Pokok- Pokok Pemikiran dam Rekam Jejak Pembaharuan Islam

kemungkaran serta menyeru kepada kebaikan amar ma’ruf nahi munkar serta tolong-menolong.

E. Pokok- Pokok Pemikiran dam Rekam Jejak Pembaharuan Islam

Sebelum membahas tentang pokok-pokok pikiran K.H. Ahmad Dahlan, terlebih dahulu akan dijabarkan beberapa relasi pemikiran tokoh-tokoh pembaharu Islam pada abad ke 19 yang merupakan sumber inspirasi serta memiliki keterkaitan dengan pemikiran serta praktik keagamaan yang difahami serta dipraktikan oleh Ahmad Dahlan. 1. Muhammad Abduh. Lahir di Mesir tahun 1849 M 1226 H, merupakan salah satu murid serta teman seperjuangan Jamaluddin al-Afghani. Adalah tokoh yang menyadari akan pentingnya memahami dan menguasai ilmu- ilmu umum barat, selain itu salah satu ciri khas dari pemikiran Abduh adalah tentang pentingnya membuka pintu ijtihad secara lebar dan luas dikalangan umat Islam mana kala tidak ditemukan kepastian secara ekplisit dari sumber hukum Islam yakni Al Qur’an dan Hadis. Bagi Abduh salah satu sebab kemunduran umat Islam adalah karena adanya budaya jumud yang sangat kokoh dikalangan umat Islam, salah bentuk kejumudan itu adalah kebekuan dalam memahami ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadis. Masih menurut Abduh, fanatisme terhadap para mujtahid seperti Imam Syafi’i, Maliki, Hambali dan Hanafi juga merupakan salah satu sebab mengapa budaya jumud lahir dan berkembang dengan subur dikalangan umat Islam. 28 Dari uraian singkat tentang Muhammad Abduh, di dapatkan sebuah titik temu antara Abduh dan Ahmad Dahlan yakni kedua tokoh tersebut tidak mendikotomikan antara ilmu umum barat dengan ilmu agama. Serta kedua tokoh tersebut memiliki kesamaan tentang pentingnya sebuah ijtihad. Masih dalam kerangka kesamaan berfikir antara Abduh dan Ahmad Dahlan, kedua tokoh tersebut merupakan tokoh yang sama-sama tidak berafiliasi terhadap salah satu empat mazhab imam bebas mazhab 2. Jamal al-Din al-Afghani. Merupakan tokoh perintis gerakan anti imperialisme barat, karena sikapnya yang anti terhadap imperealisme barat maka Afghani mengeluarkan sebuah gagasan politik yang bernama Pan Islamisme. Pada saat tinggal di Paris Afghani bersama Muhammad Abduh mendirikan sebuah perkumpulan berskala internasional yang diberi nama Al-Urwah al-Wusqha . Adapun tujuan didirikan organisasi tersebut adalah untuk mengembalikan kejayaan serta martabat Islam, membersihkan umat Islam dari praktik penyimpangan serta membebaskan umat Islam dari praktik imperialisme barat. Afghani merupakan tokoh muslim modernis yang menginginkan perumusan ulang terhadap warisan masa lampau, seperti kehidupan nabi dan kehidupan generasi salaf dengan menghidupkan semangat ijtihad. Melalui pembaharuan Afghani meyakini umat Islam akan menjadi kuat dalam melawan dominasi barat. Seperti tokoh modernis lainnya, Afghani pada hakikatnya ingin menjadikan Islam 28 Yunan Yusuf dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah Jakarta : Rajawali Press, 2005, h. 1-3. sesuai dengan pemikiran barat modern dan ilmu pengetahuan yang berkembang ketika itu. Namun diantara sikap moderatnya itu Afghani tetap menganjurkan umat Islam tetap memegang teguh sumber hukum Islam al - Qur’an dan Hadis. Secara umum gagasan yang dikumandangkan oleh Afghani adalah, pertama. Membangkitkan kesadaran bangsa timur tentang perlunya memahami serta membaca penyebab kemunduran umat Islam sekaligus mencari solusi penyelesaiannya. Kedua, Menumbuhkan sikap optimisme dikalangan umat Islam terhadap potensi kebangkitan yang dimiliki oleh umat Islam. Ketiga, mengajak umat Islam untuk kembali kepada sumber ajatan Islam yang benar al- Qur’an dan Hadis dan mengikuti praktik kegamamaan Islam murni seperti yang dipraktikan oleh generasi salaf. Keempat, membuang persepsi dikalangan umat Islam bahwa mereka tidak dapat membangun peradaban maju selama berpegang pada ajaran agama. Kelima, memberikan akses inforamsi kepada umat Islam tentang perkembangan politik, sains, tekhnologi dan budaya masyarakat barat. Keenam, menguatkan solidaritas dikalangan umat Islam. 29 Pada point ini terdapat titik temu pemikiran antara Ahmad Dahlan dengan Afgahni, titik temu tersebut adalah kesamaan tentang keinginan untuk mempraktikan serta mengupayakan apa yang disebut dengan Islam murni salafisme, titik temu berikutnya diantara kedua tokoh tersebut adalah adanya kesamaan cita-cita yakni ingin merubah nasib serta kondisi umat Islam agar terbebas 29 Yunan Yusuf dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah, h. 7-10. dari berbagai penyakit sosial seperti keterbelakangan, selain itu kedua tokoh tersebut pun sama-sama berpedoman kepada Al Qur’an, Sunnh dan Ijtihad dalam melakukan proses perubahan sosial terhadap umat Islam. Titik temu kedua tokoh tersebut berikutnya adalah sama-sama mengambil sesuatu yang positif dari kebudayaan barat tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. 3. Rasyid Ridha. Berbicara tentang Rasyid Ridha adalah berbicara tentang Abduh dan Afghani, mengingat baik Abduh maupun Ridho merupakan anak didik dari Afghani. Adapun gambaran umum tentang pemikiran Rasyid Ridho adalah, pertama. Paham serta praktik keagamaan umat Islam telah menjauh dari ajaran Islam yang suci-murni. Untuk mendapatkan kemurnian serta kesucian umat Islam maka umat Islam harus dijauhkan dari berbagai bentuk bid’ah, khurrafat serta syiriq. Kedua, kesatuan umat Islam harus bersifat universal, yakni tidak didasarkan atas kesatuan bahasa dan bangsa namun haruslah didasarkan atas kesamaan iman dan Islam. Umat Islam pun perlu mengedepankan sikap toleransi mana kala terjadi perbedaan mazhab diantara umat Islam. Ketiga,. perlunya keterlibatan wanita dalam setiap aktifiats kehidupan masyarakat. Keempat, budaya sufi yang berkarakter pasif, pasrah terhadap keadaan tanpa adanya ikhtiar merupakan sesuatu yang bertentangan dengan Islam, karena Islam adalah agama yang dinamis dan serta tidak memiliki ajaran pesimisme. 30 Dari uraian sekilas tentang pikiran Ridha, maka antara Ridho dan Ahmad Dahlan memiliki kesamaan pandangan, yakni menyangkut tentang pentingnya eksistensi serta partisipasi perempuan dalam berbagai sektor kehidupan. Dahlan merupakan tokoh yang sangat menghargai terhadap eksistensi perempuan, hal ini dibuktikannya dengan berdirinya ‘Aisyiah sebuah organisaasi perempuan dimana organisasi tersebut didirikan atas kolaborasi antara Ahmad Dahlan dengan istrinya nyai Walidah. Kesamaan lainnya adalah Dahlan pun merupakan tokoh yang sangat anti terhadap budaya pasrah terhadap nasib, ini dibuktikan dengan praktik keagamaan yang dilakukannya dengan merubah kondisi sosial masyarakat ketika ia masih hidup. Adapun pokok-pokok pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dapat dijabarkan sebagai berikut. 31 1. Berorganisasi untuk keteraturan. Manusia sebagai mahluk sosial adalah sesuatu yang tidak bisa dibantah, karena manusia merupakan mahluk sosial yang tak bisa hidup tanpa orang lain, maka manusia membutuhkan manusia individu yang lain untuk menjalani proses kehidupan. Dalam konteks ini Ahmad Dahlan mengambil sebuah kesimpulan bahwa apa yang telah dicita-citakannya tidak mungkin berhasil tanpa melibatkan orang lain untuk bergerak secara kolektif. Maka untuk mewujudkan apa yang telah dicita-citakannya, Ahmad Dahlan pun mendirikan sebuah organisasi yang bernama Muhammadiyah. Dibentuknya organisasi, tidak 30 Mustafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Yogyakarta : Citra Karsa Mandiri, 2005, h. 64-65. 31 Mulkhan, Warisan Intelektual Ahmad Dahlan, h. 64-65. lain merupakan sebuah alat agar apa yang telah dirumuskan menjadi lebih teratur serta terarah baik dalam hal perencanaan maupun dalam hal pelaksanaan. Mendirikan persyarikatan Muhammadiyah adalah bentuk kongkrit Ahmad Dahlan Dalam menafsirkan perintah Al Qur’an Ali Imran :104 2. Ilmu pengetahuan sebagai sumber pencerahan. Untuk melakukan adaptasi serta mampu menghadapi berbagi macam tuntutan zaman, maka ilmu pengetahuan merupakan formulasi jitu dalam membaca perubahan zaman. Atas dasar pentingnya ilmu pengetahuan, Dahlan pun mendirikan berbagai lembaga pendidikan yang memiliki karakter kuat yakni tidak adanya dikotomi serta pemisahan antara ilmu umum dan ilmu agama. Dengan ilmu pengetahuan maka akan menjauhkan manusia dari budaya taqliq, fatalisme. Ketika budaya taqliq serta fatalisme telah terkikis maka semangat berijtihad pun akan terbangun 3. Beragama itu beramal. Agama tanpa amal adalah pincang. Islam sebagai agama yang memiliki jargon rahmatan lil ‘alamin, menganjurkan kepada umatnya agar menjadikan amal sebagai bagian dari bentuk ketaatan terhadap ajaran Islam, al-Qur’an sering kali menggandengkan kata shloat dengan zakat, iman dengan amal. Dengan demikian Islam adalah agama yang mementingkan serta mewajibkan umatnya umat melakukan tindakan- tindakan praksis salah satu contohnya adalah memberikan sebagian harta dijalan Allah. Penolong kesengsaraan umum adalah amalan kongkrit Ahmad Dahlan didalam kehidupan. 4. Al - Qur’an harus berbanding lurus dengan perbuatan. Bagi Dahlan Al Qur’an bukanlah kitab suci yang hanya sekedar untuk dibaca, dihafalkan, serta difahami, tetapi lebih dari itu, Al - Qur’an perlu dipraktikan. Ahmad Dahlan memiliki lima cara untuk memahmi Al - Qur’an, pertama, mengerti artinya. Kedua, memahami tafsir dan maknanya. Ketiga, jika mendapatkan larangan dari Al - Qur’an bertanyalah kepada diri sendiri, apakah tersebut telah ditingglkan. Keempat, jikalau mendapatkan perintah perbuatan dari Al Qur’an bertanyalah kepada diri sendiri, apakah perintah berbuat tersebut telah dilaksanakan. Kelima, jikalau yang keempat belum teralisir maka janganlah mempelajari ayat Al Qur’an yang lain. 5. Berjuang dan beramal memerlukan sasaran. Untuk mewujudkan cita-cita perjuangan maka dibutuhkan sasaran perjuangan. Adapun sasaran perjuangan da’wah dan amal Ahmad Dahlan adalah orang-orang fakir miskin, mustadhafin. Dilakukan salah satunya dengan memberikan santuan sosial. Sasaran berikutnya adalah para pemilik harta, upaya yang dilakukan adalah dengan membangun kesadaran para pemilik harta agar secara ikhlas menyisihkan sebagian harta yang dimilikinya. Sasaran berikutnya adalah kaum intelektual, cara yang ditempuh dengan melakukan dialog serta memberikan ceramah dihadapan pengurus Budi Utomo. 6. Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah. Alqur’an yang merupakan panduan serta pedoman didalam kehidupan merupakan sumber inspiarsi didalam kehidupan, jikalau tidak ditemukan kaidah hukum secara eksplisit maka ditentukan berdasarkan nalar dengan mempergunakan pikiran logis serta ijtima’ dan qiyas. Adapun buku-buku yang dibaca dan menjadi inspirasi K.H. Ahmad Dahlan adalah; 32 1. Risalah Tauhid karangan Muhammad Abduh 2. Tafsir Djuz Amma karangan Muhammad Abduh 3. Kansul Ulum 4. Dairatur-Maarif karangan Farid Wadjidi 5. Fil Bid’ah karangan Ibnu Taimiyah 6. Al Islam wan Nasrannijah karangan Muhammad Abduh 7. Idharulhaq karangan Rahmatullah Al Hindi 8. Kitab Almanar 9. Kitab Al Urwatul Wusqo 10. Kitab Syubuhatunnashara wal Hudjatul Islam karangan Muhammad Abduh Sebagai tokoh yang populer dengan ikon pembaharuan Islam, sepanjang hidupnya Ahmad Dahlan berupaya melakukan agenda pembaharuan Islam dalam berbagai sektor kehidupan. Adapun agenda pembaharuan Islam yang berhasil dilakukan oleh Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut ; 1 Keagamaan. Karena Dahlan meyakini sumber hukum dalam Islam adalah al-Quran dan Hadits, maka sebagai konsekuensinya Dahlan memperkenalkan gerakan Islam tanpa mazhab sebagai upaya 32 Solichin Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia Jakarta : Jayamurni, 1963, h. 22. meminimalisir budaya fanatisme, sehingga pintu ijtihad terbuka lebar dikalangan umat Islam. Selain menggagas Islam tanpa mazhab Dahlan pun melakukan pembaharuan dalam hal ibadah merubah arah kiblat mesjid keraton. Memperkenalkan Islam murni, dengan menolak pemujaan terhadap barang-barang, bangunan yang dianggap pusaka serta keramat, meneguhkan prinsip bahwa Allah merupakan satu-satu Nya untuk meminta dan memohon, mempraktikan khutbah pada saat ibadah Sholat Jum’at tanpa menggunakan bahasa arab. 2. Pendidikan. Menghapus dikotomi antara ilmu dunia dengan ilmu agama, kemudian menggabungkan antara pelajaran ilmu umum dengan ilmu agama. Merubah sistem surau dengan sistem klasikal. 3. Kesehatan. Merubah kebiasaan masyarakat, dari berobat kepada dukun, mengunjungi tempat keramat. Menjadi berobat kepada dokter serta mengunjungi klinik atau rumah sakit. 4. Pemberdayaan perempuan. Bagi Ahmad Dahlan perempuan bukanlah mahluk yang harus dimarginalkan, perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki untuk beraktifitas dan berkreatifitas. Sebagai bentuk komitmennya terhadap pemberdayaan perempuan, Dahlan mendirikan perkumpulan perempuan bernama Sapa Tresna. Dalam perjalanannya Sapa Tresna berubah menjadi bagaian badan khusus wanita dalam Muhammadiyah yang bernama ‘Aisyiyah. Tak cukup sampai disitu, Dahlan pun mendatangkan guru khusus dari Bandung yang bernama Jeffer Akik untuk mengajari menjahit serta keterampilan tangan, merias diri. Bahkan dan pun memberikan pelajaran retorika, ia pun mendirikan musholla khusus perempuan, memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mengelola secara otonom Aisyiyah. 33 5. Kebenaran manusia adalah relatif. Bagi Ahmad Dahlan kebenaran manusia tidaklah bersifat absolut. Karena kebenaran manusia bersifat relatif, maka K.H. Ahmad Dahlan menegaskan sumber kebenaran bisa berasal dari orang yang kita anggap lawan. Untuk menunjukan pemikirannya tersebut, K.H. Ahmad Dahlan sering melakukan diskusi, debat dengan pendeta kristiani. Dalam perjalanan hidupnya, Ahmad Dahlan pernah diskusi dengan Pastor Van lith, Pastor Van Driesse, Pastor Domnie Bakker, Pastor Dr Zwinjer. Bahkan pada saat pertemuannya dengan Pastor Domnie Bakker , Ahmad Dahlan membuat pernyataan ; “Marilah kita sama-sama keluar dari agama, kemudian mencari, menyelidiki agama mana yang paling benar. Kalau ternyata kemudian agama Protestan yang benar, saya bersedia masuk agama Protestan. Akan tetapi sebaliknya, apabila agama Islam yang benar. Anda pun harus masuk agama Islam ”. 34 Pernyataan yang sama pun Ahmad Dahlan ucapkan pada saat berdiskusi dengan seorang pendeta bernama Dr. Laberton. Dalam diskusi dengan Laberton, Ahmad Dahlan membuat pernyataan “jikalau dalam pembicaraan kita ini nanti ternyata bahwa yang benar itu agama Kristen, saya bersedia masuk agama tuan. Bagaimana tuan nanti?.Bersediakah tuan masuk Islam, jikalau ternyata agama Islam yang benar?.” 35 33 Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 54. 34 Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 55. 35 Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 56. K.R.H. Hadjid salah satu murid Ahmad Dahlan menegaskan, bahwa Ahmad Dahlan menyayangkan sikap sebagian manusia yang merasa bahwa kebenaran sejati hanya milik dirinya serta kelompoknya, sedang diluar kelompoknya adalah salah. Fenomena tersebut juga terjadi pada umat Islam, kelompok Ahlu Sunnah wal Jamaah merasa paling baik, sedang kelompok Mu’tazilah adalah kelompok yang salah. 36 Renungan Ahmad Dahlan yang merasa risau dengan fenomena aksi monopoli kebenaran, terlihat dari renungannya yang ditulis oleh Hadjid “kebayakan diantara manusia berwatak angkuh dan takabur, mereka mengambil keputusan sendiri-sendiri”. 37 Tak hanya bergaul dengan pendeta kristen, Dahlan pun bertemen dan bergaul dengan seorang dokter kristen yang bernama Ofringa. Bahkan Ofringa pernah menasehati Ahmad Dahlan sebagai seorang teman disaat beliau sakit akibat kesibukan aktivitasnya “Saya mengetahui apa yang menjadi cita-cita tuan. Dan sebagai seorang dokter, saya pun mengetahui penyakit yang kiai derita. Penyakit kiai ini tidak memerlukan titirah, tapi cukup di rumah saja. Sakit kiai ini hanya memerlukan istirahat, lainnya tidak .” 38 Karena penganut Islam inklusif, maka wajar ada salah seorang dokter kristen yang bernama van de Borne memberikan respon terhadap pribadi Ahmad Dahlan kepada keluarganya ; “Kamu sekalian beruntung mempunyai K.H. Ahmad Dahlan ini. Beliau bukanlah sembarang orang. Saya baru sekali ini menjumpai seorang yang sifat-sifatnya demikian. Andai kata tanah Jawa 36 K.R.H. Hadjid, Falsafah Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan Pendiri Gerakan Muhammadiyah Yogyakarta : Siaran, h. 11. 37 K.R.H. Hadjid, Falsafah Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 9. 38 Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 26. Indonesia mempunyai orang demikian ini tiga saja, saya percaya tanah Jawa akan beruntung sekali dan berbahagia ”. 39 Selain berdialog serta berdiskusi dengan tokokh kristiani Ahmad Dahlan pun melakukan hal yang sama dengan kelompok yang berhaluan kiri. Ahmad Dahlan pernah memberi ruang untuk berdikusi dan berdialog kepada Indisch Sociaal Democratische Partij kemudian berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia untuk membahas kebijakan represif pemerintah Belanda serta untuk menerangkan seputar wacana sosialisme. 40 Kesempatan tersebut pun kemudian tidak disia-siakan oleh ISDV, adalah Semaun serta Darsono yang kemudian menghadiri forum yang telah disediakan oleh Ahmad Dahlan. 6. Memperkenalkan metodelogi hisab dalam menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal. Sekaligus mempelopori aktifitas sholat hari raya Idul Fitri mau pun Idul Adha di lapangan terbuka. 41 7. Memprakasai pendirian badan penyelenggara haji. Ada pun badan yang didirikan oleh Ahmad Dahlan Bagian Penolong Haji. 42 Dengan aktifiats, mencarikan sarana transportasi, pemukiaman serta bimbingan haji baik pada saat di tanah air maupun pada saat di tanah suci. 39 Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, h. 25. 40 Jainuri, Ideologi Kaum Reformis, h. 115. 41 Hadikusuma, Aliran Pembaharuan Islam, h. 80. 42 Muhammad Syoedja, Cerita Tentang K.H. Ahmad Dahlan Catatan Haji Muhammad Syoeda . h. 118-120 diakses dari www.muhammadiyah.or.id.

BAB III SOSIALISME DAN SOSIALISME ISLAM