tamin (1997: 20), perencanaan transportasi adalah suatu proses yang tujuannya mengembangkan sistem yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau berpindah tempat dengan aman, murah dan cepat. Dengan perencanaan transportasi diharapkan mampu mengurangi dampak pertumbuhan penduduk, kondisi lalu lintas dan perluasan kota yang menyebabkan terjadinya perubahan guna lahan.


(35)

Perencanaan transportasi juga merupakan proses yang bertujuan untuk menentukan perbaikan kebutuhan atau fasilitas transportasi baru dan layak untuk daerah tertentu (Catanese, 1992: 367). Dalam perencanaan transportasi perlu untuk memperkirakan permintaan atas jasa transportasi. Permintaan atas jasa transportasi baik untuk angkutan manusia ataupun barang menggambarkan pemakaian sistem transportasi tersebut.

PERUSAHAAN

Aspirasi Perusahaan

Pola Aktivitas Perusahaan (Produk, Pasar, Volume)

Pilihan Lokasi

Pilihan

Permintaan transportasi


(36)

Oleh karena itu, permintaan akan jasa transportasi merupakan dasar yang penting dalam mengevaluasi perencanaan dan desain fasilitasnya (Morlok, 1995: 451). Pada kawasan dengan dominasi sektor tertentu misalnya industri, perlu menyerap preferensi sektor usaha seperti terlihat pada Gambar 2.3.

Dengan melihat aspek permintaan transportasi dapat di klasifikasikan beberapa variabel sistem transportasi (Miro, 1997: 15), yaitu: biaya transportasi, kondisi alat angkut, rute tempuh, kenyamanan dalam kendaraan, pelayanan awal kendaraan, kecepatan (waktu perjalanan dan waktu tempuh).

2.6. Sistem Transportasi

Pendekatan sistem berupaya menghasilkan pemecahan masalah yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada. Analisis meliputi semua faktor yang berhubungan dengan permasalahan namun tetap berdasarkan batasan tertentu seperti biaya dan waktu. Menurut Tamin (1997: 46), sistem adalah gabungan beberapa komponen atau obyek yang saling berkaitan. Perubahan yang terjadi pada salah satu komponen sistem akan mempengaruhi sistem yang lain secara keseluruhan.

Dalam satu sistem bisa terdiri dari beberapa subsistem mikro yang saling terkait dan mempengaruhi. Sistem transportasi mikro tersebut terdiri dari sistem kegiatan, sistem jaringan prasarana transportasi, sistem pergerakan lalu lintas, dan sistem kelembagaan (Tamin, 2000: 28-29).

Setiap sistem kegiatan atau tata guna lahan mempunyai jenis kegiatan


(37)

proses pemenuhan kebutuhan. Sistem ini merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang terdiri sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Kegiatan yang timbul dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tata guna lahan tersebut. Besarnya pergerakan sangat berkaitan erat dengan jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan.

Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan/atau barang tersebut membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda

transportasi bergerak yang dikenal dengan sistem jaringan. Sistem mikro kedua ini

meliputi sistem jaringan jalan raya, kereta api, terminal bis dan kereta api, bandara, dan pelabuhan laut.

Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan ini menghasilkan pergerakan manusia dan/atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan/atau orang (pejalan kaki). Jika pergerakan tersebut diatur oleh sistem rekayasa dan

manajemen lalu lintas yang baik akan tercipta suatu Sistem pergerakan yang

optimal. Secara keruangan, menurut Morlok (1995: 671) pergerakan pada suatu kota dikelompokkan menjadi:

1. Pergerakan internal yaitu pergerakan yang berlangsung di dalam atas-batas suatu

wilayah tertentu.

2. Pergerakan eksternal yaitu pergerakan dari luar wilayah menuju wilayah tertentu.

3. Pergerakan menerus yaitu pergerakan yang hanya melewati suatu wilayah tanpa


(38)

Sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan akan saling mempengaruhi. Perubahan pada sistem kegiatan jelas akan mempengaruhi sistem jaringan melalui perubahan pada tingkat pelayanan pada sistem pergerakan. Begitu juga perubahan sistem jaringan akan dapat mempengaruhi sistem kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan tersebut.

Sistem pergerakan memegang peranan penting dalam menampung pergerakan agar terciptanya pergerakan yang lancar yang akhirnya juga pasti mempengaruhi kembali sistem kegiatan dan sistem jaringan yang ada dalam bentuk aksesibilitas dan mobilitas. Ketiga sistem mikro ini saling berinteraksi dalam sistem transportasi makro. Gambar 2.4 memperlihatkan interaksi antar sistem transportasi di perkotaan.

Gambar 2.4. Sistem Transportasi Makro

Sistem Kegiatan Sistem Jaringan

Sistem Pergerakan Sistem Kelembagaan


(39)

Ketiga sub sistem transportasi tersebut dalam implementasinya perlu diatur oleh pemerintah agar dapat berjalan dengan baik dan diterima oleh setiap pelaku dalam segala aspeknya.

Pemerintah daerah dapat mengeluarkan kebijakan manajemen transportasi yang menjadi landasan pelaksanaan dan tindakan pemecahan masalah di bidang transportasi dalam suatu Sistem Kelembagaan.

2.7. Angkutan Barang

Karakteristik angkutan barang sangat berbeda dengan angkutan penumpang (orang). Angkutan barang mempunyai jarak tempuh yang lebih jauh, volume dan berat yang sangat beragam. Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia, pelayanan angkutan barang harus mampu menjangkau lokasi tempat tinggal manusia. Dengan perbedaan karakteristik tersebut timbul tuntutan untuk menyediakan sistem angkutan yang berbeda dengan angkutan manusia.

Angkutan barang untuk keperluan industri dituntut untuk mampu menjaga kelangsungan unit-unit produksi. Kebanyakan industri manufaktur berusaha merancang moda transportasi khusus sesuai kebutuhan masing-masing.

Menurut Warpani (1990: 180), secara umum barang yang diangkut

dikelompokkan menjadi barang kering (dry bulk goods), barang cairan dan barang

umum (general goods). Setiap jenis barang sangat mempengaruhi pilihan moda

transportasi yang akan dipakai. Dengan pilihan yang tepat pengangkutan barang dapat dilaksanakan serta mendapat penanganan yang tepat.


(40)

Barang kering adalah bahan mentah atau bahan baku, pada umumnya tidak dikemas sehingga dapat langsung dibongkar atau dimuat ke kendaraan atau tempat barang. Pengangkutan jenis barang kering biasanya dalam volume besar sehingga diperlukan kendaraan angkutan barang yang besar pula.

Barang cairan memerlukan penanganan yang lebih khusus dibanding jenis barang lainnya. untuk menghindari bocor atau tumpah bisa dilakukan dalam kemasan khusus. Namun apabila pengemasan tidak mungkin dilakukan, maka pengiriman dilakukan dengan tangki khusus misalnya bahan bakar minyak. Barang umum adalah barang-barang setengah jadi dan barang jadi atau konsumsi. Moda transportasi yang tersedia sangat beragam baik secara unitisasi maupun muatan biasa.

Setijowarno dan Frazila (2003: 5-6), menambahkan bahwa terdapat angkutan barang berbahaya, angkutan peti kemas dan angkutan alat berat. Pada angkutan berbahaya dilakukan dengan kendaraan yang memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta sesuai dengan peruntukkannya. Barang berbahaya yang dimaksud adalah yang karena sifat, ciri dan keadaannya merupakan bahaya terhadap keselamatan dan ketertiban umum serta jiwa manusia dan lingkungan.

Angkutan peti kemas menggunakan peti kemas yang berbentuk kotak persegi panjang dengan struktur yang kokoh dan tahan air. Jenis angkutan ini tidak boleh melewati setiap ruas jalan. Penetapan jaringan jalan yang dapat dilewati oleh angkutan peti kemas dilakukan oleh menteri perhubungan melalui keputusan menteri. Angkutan alat berat dipergunakan untuk mengangkut peralatan berat proyek dari luar kota.


(41)

Menurut Ortuzar (1997: 390), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan barang:

a) Faktor lokasi, angkutan barang merupakan sebuah permintaan turunan yang

menjadi bagian dari proses industri. Lokasi sumber bahan mentah pada suatu proses industri dan lokasi pemasaran produk akan menentukan tingkat pergerakan barang antara daerah asal dan tujuannya.

b) Faktor fisik, karakteristik dari komoditi bahan mentah dan produk sangat

mempengaruhi cara pengangkutan dan kendaraan yang dipilih.

c) Faktor operasional, ukuran perusahaan menentukan saluran distribusi, sebaran

geografis dan pilihan penggunaan moda transportasinya.

d) Faktor geografis, pada awalnya transportasi hanya merupakan upaya mengatasi

keadaan alam namun kemudian berkembang untuk mendekatkan kepadatan penduduk dengan distribusi produk industri.

e) Faktor dinamik, perubahan permintaan dan selera konsumen memainkan peran

penting pola pergerakan barang.

f) Faktor harga, angkutan barang memiliki kecenderungan lebih fleksibel dan masih

memiliki kekuatan tawar menawar dalam penentuan harga angkutan.

2.8. Jaringan Jalan

Jalan merupakan suatu sistem jaringan yang menghubungkan pusat–pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanan dalam suatu hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan dibedakan menjadi pelayanan/penghubung


(42)

dan peran/fungsinya (Miro, 1997: 60). Menurut pelayanan atau penghubung jasa distribusi di Indonesia terdiri dari dua macam:

a. Sistem jaringan jalan primer

Adalah sistem jaringan jalan yang menghubungkan pelayanan jasa distribusi pengembangan wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota.

b. Sistem jaringan jalan sekunder

Adalah sistem jaringan jalan yang menghubungkan dan melayani jasa distribusi pada kawasan atau titik-titik simpul di dalam kota. Sedangkan menurut peranan/fungsinya terbagi menjadi:

1) Jalan arteri

Jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan

jumlah jalan masuk (access road) dibatasi secara efisien. Lalu lintas jarak jauh

tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas local dan kegiatan lokal.

2) Jalan kolektor

Jalan yang melayani angkutan jarak sedang (angkutan pengumpul/pembagi)

dengan kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk (access road)masih

dibatasi.

3) Jalan local

Jalan yang melayani angkutan jarak dekat di kota (angkutan setempat) dengan


(43)

Adanya klasifikasi sistem jalan menurut pelayanan dan peranannya menghasilkan keterkaitan yang berbeda. Keterkaitan antara sistem jaringan jalan primer dengan peranannya adalah sebagai berikut:

a. Jalan arteri primer

Menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.

b. Jalan kolektor primer

Menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.

c. Jalan lokal primer

Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil atau kota di bawah kota jenjang ketiga sampai persil.

Keterkaitan antara sistem jaringan jalan sekunder dengan peranannya adalah sebagai berikut:

1) Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan sekunder kesatu

atau kawasan kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

2) Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder dengan kawasan


(44)

3) Jalan lokal sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan atau kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan.

Tabel 2.1. Satuan Mobil Penumpang

S

Sumber: Data MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia)

Adapun untuk mengetahui volume kendaraan yang melintasi suatu ruas jalan datar di perkotaan di pergunakan Satuan Mobil Penumpang yang dinyatakan dalam besaran angka sesuai dengan jenis kendaraan. Pada Tabel 2.1 tercantum konversi satuan mobil penumpang.

2.9. Eksternalitas

Menurut Mangkoesoebroto (2001: 43), eksternalitas terjadi karena tindakan konsumsi atau produksi dari suatu pihak mempunyai pengaruh terhadap pihak lain dan tidak ada kompensasi yang dibayarkan oleh pihak yang menyebabkan atau kompensasi yang diterima oleh yang terkena dampak tersebut. Keterkaitan tindakan antara produsen dan konsumen yang tidak melalui mekanisme pasar dan mengakibatkan alokasi faktor produksi tidak efisien disebut eksternalitas. Ketidakefisienan terjadi karena sistem penentuan harga tidak memperhitungkan pengaruhnya terhadap pihak lain.

No. Jenis Kendaraan Satuan Ukur

1 Sepeda Motor 0,5

2 Kendaraan penumpang/Kendaraan Bermotor roda 3

1,0 3 Truk kecil (<5ton)/bus mikro 2,5

4 Truk sedang (>5ton) 2,5

5 Bus 3


(45)

Eksternalitas dapat menyebabkan dampak positif atau negatif bagi lingkungan disekitarnya. Eksternalitas positif bila dampak menguntungkan diterima pihak lain tanpa harus memberikan kompensasi sedang eksternalitas negatif apabila dampaknya merugikan orang lain karena tidak menerima kompensasi.

Eksternalitas tidak akan mengganggu tercapainya efisiensi masyarakat apabila semua dampak yang merugikan maupun yang menguntungkan (eksternalitas positif dan negatif) dimasukkan dalam perhitungan produsen pada saat menetapkan jumlah barang yang diproduksi (Mangkoesoebroto, 2001: 110).

2.10. Kerangka Pemikiran

Sesuai dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah melalui pendapatan asli daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai wujud desentralisasi.

Keberadaan industri dan pusat perdagangan yang berlokasi di dalam kota membawa konsekwensi ketidakteraturan berlalu lintas kendaraan baik kendaraan pribadi, angkutan umum maupun angkutan barang di Kota Kisaran. Rencana Pemerintah Kabupaten Asahan membangun Terminal Barang selain untuk menertibkan angkutan barang bertonase besar yang selama ini masuk keluar kota juga dimaksudkan sebagai upaya mendapatkan sumber penerimaan baru yang potensial.


(46)

Kecenderungan untuk menggunakan angkutan barang bertonase besar dapat mengakibatkan kemacetan di ruas-ruas jalan di dalam kota karena penurunan kapasitas jalan yang diakibatkan parkir di jalan raya maupun proses bongkar muat barang di tepi jalan. Disisi lain prasarana jalan yang tersedia kurang mampu mendukung apabila dilintasi angkutan barang bertonase besar (diatas 10 ton).

Pembenahan terhadap angkutan barang industri bertonase besar yang melintas di dalam kota dilakukan antara lain dengan membangun Terminal Barang. Pada gilirannya, pembangunan dan pengoperasian Terminal Barang akan berdampak pada pergerakan angkutan barang industri besar. Selama ini angkutan barang industri besar yang bertonase besar bebas beroperasi di jalan dalam kota.

Melalui kajian terhadap kondisi eksisting akan didapat apakah pembangunan terminal barang layak untuk dilaksanakan serta gambaran preferensi pengusaha industri dan perdagangan. Model sistem transportasi angkutan barang ideal adalah yang hendak dicapai karena pembangunan Terminal Barang. Dengan metodologi penelitian dan teori-teori transportasi akan memberi arahan analisis yang dipakai, sehingga diketahui seberapa besar kebutuhan masyarakat asahan temelalui perubahan moda transportasi angkutan barang.

Untuk memberikan gambaran yang lebih skematis dan lebih jelas atas uraian kerangka pemikiran tersebut di atas, dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


(47)

Gambar 2.5. Kerangka Pemikiran Analisa Kebutuhan Pembangunan Terminal Barang di Kabupaten Asahan


(48)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

3.1.1. Ruang Lingkup Substansial

Penelitian ini membahas kebutuhan masyarakat terhadap terminal barang di Kabupaten Asahan. Guna mencapai efisiensi dan mempertajam analisa serta adanya keterbatasan waktu, fokus penelitian diarahkan pada pengkajian tentang analisa kebutuhan pembangunan terminal barang terhadap sistem transportasi angkutan barang di Kabupaten Asahan. Ruang lingkup yang dijelaskan pada uraian dibawah ini mencakup ruang lingkup substansial dan ruang lingkup spasial.

Hal ini didasari oleh pertimbangan karena pengusaha cenderung untuk membeli bahan baku industri dan barang komoditi perdagangan dalam jumlah relatif besar agar memperoleh harga yang relatif murah. Adapun produk industri dan perdagangan di Kota Kisaran dengan jangkauan pemasaran yang luas memanfaatkan angkutan bertonase besar untuk memaksimalkan keuntungan.

Pembahasan angkutan orang/penumpang, dimaksudkan sebagai tambahan yang melengkapi dimensi dampak angkutan barang tonase besar terhadap sistem transportasi di Kabupaten Asahan.


(49)

3.1.2. Ruang Lingkup Spasial

Ruang lingkup spasial adalah wilayah kota Kisaran. Kisaran merupakan Ibukota Kabupaten Asahan. Kisaran terdiri dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Kisaran Barat dan Kecamatan Kota Kisaran Timur.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan dalam bentuk matematis maupun simbol-simbol tertentu. Dalam perencanaan data berfungsi sebagai masukan yang akan diolah menjadi informasi. Ada 2 jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui sumber-sumber langsung di lokasi penelitian baik yang diperoleh melalui observasi, kuisioner, maupun wawancara. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada pengguna data antara lain berupa majalah dan jurnal.


(50)

Tabel 3.1. Sumber Data

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan meliputi data primer dan data sekunder yang dikumpulkan melalui:

1. Teknik pengumpulan data primer

a. Observasi visual

Pengamatan langsung di lapangan untuk menyesuaikan antara informasi yang diperoleh melalui pengumpulan data sekunder dengan kondisi di lapangan serta untuk memperkaya kajian dan informasi yang tidak diperoleh melalui pengumpulan data sekunder.

No Data Indikator Metoda Analisis Jenis Data Sumber Data

- Jenis Industri - Lokasi Industri - Lokasi pergudangan - Jaringan jalan - Fungsi Jalan - Jenis moda angkutan - Rute Angkutan barang - Bongkar /muat 4 Sistem Kelembagaan - Pengaturan dan

Pengelolaan

Deskriptif Sekunder Dinas Perhubungan - Keamanan barang

- Biaya transportasi - Bongkar muat - polusi

- kenyamanan dan keamanan - kemacetan

Perusahaan

Wawancara Primer Pengemudi angkutan kota, mobil pribadi, pengendara motor roda 2

Bappeda, Dinas perindag

Deskriptif Sekunder Dinas Pekerjaan Umum Dinas Perhubungan Sekunder Deskriptif

5 Preferensi pelaku usaha industri

6 Tanggapan moda transportasi angkutan lainnya Deskriptif Sekunder Primer Observasi dan Wawancara Sistem Kegiatan 1

2 Sistem Jaringan Jalan

Sistem Pergerakan 3


(51)

b. Penyebaran kuesioner

Dilakukan untuk mengetahui opini responden berkaitan dengan Kebutuhan pembangunan terminal barang di Kota Kisaran terhadap sistem transportasi angkutan barang. Responden dipilih berasal dari kalangan pengusaha yang selama ini memanfaatkan kendaraan angkutan barang bertonase besar. Kriteria perusahaan yang dijadikan obyek penelitian adalah perusahaan dan pedagang berskala besar yang berlokasi di Kota Kisaran.

c. Wawancara

Dilakukan untuk mengumpulkan informasi secara langsung, kegiatan wawancara dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur pada beberapa instansi dan pengguna moda transportasi di Kota Kisaran guna mendapatkan informasi tambahan yang sangat diperlukan untuk menambah bobot kajian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui survei di beberapa instansi yang mempunyai keterkaitan hubungan dengan topik penulisan, yaitu Dinas Perhubungan Kabupaten Asahan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Asahan, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan, Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan serta studi kepustakaan.


(52)

3.3.1. Teknik Sampling

Untuk mendapatkan kebutuhan pembangunan terminal barang terhadap moda

transportasi lain di Kota Kisaran dipakai teknik accidental sampling, Menurut

Sugiyono (2004:77) accidental sampling adalah mengambil responden sebagai

sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok

sebagai sumber data. Obyek yang dijadikan penelitian adalah angkutan kota, mobil

pribadi dan kendaraan bermotor roda 2, melalui wawancara untuk mendapatkan gambaran rencana pelarangan kendaraan barang tonase besar memasuki Kawasan Kota Kisaran.

Untuk mengatasi keterbatasan waktu dan dana, dipakai teknik sampel. Jumlah responden masing – masing 33 responden dari pengusaha, 33 responden pengemudi angkutan kota, 33 responden dari pengguna mobil pribadi, 33 responden dari pengguna kendaraan roda 2 yang beroperasi di sekitar Kota Kisaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Roscoe dalam Hasan Mustafa (2000) bahwa ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian adalah 30 – 500.

3.4. Teknik Analisis Data

Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menggambarkan kondisi eksisting transportasi angkutan barang industri besar di Kabupaten Asahan.

Analisis deskriptif kualitatif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaaan subyek


(53)

dan atau obyek penelitian berdasarkan fakta yang tampak sebagai mana adanya untuk mendiskripsikan fakta-fakta. Pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala secara lengkap di dalam aspek yang diteliti.

Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif seperti wawancara, gambar, peta. Penelitian kualitatif mencoba menerjemahkan pandangan-pandangan dasar interpretif dan fenomena. Dalam penelitian deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan studi komparatif untuk menghasilkan suatu karakteristik struktur wilayah. Peneliti juga dapat membangun asumsi-asumsi atau anggapan-anggapan yang layak dan dapat diterima umum berdasarkan kondisi tertentu yang diperkirakan akan terjadi di wilayah studi.

Dalam mendiskripsikan fakta-fakta itu diupayakan untuk mengemukakan gejala-gejala secara lengkap terhadap aspek yang diselidiki, agar keadaan dan kondisi menjadi jelas. Oleh karena itu pada tahap ini metode deskriptif kualitatif tidak lebih daripada penelitian yang bersifat penemuan fakta seadanya. Penemuan gejala ini berarti juga tidak sekedar menunjukkan distribusi akan tetapi termasuk usaha mengemukakan hubungan antara aspek yang diteliti.

3.5. Definisi Operasional

1. Menurut Kamaluddin (1987) kata transportasi berasal dari bahasa latin yaitu

transportare, yang mana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atu membawa. Jadi transportasi berarti mengangkut atau


(54)

membawa sesuatu ke sebelah lain atau dari satu tempat ketempat ketempat lainnya. Transportasi seperti itu adalah merupakan suatu jasa yang diberikan guna menolong barang dan orang untuk dibawa dari suatu tempat ketempat lainnya. Dengan demikian transportasi itu dapat diberi definisi sebagai usaha mengangkut atau membawa barang atau orang dari suatu tempat ketempat lainnya.

Di dalam dunia transportasi terdapat ungkapan “…ship follow the trade and

trade follow the ship…”mengandung makna bahwa transportasi mengikuti

perkembangan maupun kemajuan aktifitas perdagangan masyarakat. Trade

follow the ship mengandung makna bahwa perkembangan kegiatan

perdagangan suatu masyarakat tergantung pada transportasi (ship). Dengan begitu dapat diartikan bahwa perkembangan suatu daerah ataupun wilayah tergantung dari perkembangan transportasi ataupun sebaliknya perkembangan transportasi suatu Negara tergantung pada perkembangan aktivitas atau kegiatan perdagangan, bisnis dari suatu Negara atau wilayah. Dengan demikian transportasi dan perkembangan wilayah saling mempengaruhi satu dengan lainnya, sehingga dalam memajukan suatu daerah memerlukan transportasi.

2. Terminal barang adalah prasarana transportasi yang diperuntukkan sebagai

tempat henti, naik, turun, perpindahan moda, penyimpanan dan perpindahan barang baik curah maupun peti kemas dalam waktu sementara (Studi Manajemen Lalu Lintas Pembangunan Prasarana Transportasi, 2005: V-1).


(55)

3. Angkutan barang adalah kendaraan bermesin dengan tonase yang telah ditentukan yang dipergunakan untuk mengangkut barang bahan baku dan produk.


(56)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Karakteristik Lokasi dan Daerah

Asahan merupakan salah satu kabupaten dari 33 kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara yang berada di Kawasan Pantai Timur. Luas wilayah Kabupaten Asahan adalah seluas 379.939 ha, terdiri dari 25 kecamatan, 27 kelurahan dan 177 desa dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara :

berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara

Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat Malaka

Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Kabupaten Toba Samosir


(57)

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Asahan


(58)

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Asahan Menurut Kecamatan Tahun 2010

No. Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

1 B. P. Mandoge 651,00

2 Bandar Pulau 433,42

3 Aek Songsongan 117,31

4 Rahuning 184,27

5 Pulau Rakyat 250,99

6 Aek Kuasan 95,23

7 Aek Ledong 82,13

8 Sei Kepayang 235,30

9 Sei Kepayang Barat 82,92

10 Sei Kepayang Timur 142,80

11 Tanjung Balai 55,61

12 Simpang Empat 130,44

13 Teluk Dalam 96,00

14 Air Batu 94,60

15 Sei Dadap 65,72

16 Buntu Pane 218,28

17 Tinggi Raja 125,56

18 Setia Janji 202,66

19 Meranti 90,75

20 Pulo Bandring 99,91

21 Rawang Panca Arga 90,30

22 Air Joman 92,86

23 Silo laut 89,45

24 Kota Kisaran Barat 32,96

25 Kota Kisaran Timur 38,92

Jumlah 3.799,39

Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Nomor 2 Tahun 2008 tentang

Pembentukan dan Kecamatan dalam Daerah Kabupaten Asahan

4.2. Rencana Sistem Perkotaan

Dalam menjalankan fungsi pengembangan wilayah maka perkotaan yang berada di Kabupaten Asahan akan menjadi pusat dari wilayah pengembangan yang meliputi hinterlandnya. Perkotaan ini akan berperan menjadi pintu terdepan di dalam pengembangan wilayah tersebut dan akan mempunyai peranan yang penting sebagai pusat pengembangan wilayah tersebut. Rencana pembangunan terminal barang berada 40


(59)

di WP 1 (wilayah pengembangan 1) di kawasan kota tepatnya di kecamatan Kota Kisaran Barat.


(60)

Gambar 4.2. Peta Rencana Struktur Ruang


(61)

Berdasarkan peran dan fungsi serta perkembangannya maka sistem perkotaan di Kabupaten Asahan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. PKW di wilayah Kabupaten Asahan yaitu Kawasan perkotaan yang menjadi pusat pertumbuhan utama dari wilayah kabupaten yang berfungsi sebagai pusat Pemerintahan, pusat kegiatan industri, perdagangan dan jasa, permukiman, Pariwisata, Pendidikan Tinggi, pusat transportasi antar wilayah dan internal wilayah serta pemasaran antar wilayah dan wilayah kabupaten lain dan provinsi. Adapun PKW yang dimaksud adalah Kota Kisaran.

2. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. PKL di wilayah Kabupaten Asahan adalah wilayah Kecamatan Simpang Empat dengan fungsi kawasan sebagai Pusat permukiman perkotaan, perindustrian, perdagangan dan jasa dan kegiatan pertanian dan perikanan.

3. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. PPK Kabupaten Asahan adalah wilayah-wilayah yang strategis, berbatasan dengan Kota atau Kabupaten Lain dan cenderung cepat berkembang.

4. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL yaitu pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. PPL Kabupaten Asahan merupakan kawasan yang berkembang dan berpotensi


(62)

berkembang dengan dukungan sumberdaya yang ada dan dukungan jaringan prasarana.

5. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLp yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. PKLp atau kawasan yang akan dipromosikan untuk menjadi PKL di wilayah Kabupaten Asahan adalah wilayah Tanjung Balai dengan fungsi kawasan sebagai Pusat Kegiatan Perekonomian, permukiman perkotaan, perindustrian, perdagangan dan jasa dan kegiatan pertanian-perikanan kawasan Kecamatan Tanjung Balai ini dinilai sangat strategis terutama bagi kegiatan ekonomi dengan keberadaan pelabuhan dan ketersediaan jaringan jalan pendukung membuat kawasan Kecamatan Tanjung Balai ini layak untuk dijadikan pusat kegiatan lokal.

6. B.P. Mandoge sebagai daerah dengan kawasan lindung yang sangat besar diajukan

menjadi PKLp di Kabupaten Asahan dengan fungsi yang diarahkan adalah daerah Konservasi/Lindung. Selain itu juga Kawasan Minapolitan dan Agromarinepolitan di Kecamatan Air Joman, Kecamatan Silau Laut, Kecamatan Tanjung Balai, Kecamatan Sei kepayang, Kecamatan Sei Kepayang Barat dan Sei Kepayang Timur dengan fungsi kawasan sebagai pusat kegiatan perikanan dan pertanian, permukiman, perdagangan dan jasa, pariwisata keberadaan kawasan minapolitan dan agromarinepolitan ini menjadi kawasan strategis kabupaten yang dapat membangkitkan Kabupaten Asahan.


(63)

4.3. Pergerakan Arus Kendaraan Barang

Angkutan barang terdiri atas truk ringan (kendaraan golongan IV), truk sedang (kendaraan golongan VI) dan truk berat (kendaraan golongan VII). Berdasarkan pada survey pinggir jalan (Road Side Interview), studi perhitungan lalu lintas di jalan arteri dan jalan kolektor dengan menggunakan model simulasi dengan membagi wilayah Kabupaten Asahan menjadi 6 (enam) zona yaitu:

1. Kisaran (zona 1);

2. Tg. Balai, Sei Kepayang, Sp. Empat (zona 2);

3. Meranti, Buntu Pane, B.P. Mandoge (zona3);

4. Air Batu, Pulau Rakyat, B. Pulau, Aek Kuasan (zona 4);

5. Sumut Bagian Barat dan Aceh NAD (zona 5);

6. Sumut Bagian Timur, Riau dan Jakarta (zona 6).

Maka diperoleh distribusi angkutan barang seperti terlihat pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2. Distribusi Angkutan Barang Daerah Asal

(Zona)

Daerah Tujuan

1 2 3 4 5 6 Total 1 273 329 39 443 1556 2608 5248

2 244 52 10 396 30 402 1134

3 200 0 0 0 572 0 772

4 152 131 0 364 101 328 1076 5 2063 30 387 83 0 6226 8789 6 1349 601 0 2180 874 0 5004 Total 4281 1143 436 3466 3133 9564 22043 Sumber: Tatralok Kab. Asahan, data diolah


(64)

Arus pergerakan angkutan barang di daerah Kabupaten Asahan mencapai 22.043 unit kendaraan per hari dan angkutan barang masih didominasi oleh angkutan yang melintas dari arah barat ke timur (28.3%) atau sebaliknya. Gambaran arus pergerakan angkutan truk ini di dasarkan pada data survey RSI yang dilakukan pada pagi sampai sore hari. Arus balik kendaraan truk di daerah Kabupaten Asahan terjadi pada malam hari. Gambaran pergerakan arus kendaraan truk ini dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini.


(65)

Pergerakan arus angkutan barang yang kedua terbesar adalah kendaraan berasal dari atau masuk ke Kota Kisaran dari luar daerah Kabupaten Asahan seperti terlihat pada Gambar 4.3. Sedangkan arus kendaraan truk yang bergerak secara lokal tampaknya lebih sedikit. Pola pergerakan arus barang demikian memberikan suatu ciri bahwa Kota Kisaran merupakan kota transit dari angkutan barang. Berdasarkan pada komposisi menurut jenis kendaraan truk, yaitu truk berat, sedang dan ringan maka jenis angkutan truk yang terbesar adalah truk berat sebanyak 12.158 unit (55.15%). Sedangkan angkutan truk ringan sebanyak 4.551 unit (20.65%) dan truk sedang sebanyak 6.334 unit (24.20%).

Tabel 4.3. Distribusi Angkutan Truk Ringan Daerah Asal

(Zona)

Daerah Tujuan

1 2 3 4 5 6 Total

1 188 30 38 236 54 482 1028

2 11 52 0 189 0 183 435

3 25 0 0 0 0 0 25

4 48 48 0 142 71 48 357

5 270 0 0 24 0 284 578

6 333 380 0 1013 402 0 2128

Total 875 510 38 1604 527 997 4551 Sumber: Tatralok Kab. Asahan, data diolah


(66)

Gambar 4.4. Peta Arus Pergerakan Angkutan Truk Ringan

Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa Jumlah kendaraan truk ringan yang keluar atau masuk Kota Kisaran sebanyak 1.903 unit (41,81%) dari seluruh kendaraan perhari. Jumlah kendaraan truk ringan yang keluar atau masuk di zona dua sebesar


(67)

945 unit (20,76%) perhari, di zona tiga sebesar 63 unit (1,39%) per hari dan di zona empat sebesar 1.961 unit (43,1%).

Pergerakan angkutan truk ringan umumnya melintasi jalan lintas Sumatera atau jalan nasional. Pergerakan arus angkutan truk ringan yang terbesar terlihat pada zona 1 (Kisaran), zona 2 (Tanjung Balai, Sei Kepayang, Simpang Empat dan Air Joman) dan zona 4 (Air Batu, Pulau Rakyat, Bandar Pulau dan Aek Kuasan). Kota-kota seperti Kisaran, Simpang Empat/Bagan Asahan, Air Batu/Palau Rakyat menjadi simpul penting dalam pergerakan angkutan truk ringan tersebut.

Tabel 4.4. Distribusi Angkutan Truk Sedang Daerah Asal Daerah Tujuan

1 2 3 4 5 6 Total 1 55 298 0 207 670 316 1546

2 223 0 0 207 30 30 490

3 59 0 0 0 346 0 405

4 104 83 0 222 30 280 719

5 807 30 195 59 0 280 1371

6 192 118 0 0 472 0 782

Total 1440 529 195 695 1548 906 5334 Sumber: Tatralok Kab. Asahan, data diolah

Arus kendaraan yang terbesar berasal atau menuju daerah Sumatera Utara Bagian Barat dari/ke Kota Kisaran. Jumlah kendaraan truk sedang yang keluar atau masuk Kota Kisaran sebanyak 2.986 unit (55.98%) dari seluruh kendaraan perhari.


(68)

Jumlah kendaraan truk sedang yang keluar atau masuk di zona dua sebesar 1.019 unit (19,10%) perhari, di zona tiga sebesar 600 unit (19,10%) per hari dan di zona empat sebesar 1.414 unit (26.51%) perhari lihat Tabel 4.4 di atas.


(69)

Pada Gambar 4.5 arus kendaraan yang terbesar berasal atau menuju daerah Sumatera Utara Bagian Barat dari/ke Kota Kisaran. Dengan demikian simpul-simpul di zona 4 memiliki peranan penting sesudah Kota Kisaran.

Tabel 4.5. Distribusi Angkutan Truk Berat Daerah Asal Daerah Tujuan

1 2 3 4 5 6 Total

1 30 1 1 0 832 1810 2674

2 10 0 10 0 0 189 209

3 116 0 0 0 226 0 342

4 0 0 0 0 0 0 0

5 986 0 192 0 0 5662 6840

6 824 103 0 1167 0 0 2094

Total 1966 104 203 1167 1058 7661 12158 Sumber: Tatralok Kab. Asahan, data diolah

Jumlah kendaraan berat yang melintas di Kabupaten Asahan sebanyak 6.665 unit (45.18%) dari seluruh angkutan truk berat per hari. Jumlah angkutan truk berat yang keluar atau masuk di zona 1 (kisaran) sebanyak 4.640 unit (38,16%) di zona 2 sebanyak 313 unit (2,57%) per hari, dizona 3 sebanyak 545 unit (4.48%) dan di zona 4 sebanyak 1.167 unit (9.60%). Dalam hal ini memperlihatkan Kisaran memegang peranan penting dalam simpul – simpul pergerakan angkutan truk berat data dapat dilihat pada Tabel 4.5 di atas.


(70)

Sedangkan pola pergerakan angkutan truk berat lebih didominasi oleh pergerakan yang melintas di daerah Kabupaten Asahan, lihat Gambar 4.6 berikut ini:

Gambar 4.6. Peta Arus Pergerakan Angkutan Truk Berat

Dari data distribusi truk yang melintasi Kabupaten Asahan di ketahui bahwa berdasarkan pada komposisi menurut jenis kendaraan truk, yaitu truk berat, sedang dan ringan maka jenis angkutan truk terbesar adalah truk berat.

Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kabupaten Asahan, muatan angkutan barang digolongkan atas beberapa jenis sesuai dengan sifat dan kelompok barang yang umumnya diangkut, yaitu:


(71)

1. Hasil Perkebunan: Kelapa Sawit, karet, inti sawit, dan getah karet, lainnya;

2. Hasil Hutan: kayu manis, damar, arang, atap (rumbia), lainnya;

3. Bahan Bangunan: Tanah, Batu, padas, batu kerikil, pasir, seng, semen, material

lainnya, kusen dan pintu/jendela,lainnya.

4. Bahan Makanan: beras, garam, ikan asin, telor dll;

5. Buah – buahan;

6. Sayur – sayuran;

7. Hasil Laut dan sungai;

8. Minuman;

9. Alat – Alat listrik;

10. Alat – alat transportasi;

11. Hewan Ternak;

12. Keperluan rumah tangga: mebel, kasur, dll ;

13. Farmasi;

14. Kemasan: kardus, tong, jerigen dll;

15. Bahan Bakar Minyak;

16. Barang – barang jenis lainnya: Bibit, rumput, pupuk, dll

Arus pergerakan barang akan mengikuti pola arus pergerakan angkutan truk yang terjadi. Estimasi jumlah barang yang diangkut didasarkan pada hasil penelitian dilapangan. Jumlah muatan yang diangkut oleh tiap jenis angkutan truk (truk berat, truk sedang, dan truk ringan) adalah sesuai dengan kapasitas daya angkut masing – masing truk. Pola arus pergerakan barang dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:


(72)

Tabel 4.6. Distribusi Muatan Angkutan Barang (Ton)

Zona Asal Zona Tujuan

1 2 3 4 5 6 Total

1 1120,57 667.98 67.68 609,01 23868,01 57738,04 84071,29 2 758,56 55.66 267 891,45 92,85 5465,19 7530,71

3 3251,7 0 0 0 6779,41 0 10031,11

4 111,91 193 0 530,49 190,83 922,65 1948,88 5 28319,96 0 5546.54 170,95 44,63 144813,7 178895,8 6 22458,84 3234.87 0 32243,2 564,98 0 58501,9 Total 56021,54 4151,51 5881,22 34445,14 31540,71 208939,6 340979,7 Sumber: Tatralok Kab. Asahan, data diolah


(73)

Jumlah muatan barang yang keluar atau masuk pada Tabel 4.6 di atas di zona 1 sebanyak 14.0092.8 ton (68,65%) per hari, di zona 2 sebanyak 11.682.22 ton (5.72%) perhari, di zona 3 sebanyak 15.912.33 ton (7.79%) per hari dan di zona 4 sebanyak 36394.02 ton (17.83%) per hari.

4.4. Terminal dan Sarana Angkutan

Kabupaten Asahan memiliki terminal penumpang Tipe A yang berada di Jalan Abdi Satya Bhakti di Kecamatan Kota Kisaran Barat. Terminal ini melayani Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP). Terminal beroperasi 24 jam.

4.5. Tanggapan Pengguna Moda Transportasi di Kota Kisaran 4.5.1. Angkutan Kota

Pemberlakuan sistem trayek diarahkan untuk menjaga pelayanan kepada penumpang dan menghindari tumpang tindih rute yang akan dilewati. Di Kota Kisaran trayek dicirikan dengan nomer trayek yang tertera pada kendaraan. Apabila kendaraan tonase besar tidak lagi beroperasi di Kota Kisaran, maka tanggapan pengemudi angkutan kota adalah sebagai berikut:


(74)

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Pengemudi Angkutan Kota

Pertanyaan Jawaban Jumlah

1 2 3 4

P1 33 0 - - 33

P2 0 8 8 17 33

P3 12 7 14 - 33

P4 19 8 9 - 33

P5 33 0 - - 33

Sumber: Hasil Analisa

Hasil dari wawancara di atas sebanyak 33 (tiga puluh tiga) orang atau 100% merasa tidak nyaman jika mengemudi bersamaan dengan angkutan barang bertonase besar (Pertanyaan 1), dan 17 (tujuh belas) orang atau 52% pengemudi angkutan kota jarak pandangnya terbatas karena angkutan bertonase besar (Pertanyaan 2), sebanyak 14 (empat belas) orang memilih waktu tempuh menjadi lebih lama dengan adanya kendaraan bertonase besar (Pertanyaan 3), untuk situasi yang paling tidak diharapkan oleh pengemudi angkutan kota (pertanyaan 4) adalah jalan beriringan dengan kendaraan barang sebanyak 19 (Sembilan belas) orang, sedangkan untuk pertanyaan kelima secara mutlak para pengemudi angkutan kota setuju bila angkutan barang dilarang masuk atau beroperasi di kawasan Kota Kisaran, secara lebih jelas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Kemacetan Berkurang

Dengan adanya rencana pembangunan terminal barang di Kota Kisaran maka kendaraan besar tidak lagi memasuki kota. Kemacetan pada ruas jalan selama ini dilewati akan berkurang. Waktu perjalanan relatif lebih cepat. Berkurangnya


(1)

3. Jika terminal barang telah dioperasionalkan dan kegiatan bongkar muat harus dilakukan di terminal barang, apakah biaya bongkar muat anda akan meningkat? 1. ya

2. tidak

4. Jika terminal barang telah dioprasionalkan, antisipasi yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan angkutan barang tonase kecil di kota Kisaran adalah dengan :

1. Sewa kendaraan 2. Milik Pribadi

5. Apa yang Anda lakukan jika terminal barang telah dioprasionalkan? 1. Menggunakan fasilitas gudang di terminal barang

2. Membangun gudang baru disekitar kawasan terminal barang\ TERIMA KASIH


(2)

Lampiran 4. Data Hasil Wawancara dengan Pengusaha

RESPONDEN PERTANYAAN

1 2 3 4 5

1 1 1 2 1 1

2 2 2 2 2 2

3 2 2 1 1 1

4 2 2 2 2 1

5 2 2 1 1 2

6 2 1 2 2 1

7 2 2 2 1 1

8 2 2 2 2 1

9 2 2 1 1 2

10 2 2 2 2 1

11 2 2 2 3 2

12 2 2 2 2 1

13 2 2 2 2 2

14 2 2 2 3 2

15 2 2 2 2 2

16 2 2 4 3 2

17 2 2 2 3 2

18 2 2 2 3 2

19 2 1 2 3 1

20 2 2 2 1 1

21 2 2 3 1 2

22 2 1 2 1 1

23 2 2 2 1 1

24 1 2 2 3 1

25 2 2 2 1 1

26 2 2 2 3 2

27 2 1 2 3 2

28 1 2 1 3 1

29 2 2 2 3 1

30 2 2 2 3 1

31 2 2 2 1 1

32 2 2 2 1 1


(3)

Lampiran 5. Data Hasil Wawancara dengan Moda Transportasi Penumpang/Orang (angkutan Kota, Mobil Pribadi dan Kendaraan bermotor Roda dua)

NO PERTANYAAN

P1 P2 P3 P4 P5

1 1 4 1 2 1

2 1 4 2 1 1

3 1 3 1 2 1

4 1 4 1 2 1

5 1 4 2 3 1

6 1 2 1 3 1

7 1 4 1 3 1

8 1 4 2 2 1

9 1 3 1 3 1

10 1 4 3 3 1

11 1 4 1 3 1

12 1 4 1 1 1

13 1 2 3 1 1

14 1 3 3 3 1

15 1 4 3 1 1

16 1 2 3 1 1

17 1 2 3 1 1

18 1 2 3 1 1

19 1 3 2 1 1

20 1 4 3 1 1

21 1 2 1 1 1

22 1 4 1 1 1

23 1 3 2 1 1

24 1 4 3 1 1

25 1 3 3 1 1

26 1 3 1 1 1

27 1 4 2 1 1

28 1 4 3 1 1

29 1 3 3 1 1

30 1 4 3 3 1

31 1 4 1 2 1


(4)

33 1 2 3 1 1

34 1 1 2 2 1

35 1 1 2 2 1

36 1 4 1 2 1

37 1 1 2 2 1

38 1 3 2 1 1

39 1 1 1 1 1

40 1 1 1 2 1

41 1 3 2 2 1

42 1 1 2 2 1

43 1 4 3 2 1

44 1 1 2 2 1

45 1 1 2 1 1

46 1 3 1 2 1

47 1 1 2 2 1

48 1 3 2 2 1

49 1 1 3 1 1

50 1 1 2 2 1

51 1 4 3 1 1

52 1 1 2 2 1

53 1 1 2 1 1

54 1 1 1 2 1

55 1 1 2 1 1

56 1 4 1 2 1

57 1 1 2 3 1

58 1 4 2 3 1

59 1 1 1 3 1

60 1 1 2 3 1

61 1 1 2 2 1

62 1 1 1 2 1

63 1 1 2 2 1

64 1 4 2 1 1

65 1 1 3 1 1

66 1 4 2 3 1

67 1 4 3 1 1

68 1 4 3 1 1

69 1 4 3 1 1


(5)

71 1 3 2 2 1

72 1 1 2 1 1

73 1 1 2 1 1

74 1 4 2 1 1

75 1 1 2 1 1

76 1 1 3 2 1

77 1 1 2 2 1

78 1 3 2 2 1

79 1 1 3 1 1

80 1 1 1 1 1

81 1 3 1 2 1

82 1 1 1 1 1

83 1 3 3 1 1

84 1 1 2 1 1

85 1 3 2 2 1

86 1 1 2 2 1

87 1 1 3 2 1

88 1 1 3 2 1

89 1 2 3 2 1

90 1 1 1 2 1

91 1 1 3 2 1

92 1 1 3 2 1

93 1 2 2 1 1

94 1 2 2 2 1

95 1 1 2 2 1

96 1 1 2 2 1

97 1 1 2 1 1

98 1 1 2 2 1

99 1 1 2 2 1

Ket :

1 – 33 : Angkutan Kota 34 – 66 : Mobil Pribadi 67 – 99 : Sepeda Motor

Keterangan :


(6)

24-26 : Pengusaha Furniture 27-30 : Elektronik