BAB III SOSIALISME DAN SOSIALISME ISLAM
A. Sejarah dan Pengertian Sosialisme
Sebelum membahas tentang definisi sosialisme maka terlebih dahulu penulis mencoba membahas tentang definisi ideologi, sebagai konsep yang
terkait dengan sosialisme. Destutt de Tracy merupakan tokoh yang mempopulerkan istilah ideologi. Tracy memposisikan ideologi sebagai konsep
yang berhadap-hadapan dengan agama konfrontatif, tujuan yang utama sudah tentu mencari kebenaran di luar dari ajaran-ajaran agama. Dalam
kerangka umum ideologi didefinisikan “Suatu
sistem kepercayaan
yang memuat
nilai-nilai kepercayaan dan di organisir secara rapih sebagai basis
filsafat, sains, program ekonomi-politik yang menjadi pandangan hidup, aturan berfikir, merasa, dan bertindak
individu atau kelompok”.
Jhon Storey mendefinisikan ideologi menjadi beberapa konsepsi ideologi. Pertama, ideologi merupakan pelembagaan terhadap sebuah gagasan
secara sistematis yang kemudian diaktualisasikan oleh sekelompok orang. Pengertian seperti ini bisa didapatkan dalam sebuah organisasi partai politik.
Kedua , ideologi adalah sebuah upaya proganda untuk menenggelamkan serta
mengalihkan terhadap sebuah realitas tertentu. Pengertian ini bisa dijumpai bagaimana adanya upaya politik dari kaum kapitalis bahwa kapitalisme adalah
kunci tunggal untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran tanpa
memperhatikan berbagai kelemahan dari sistem kapitalisme. Hal ini tentu saja di lakukan dengan seleksi yang sangat ketat ketika hendak di tampilkan di
hadapan publik. Ketiga, ideologi bisa di kaitkan dengan defenisi kedua namun tergantung motifnya. Yakni memiliki tujuan bagaimana meraih simpati publik
terhadap sebuah pemikiran, program yang dimiliki oleh ideologi tertentu serta kelompok ideologis tertentu. Keempat, ideologi bukan hanya pelembagaan
gagasan namun dalam kerangka praktik didalam kehidupan sehari-hari. Terkadang aktifitas manusia sehari-hari seperti kebudayaan yang berkembang
dan di praktikan didalam kehidupan sehari-hari, sebagai salah satu contoh adalah praktik serta faham keagamaan yang di jalankan dan di yakini memiliki
relasi ideologis Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia ideologi didefinisikan
menjadi tiga definisi “Pertama kumpulan konsep yang tersistematis yang dijadikan asas
pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Kedua, cara berfikir seseorang atau suatu golongan. Ketiga,
paham, teori yang berpadu kedalam satu program sosial-politik .”
Ramlan Subakti mendefinesikan ideololgi dengan dua pendekatan yakni fungsional dan struktural. Dalam konteks fungsional ideologi di artikan
sebagai seperangkat ide tentang cita-cita bersama kebaikan. Ideologi secara fungsional di klasifikasikan menjadi dua tipe yakni doktrinal serta
pragmatisme. Ideologi di katakan doktrinal manakala gagasan yang tergandung di dalam ideologi di strukturkan secara detail kemudian di
doktrinkan kepada masyarakat dan atau para penganut ideologi tersebut. Ketika ideologi telah didoktrinkan terlaksana maka langkah yang ditempuh
adalah evaluasi serta monitoring. Sedangkan ideologi melalui pendekatan struktural di artikan sebagai sistem pembenaran legitimasi.
Dengan demikian ideologi adalah sekumpulan gagasan yang terdiri dari sistem keyakinan, tujuan serta cita-cita yang berfungsi sebagai alat
pembenaran, pemersatu serta pusat rujukan dalam fikir dan bertindak sumber pengetahuan
Sosialisme secara bahasa etymologi berasal dari kata socius yang memiliki arti teman atau sahabat dengan demikian sosialisme adalah faham
yang mengedepankan pertemanan atau persahabatan sebagai pandangan hidup. Kata sosialisme muncul pertama kali pada tahun 1827 dalam sebuah
majalah Cooperative Magazine, kemudian kata sosialisme muncul pula pada jurnal La Globe tahun 1832. Pemaknaan sosialisme pada majalah serta jurnal
tersebut memiliki keragaman, namun secara garis besar bermakna sebuah sistim masyarakat kolektif yang lebih menekankan kooperatif ketimbang
kompetitif, sosiabilitis melawan pemenuhan diri yang individualisme, kontrol sosial terhadap praktik akumulasi serta pemakaian harta pribadi, persamaan
ekonomi menurut penghargaan pada kebaikan, pengahargaan yang dinilai berdasarkan kebutuhan.
Sebelum muncul istilah pada majalah Cooporative serta jurnal Globe, secara konseptual sosialisme telah muncul pada era peradaban Yunani di mana
Plato menjabarkan pemikiran idealnya tentang sebuah negara. Negara ideal dalam bayangan Plato akan tercipta manakala negara mampu mengawasi serta
menjadi institusi yang sangat kuat dominan dalam hal pengendalian
kepemilikan harta benda baik untuk kalangan pejabat, elit politik hingga rakyat biasa. Dalam pandangan Plato negara menjamin semua kebutuhan
penguasa, pemenuhan kebutuhan tersebut dimaksudkan agar penguasa memiliki komitmen serta waktu penuh untuk mengurus masyarakat. Maka
ketika segala kebutuhan telah dipenuhi, penguasa tidak lagi di perkenankan memiliki harta kekayaan yang bersifat pribadi kepemilikan pribadi.
Pengendalian serta pengontrolan terhadap kepemilikan pribadi bagi Plato memiliki tujuan untuk mencegah budaya rakus di masyarakat serta mencegah
konflik dan disharmoni dikalangan masyarakat yang dicirikan dengan hilangnya sikap persaudaraan serta kesenangan yang merupakan kebutuhan
manusia. Sebagai seorang filosof politik, Plato pun telah mencetuskan pembagian kelas sebelum Karl Marx. Plato membagi kelas yang terdiri dari
kelas pembantu yakni kelompok militer, kelas penguasa beserta pembantunya serta kelas golongan karya.
Ideologi sosialisme merupakan ideologi yang berkembang di Eropa terutama Inggris dan Perancis pada saat revolusi industri dikedua negara
tersebut. Sosialisme di Inggris maupun Perancis mengalami fase perkembangan yang bervariatif. Sosialisme di Inggris yang cukup menjadi
wacana pada tahap awal adalah sosialisme utopia yang digambarkan oleh Thomas More 1478-1535. Istilah Utopia diambil dari hasil pemikiran More
yang mendambakan sebuah negeri impian. Ada pun gambaran negeri impian adalah masyarakat tinggal bersama dalam tempat yang sama, makan serta
kebutuhan disedikan bersama, hingga semua kepemilikan menjadi kepemilikan bersama.
Fase perkembangan setelah sosialisme utopia adalah sosialisme komunitas kolektif. Sosialisme ini di kumandangkan oleh Robert Owen 1771-
1858 yang merupakan penggerak sosialisme di Inggris, Charles Fourier 1772-1837 dan Louis Blanc 1811-1882. Sosialisme komunitas-kolektif
adalah sebuah sosialisme yang lahir dari kritik terhadap sosialisme utopia yang di anggap tidak mungkin teralisir bahkan dapat di katakan khayalan
politik. Pemikiran Robert Owen tentang sosialisme komunitas-kolektif di
tuangkan dalam karyanya yang berjudul The New View Society 1816, Owen merupakan pengusaha Inggris yang menginginkan ada keterlibatan negara
dalam pembangunan ekonomi masyarakat berdasarkan sistem kerjasama koperasi, untuk mewujudkan gagasannya Owen membuat sebuah proyek di
berapa tempat di antaranya Indiana Amerika Serikat. Adapun yang menjadi salah satu basis pemikiran sosialisme Owen adalah kritik terhadp praktik
industri yang mementingkan diri sendiri, jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang mengakibatkan penurunan derajat manusia. Bagi Owen bekerja adalah
hak rakyat, dan ekonomi koperasi akan mampu mendidik serta memperbaiki moral manusia.
Sebagai pengusaha Owen menginginkan adanya sistem ekonomi yang lebih berkeadilan serta menolak budaya eksploitasi manusia yang
mengatasnamakan keuntungan. Selain itu Owen ingin memperjuangkan
bahwa manusia maupun buruh memiliki hak-hak kemanusiaan yang harus di tegakkan. Walaupun manusia berupaya mengejar keuntungan ekonomi namun
hak-hak manusia harus tetap di jaga. Selain Owen, ada pula nama Charles Fourier seorang tokoh sosialis
Perancis yang memiliki kesamaan ide dengan Owen. Karakteristik sosialis Charles di tuangkan dalam sebuah kerangka dasar bahwa hidup dan bekerja
haruslah menyenangkan, dan untuk mendapatkan kesenangan dalam bekerja, maka manusia harus membentuk komunitas yang dikembangkan atas nilai-
nilai kerjasama. Ketika komunitas telah terbentuk serta nilai-nilai kerjasama telah dibangun, tahapan berikutnya adalah setiap manusia harus memiliki
sarana serta alat untuk bekerja secara produktif. Terkait dengan tugas komunitas, Charles menjelaskan tentang
beberapa tugas dari sebuah komunitas. Tugas pertama adalah mengelola kerja yang sesuai dengan kebutuhan anggota komunitas. Komunitas bertugas
menjamin agar setiap kebutuhan hidup anggotanya terpenuhi. Adapun jumlah komunitas yang ideal menurut Charles adalah sekitar 1600 penduduk.
Untuk merealisasikan gagasannya, Charles membuat sebuah proyek seperti halnya Robert Owen. Proyek Charles bernama phalanax. Adapun
fokus dari proyek dari Charles adalah daerah pertanian. Dalam proyeknya tersebut Charles menegaskan bahwa setiap individu bekerja harus sesuai
dengan kesukaan, kecakapan serta bakat yang di miliki setiap individu yang merupakan anggota komunitas. Tak lupa Charles melakukan distribusi
keuntungan dengan rincian pekerja mendapatkan 512 bagian, manajer
memperoleh 412 bagian, dan pemilik modal mendapatkan bagian sebesar 312 bagian.
Selain Charles, Perancis pun memiliki tokoh sosialis yang bernama Louis Blanc 1811-1882 yang merupakan putra dari anak pegawai kelas
rendah di Perancis. Gagasan besar sosialisme Blanc adalah perlunya intervensi anggaran negara dalam pembentukan unit ekonomi. Walau negara sebagai
pihak pemberi modal, namun aktifitas ekonomi harus dijalankan serta di kelola oleh pekerja. Ketika para pekerja telah membayar konpensasi dari uang
yang di keluarkan oleh negara maka hasil dari seluruh keuntungan di serahkan sepenuhnya kepada pekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Selain
menyediakan anggaran untuk mesin serta kebutuhan produksi negara pun harus memikirkan uang pensiun para pekerja.
Perancis yang merupakan salah satu pusat perkembangan ideologi sosialis memiliki pula tokoh sosialis utopia. Jikalau Inggris memiliki Thomas
More, maka Perancis memiliki Saint Simon 1760-1825. Konsep dasar sosialis yang menjadi pemikiran Simon adalah bahwa setiap manusia berhak
mendapatkan dan memiliki kekayaan, selama hasil kekayaan serta keuntungannya itu tidak diperoleh melalui cara-cara yang kurang baik. Setiap
kekayaan yang di miliki setiap manusia harus di kelola serta di distribusikan dengan baik kepada setiap manusia. Selain itu Simon menegaskan bahwa
setiap manusia berhak untuk mendapatkan kekayaan serta penghargaan secara layak ketika manusia telah bekerja keras. Simon pun menegaskan bahwa
kekayaan yang melekat, yang di miliki setiap manusia memiliki tanggung jawab sosial dari kekayaan yang dimilikinya.
Setelah sosialisme di Inggris dan Perancis mengalami kemunduran, maka tampilah Karl Marx 1818-1883 yang menganggap pemikiran serta
konsep sosialisme para pendahulunya di anggap sangat utopis serta tidak memiliki kerangak teori serta basis filsafat yang komprehensif. Marx pun
kemudian populer sebagai bapak sosialis ilmiah. Berbicara tentang Marx, maka kita akan menemukan sebuah pemikiran
yang kental akan nuansa konflik serta pertentangan. Secara umum Marx mengemukakan pemikiran sosialisme kedalam beberapa teori. Teori yang
menyangkut konflik yang cukup populer adalah teori pertentangan kelas. Dalam terori ini, Marx menegaskan bahwa kehidupan dibumi adalah
kehidupan yang diwarnai oleh pertentangan dan atau pertarungan sosial antar kelas. Kelas yang dimaksud oleh Marx adalah bahwa kelas yang dibawah akan
selalu melakukan aksi resistensi terhadap kelas yang di atas dalam rangka pemenuhan kesejahteraan
Salah satu pemikiran Marx yang juga menjadi basis pemikirannya adalah materialisme historis. Dalam pemikiranya tersebut, Marx menganggap
bahwa relasi ekonomi merupakan faktor utama dalam membentuk wajah sebuah sejarah. Dengan demikian faktor ekonomi merupakan faktor tunggal
serta faktor penting dalam membuat arah serta wajah sejarah. Karena faktor ekonomi merupakan faktor penentu maka dalam pandangan Marx sistem
sosial, politik, budaya bahkan agama di tentukan atau akan mengikuti struktur serta relasi ekonomi.
Selain materialisme histroris, ada pula materialisme dialektik yang menjadi salah satu basis pemikiran Marx. Materialisme dialektik adalah
pemikiran Marx yang menegaskan bahwa materi sebagai satu-satunya realitas, dari proses realitas tersebut kemudian muncullah sebuah pertentangan. Proses
pertentangan terlahir sebagai wujud dari gerakan materi yang bersifat dialektis. Adapun materialisme yang dimaksud oleh Marx adalah sumber
keberadaan benda-benda alamiah yang selalu bergerak dinamis tanpa ada proses berhenti.
Selain pemikiran tentang materialisme historis dan materialisme dialektik, Marx pun mengumandangkan tentang perlunya revolusi politik yang
dilakukan secara radikal bahkan jikalau perlu dilakukan dengan kekerasan. Tujuan utama dari revolusi sosial adalah menjungkirbalikan kekuasaan dari
tangan borjuis ke tangan kaum proletar. Revolusi bisa berhasil manakala kaum proletar telah memiliki kesadaran serta keyakinan bahwa mereka telah
tertindas. Untuk itu perlu di adakan sebuah gerakan revolusi yang bertujuan menjungkirbalikan keadaan. Untuk meembangun kekuatan revolusi maka
sebuah tim lingkar inti yang bertugas melakukan propaganda dan agitasi. Tugas tersebut di lakukan oleh kelompok yang bernama diktator proletar.
Memasuki abad 20, Sosialisme Marx tidak otomatis mati secara alamiah namun masih memiliki pengikut setia, salah satu pengkiut setianya
adalah Vladimir Illich Lenin 1870-1924. Lenin menjadi pembicaraan karena
keahlian menerjemahkan pemikiran Marx yang ia tuangkan dalam karyanya yang berjudul The Development of Capitalism in Rusia, The Highest Stage of
Capitalism serta What Is to Be Done. Secara umum pemikiran Marx dengan Lenin memang memiliki
kesamaan, kesamaan itu diantaranya adalah Lenin menghendaki perebutan kekuasaan sebagai modal utama dalam melakukan perubahan. Untuk
melakukan revolusi dalam rangka pengambil alihan kekuasaan Lenin menganggap penting sayap politik dalam bentuk organisasi atau serikat. Lenin
beranggapan dengan kekuatan yang kecil namun apabila diorganisir serta dikelola secar rapih yang diimbangi oleh disiplin yang kuat maka kekuasan
dapat diraih. Untuk membangun cita-citanya tersebut Lenin menyatakan bahwa tugas utama kepemimpian komunis serta kaum revolusioner hanyalah
satu yakni menghantam, menyerang serta menghancurkan kekuatan sistem politik status quo. Setelah kekuasaan berhasil di rebut maka tugas berikutnya
adalah mengganti sistem politik status quo dengan sistem berdasarkan prinsip- prinsip komunisme. Kesamaan pemikiran lainnya antara Marx dengan Lenin
adalah kedua tokoh tersebut sama-sama menyakini bahwa politik komunisme mampu di terapkan di berbagai belahan dunia.
Sebagai ahli organisasi serta propaganda, setidaknya ada beberapa strategi politik yang di lakukan Lenin dalam rangka mewujudkan cita-citanya.
Pertama , melakukan propaganda dengan mengeluarkan pernyataan sebagai
partai rakyat yang akan mengabdi untuk rakyat dengan agenda memperjuangnkan demokrasi, kebebasan, dan menghentikan segala praktik
ketidak adilan. Kedua, Mengadakan penyusupan ke dalam organisasi buruh, partai politik dan pemerintahan, tentara. Tujuan penyusupan tidak lain untuk
memecah soliditas lawan-lawan politik. Dan cara teakhir adalah cara yang memang wajib di tempuh oleh kelompok komunis adalah dengan melakukan
revolusi politik dengan cara-cara kekerasan. Namun di antara persamaan antara Marx dan Lenin, kedua tokoh
tersebut pun memiliki perbedaan tentang konsepsi diktator proletar. Dalam pandang Lenin diktator proletar adalah sebuah konsep pendekatan politik yang
terkemas dalam sebuah organisasi yang bernama partai komunis, dengan demikian partai komunis merupakan representasi kaum ploretar. Asumsi ini di
bangun oleh Lenin karena ia kurang meyakini terhadap kemampuan politik serta kemampuan mengorganisir kaum proletar dalam melaksankan aksi-aksi
politik. Sementara itu, Marx berpendapat sebaliknya. Diktator ploretar adalah lebih bernuansa sistem integrasi ekonomi, selanjutnya Marx menganggap
bahwa diktator ploretar adalah konsep yang bersifat transisi sementara. Seiring perjalanan waktu cita-cita politik komunisme yang
diperjuangkan oleh Lenin mengalami kemunduran. Puncak dari kemunduran tersebut di tandai dengan keluar kebijakan politik yang di gagas Lenin sebagai
penguasa yakni dengan memperbolehkan kepemilikan pribadi secara terbatas. Karena mengalami kegagalan perjuangan memaksa Lenin harus hengkang dari
Rusia, dan akhirnya Lenin meninggal secara tragis oleh agen intelejen pemerintah yang dulu pernah di kuasainya
Setelah Lenin meninggal. Sosialisme-komunis kemudian dilajutkan oleh penerusnya yakni Stalin, Stalin berhasil melakukan pengambil alih
kekuasaan ketika melihat lemahnya legitimasi serta dukungan kekuasaan yang dimiliki Lenin. Stalin membuat kebijakan di masa kepemimpinanya dengan
dua kebijakan prioritas yakni pertanian dan industri. Konsep kebijakan Stalin secara garis besar menghapuskan kebijakan
yang dibuat oleh Lenin ketika ia berkuasa. Dalam bidang pertanian, Stalin menerapkan kebijakan pertanian kolektif dengan menghapuskan lahan
kepemilikan pertanian secara individual. Stalin beralasan bahwa kepemilikan secara individual bertentangan dengan prinsip politik komunis. Tujuan praktik
pertanian kolektifitas adalah untuk mempercepat proses produksi. Untuk mendukung programnya, petani dibuat kedalam kelompok petani proletar.
Petani hanya boleh berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama anggota proletar. Selain itu tujuan dibentuknya kelompok petani proletar adalah untuk
mempermudah kontrol produksi serta sepak terjang petani. Selain itu kebijakan tersebut juga bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja dalam
rangka memperkuat program industrialisasi. Sedangkan dalam bidang industri, Stalin memprioritaskan pada
pengembangan industri pertahanan dan tekhnologi dalam rangka memperkuat eksistensi negara. Selain industri pertahanan serta tekhnologi Stalin pun
mengembangkan industri barang-barang rumah tangga sebagai upaya membangun sayap ekspnasi ekonomi nasional ketingkat global. Untuk
menyukseskan program kebijakan industri, Stalin menerapkan kebijakan yang
hampir sama dengan petani. Serikat buruh yang merupakan sayap organisasi partai komunis, menerapkan kebijakan loyalitas kepada pemerintah dalam hal
sistem pengupahan, jam kerja. Selain itu buruh pun dilarang untuk berpindah- pindah kerja.
Memasuki abad 21, sosialisme pun mengalami perkembangan baru, perkembangan tersebut kemudian populer dengan istilah sosialisme abad 21.
Secara garis besar sosialisme abad 21 berkembang sebagai bentuk perlawanan terhadap tesis yang di keluarkan oleh Francis Fukuyama bahwa abad 21
merupakan abad berakhirnya sejarah, hal ini di tandai dengan kemenangan demokrasi liberal sebagai pemain tunggul sistem pemerintahan dunia dan
ideologi dunia. Dengan demikian sosialsme abad 21 tidak lagi mengambil refrensi
terhadap pemikiran Karl Marx Lenin dan Stalin. Sosialisme abad 21 menjadi sebuah wacana serta gerakan masif pada saat keberhasilan rakyat Venezuela
melakukan revolusi Amerika Latin di bawah komando Hugo Chavez. Dengan demikian sosialisme abad 21 adalah sosialisme yang tumuh dan berkembang
dikawasan Amerika Latin. Dalam sosialisme abad 21, formulasi yang di tempuh tidak lagi mengadopsi pemikiran Marxisme dan Leninisme tentang
perjuangan kelas, namun formulasi yang di tempuh adalah sebuah upaya bagaimana membangun keseimbangan serta kesinambungan antara sistem
sosialisme dengan kapitalisme. Selain itu konsep pertentangan antar kelas tidak lagi diadopsi, dengan demikian semua elemen masyarakat dapat
berdampingan secara sosial. Selain itu perjuangan yang dilakukan bukan
melalui jalan revolusi dengan kekerasan namun lebih mengedepankan pendidikan politik dengan cara pemantapan ideologi serta mengupayakan
perjuangan melalui lembaga-lemabga negara seperti parlemen dalam rangka mewujudkan masyarakat sosialis.
Sebagai sebuah ideologi, sosialisme terlahir sebagai sikap keprihatinan terhadap kondisi sosial-politik masyarakat pada zaman Revolusi Industri di
Inggris dan benua Eropa pada abad ke 18-19. Revolusi Industri di Eropa di tandai dengan berbagai penemuan baru salah satunya adalah mesin-mesin
untuk industri, dalam perkembangannya mesin-mesin untuk industri mulai menggusur tenaga manusia. Revolusi industri dalam perjalananya ternyata
merubah pula tatanan ekonomi masyarakat, manusia mulai mengalami pergerseran oreantasi ekonomi, lahan pertanian mulai ditinggalkan, sistem
pabrik menggantikan proses pengelolaan di rumah tangga, revolusi industri juga dicirikan oleh berkembangnya arus modal yang berorientasi mencari
keuntungan yang besar disegala sektor kehidupan. Berkembangnya arus modal dengan oreantasi mengambil keuntungan
yang sebesar-besarnya menjadi titik pangkal lahirnya sistem ekonomi kapitalisme. Sistem kapitalisme di tandai dengan adanya keinginan agar
kepemilikan individu dalam sirkulasi ekonomi merupakan sesuatu yang harus di lestarikan serta dilindungi, salah satunya adalah kepemilikan individu
terhadap alat produksi serta sumber produksi tanah, pabrik, mesin, kekayaan alam, selain itu ekonomi kapitalisme di tandai dengan produksi di lakukan
bukan dalam konteks kegunaan tetapi untuk keuntungan semata. Kapitalisme
pun berkeinginan memberlakukan kebijakan ekonomi pasar, di mana setiap individu di perbolehkan membuat keputusan ekonomi sesuai dengan
kepentingan, pengalaman dan kemampuan. Ekonomi kapitalisme menjadi kian masif akibat terjadinya perubahan
kerangka teori ekonomi, adalah Adam Smith yang mempelopori perombakan teori ekonomi. Smith dengan pemikiran ekonominya berpendapat bahwa
“Barang konsumsi, bukan emas atau perak, adalah bentuk kekayaan yang terpenting. Dan produksi sebagai kunci
kemakmuran ekonomi. Smith juga berpendapat bahwa
pemerintah seharusnya tidak turut campur tangan dalam industri dan perdagangan karena regulasi pemerintah akan mempengaruhi
jalannya hukum-hukum ekonomi alamiah dan harmoni dalam kepentingan dalam alam. Kemakmuran suatu bangsa bagi Smith
bisa di tingkatkan dengan memberikan setiap orang kesempatan yang seluas-luasnya untuk memenuhi kepentingannya sendiri,
maka kemakmuran tertinggi bisa di capai dengan membiarkan alam bergerak menurut hukumnya sendiri kompetisi pasar
bebas.”
Untuk memperkuat ekonomi kapitalis Smith pun mempopulerkan sebuah teori dengan judul teori tangan yang tak kelihatan.
“Jika kita berusaha dan mengerjakan kebaikan bersama secara langsung, kita kerap kali gagal. Tetapi jika kita mengerjakannya
tidak secara langsung, oleh masing-masing mengejar kepentingan kita sendiri, cita -cita kita bisa tercapai.”
Dalam perjalanannya, kapitalisme menuai banyak kritik, kapitalisme menimbulkan berbagai persoalan di dalam kehidupan, dalam pandangan
kaum penolak kapitalisme, kapitalisme mempunyai dosa-dosa sosial-politik, diantaranya
1. Kapitalisme hanya melahirkan kelas sosial didalam masyarakat, karena berlakunya sistem kelas maka pertentangan serta konflik antar kelas sulit
untuk di hindari 2. Kapitalisme merusak watak manusia, karena dalam kapitalisme
tersimpan budaya individualistik, tamak, materialisme, konsumerisme, serta kompetisi yang tidak sehat, semua itu terjadi karena ingin meraih
keuntungan dan kekayaan 3. Kapitalisme adalah sistem dehumanisasi, hal ini terjadi karena dengan
sistem kapitalisme ternyata pengangguran serta kemiskinan makin tak terbendung
4. Ekonomi dengan kedaulatan pasar, merusak ekonomi kerakyatan, sehingga melahirkan kediktatoran pasar
Dampak dari berkembangnya ekonomi kapitalisme menimbulkan berbagai pemikiran alternatif dengan tujuan merombak sistem ekonomi
kapitalisme, adanya pemikiran serta konsep alternatif selain kapitalisme inilah yang menjadi titik pijak lahirnya sosialisme, oreantasi utama dari sosialisme
tidak lain adalah menghapuskan ekonomi kapitalisme dan mengubah dengan ekonomi sosialis. Dengan demikian kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
sosialisme merupakan respon kritis atas dominasi kapitalisme. Mengapa perlu konsep alternatif, karena kapitalisme identik dengan ketidak adilan. Dalam
kapitalisme buruh berkerja keras demi memenuhi kuota produksi namun imbalan upah dibawah standar, dalam kapitalisme keuntungan dari produksi
hanya di nikmati kaum pemilik produksi.
Untuk menggantikan ekonomi kapitalisme, para penganut sosialisme merumuskan konsep dasar sosialisme dengan rumusan sebagai berikut
1. Ekonomi di dasarkan atas kepemilikan bersama kerakyatan, dengan demikian hak milik dikurangi atau tidak ada sama sekali
2. Adanya distribusi kekayaan serta kesataraan kekuatan dan kesempatan 3. Setiap individu berkerja demi komunitas dan memberikan kontribusi
kebaikan bersama, dari dan oleh masing-masing untuk sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
4. Melestarikan sifat-sifat kemanusiaan sehingga tidak ada lagi distorsi tehadap sifat kemanusiaan seperti ketamakan dan kemiskinan, sehingga
manusia memiliki rasa kepedulian 5. Barang-barang dibagikan secara gratis
6. Produksi dilakukan atas dasar kegunaan bukan lagi atas dasar motif mencari keuntungan belaka
Dari uraian diatas, kita bisa mengambil sebuah gambaran umum bahwa ideologi sosialisme dalam bingkai ekonomi - politik adalah sebuah
ideologi yang berangkat dari kesadaran kemanusiaan, dari kesadaran tersebut kemudian melahirkan solidaritas sosial-politik. Solidaritas politik inilah yang
kemudian melahirkan sebuah cita-cita bahwa manusia harus terbebas dari praktik
eksploitasi ekonomi,
karena eskploitasi
ekonomi yang
mengatasnamakan keuntungan hanya akan membuat nilai-nilai suci kemanusian terkubur di dalam lubang yang mengatasnamakan keuntungan.
Selain itu sosialsme dapat diartikan sebagai ideologi yang menginginkan
pentingnya keadilan distribusi serta perlunya ada upaya politik dari negara untuk mencegah, mengurangi kepemilikan individu hingga pengusaan negara
dalam sektor industri yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Bila kapitalisme mengagungkan kepentingan pribadi, maka sosialisme
memuliakan kepentingan publik. Jika kapitalisme mendewakan kekayaan individu, maka sosialisme mengupayakan pemerataan kesejahteraan publik.
Jika kapitalisme mempraktikan eksploitasi terhadap alam dan manusia demi memberi keuntungan pada segelintir orang. Maka sosialisme mengupayakan
keharmonisan dengan alam dan martabat manusia. Jika kapitalisme memperkenankan konflik untuk berebut sumberdaya dan memaksa pihak yang
lemah untuk tunduk, Sosialisme berupaya memajukan perdamaian. Jika kapitalisme menghancurkan perikehidupan bertani dengan perampasan-
perampasan tanah. Sosialisme berusaha memajukan pertanian dengan melatih kaum tani bekerja dengan cara produksi yang modern dalam kemandirian dan
kebersamaan. Pendeknya, sosialisme berusaha membalik segala keburukan dan dampak kapitalisme
Sementara itu, dalam konteks etika sosial, ideologi sosialisme dapat dimaknai sebagai sebuah pandangan sosial yang mengkampanyekan,
memperjuangakan nilai-nilai kehidupan yakni solidaritas sosial, keadilan sosial sebagai basis nilai yang paling utama dalam setiap kehidupan manusia.
Kedua nilai tersebut solidaritas sosial dan keadilan sosial merupakan sumber serta falsafah sosial yang harus di tegakan dalam rangka mencegah disharmoni
sosial didalam kehidupan umat manusia.
B. Relasi Islam dan Sosialisme Ungkapan provokatif yang dikeluarkan Marx bahwa agama adalah
candu bagi masyarakat agaknya menjadi momentum bagi kita umat bergama untuk melakukan evaluasi terhadap pemahaman serta praktik keagamaan yang
kita jalankan. Evaluasi ini penting setidaknya untuk memberikan penjelasan terhadap Marx secara umum dan kepada mereka yang anti terhadap agama
karena adanya anggapan bahwa agama tidak memberikan kontribusi serta solusi yang signifikan serta nyata dalam menyelesaikan berbagai persoalan
kemanusian yang terjadi di dunia. Sebagai agama yang populer dengan ikon rahmatan lil ‘alamin, Islam
adalah agama yang memiliki konsep, tawaran serta solusi terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia. Sebagai contoh Islam dalam
Al Qur’an sering kali menduetkan kata sholat dengan zakat, iman dengan amal. Dari penjelasan tersebut kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa
Islam adalah agama yang sangat menyeimbangkan antara kesalehan sosial dengan kesalehan individual hubungan terhadap Tuhan serta hubungan
terhadap sesama manusia Dalam konteks relasi antara Islam dan sosialisme, memang bukanlah
sebuah pembahasan yang mudah untuk dibahas, hal ini terjadi karena adanya polemik pro dan kontra tentang relasi Islam dan sosialisme.
Ali Syari’ati tokoh intelektual asal Iran, memberikan gambaran bahwa Islam adalah agama sosialis. Syari’ati melukiskan bagaimana Islam sebagai
agama langit memiliki karakteristik sebagai agama sosialis, bagi Syari’ati
Islam bukanlah agama yang status quo, namun Islam adalah agama yang memiliki nuansa pembebasan. Dalam konteks sosiologi bagi syari’ati Islam
adalah agama yang berfungsi sebagai kekuatan serta inspirasi dalam melakukan revoluasi sosial dalam membebaskan masyarakat tertindas baik
secara kultural maupun politik. Syari’ati menegaskan bahwa Islam bukanlah agama yang hanya berbicara tentang aktifitas ritual dan fiqih yang tidak
menyinggung masalah politik terlebih masalah sosial kemasyarakatan. Islam bukan pula agama yang statis yang hanya membahas moral antara manusia
dengan penciptanya. Selain Islam sebagai agama pembebasan, Syari’ati pun menegaskan
bahwa masyarakat Islam yang paling ideal adalah masyarakat tanpa kelas. Bagi Syari’ati Islam menuntut tercipta sebuah tatanan sosial masyarakat yang
berkeadilan, sebuah gerakan yang membebaskan manusia dari praktik diskriminasi manusia atas dasar ras, kelas, keturunan serta harta kekayaan.
Oleh karenanya setiap muslim bagi Syari’ati wajib memperjuangkan masyarakat egaliter yang bebas dari praktik diskrimiasi sosial dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang egaliter dimana masyarakat mampu menikmati segala hak-hak yang memang menjadi hak setiap manusia. Untuk
mempopulerkan pemikirannya, Ali Syari’ati menegaskan bahwa praktik eksploitasi,
ketidakadilan, penindasan
serta pemerkosaan
nilai-nilai kemanusiaan merupakan sebuah bentuk kemusyrikan.
Dalam konteks ekonomi Syari’ati menegaskan bahwa sistem ekononomi Islam adalah sistem yang menuntut pemenuhan kebutuhan
manusia secara merata. Asumsi yang di bangun Syari’ati adalah asumsi yang berdasarkan praktik kebijakan yang dilakukan oleh Ali Bin Abi Tholib
khalifah keempat Islam. Ali memberikan gaji kepada pejabat serta pekerja secara merata, gaji yang sama kepada semua kelompok masyarakat baik tokoh
politik, perwira serta pekerja. Persamaan hak bagi Syari’ati adalah ruh ekonomi Islam bahkan harus terpenuhi ketika berbicara tentang aspek
ekonomi Islam. Keadilan bagi Syari’ati bukan hanya semata-mata prinsip agama namun sumber semangat serta nilai yang mengatur seluruh aspek
ajaran Islam. Sedangkan sebagai basis teologis, Ali Syari’ati dalam menguatkan
pemikirannya tentang relasi sosialisme dengan Islam, yakni melakukan refleksi tentang kisah-kisah umat yang tertuang di dalam al-Qur’an. Syari’ati
melakukan refleksi terhadap ayat-ayat al-Qur’an dengan memberikan penjelasan bahwa didalam al-Qur’an telah menggambarkan dua klasifikasi
kelompok sosial. Karaketeristik kedua kelompok sosial tersebut saling bertentang satu dengan yang lainnya. Syari’ati secara garis besar
mengklasifikasikan dua kelompok tersebut yakni kelompk penindas zalimun dan kelompok tertindas mustadh’afin. Kelompok penindas terdiri dari
bebarapa unsur kelompok yang memiliki kekuasaan serta kekuatan di dalam masyarakat yakni kelompk mala’, yaitu golongan bangsawan dan aristokrat,
serta kelompok mutraf yaitu kelompok orang-orang kaya pemilik modal.
Sedangkan kelompok tertindas adalah kelompok kaum lemah dan teraniaya kelompok Habil.
Syari’ati menyimpulkan bahwa wahyu pertama al-Qur’an tidak pernah memberikan dukungan terhadap penguasa melainkan menentang penguasa
tersebut. Ia mencontohkan nabi Ibrahim berperang melawan Namruj, Musa berperang melawan Fira’un yang terkenal kejam, otoriter dan menindas dalam
memerintah. Nabi Isa yang bukan dalam kalangan bangsawan muncul menentang kekuasaan Romawi yang dominatif. Nabi Muhammad yang
seorang pengembala dan yatim-piatu berjuang mementang sistem eksploitatif- kapitalis masyarakat arab. Ali Syari’ati meyakini bahwa al-Qur’an di turunkan
kepada nabi dan rasul untuk membebaskan umat manusia dari praktik kesewenag-wenangan, penindasan serta ukuran status sosial berdasarkan atas
ras, status sosial dan kekayaan. Selain itu al-Qur’an menurut Syari’ati juga di turunkan untuk membebaskan kebodohan dan keterbelakangan sosial.
Untuk memperkuat pemikiran relasi antara sosialisme dengan Islam, Syari’ati pun melakukan refleksi tentang fungsi kenabian. Dalam
pandangannya, nabi di utus kebumi sesungguhnya memiliki misi kemanusiaan. Baginya, nabi di utus kebumi untuk melakukan proses revolusi
sosial yang bersifat permanen dengan oreantasi revoluasi yakni menegakan keadilan, persaudaraan kemanusiaan serta memperjuangkan masyarakat tanpa
kelas, dimana sumber produksi harus berdampak pada kesejahteraan umat manusia sehingga sumber produksi harus menjadi milik bersama. Selain itu
Syariati menegaskan bahwa para nabi yang di beri mandat untuk melakukan
perubahan struktur sosial seperti Musa, Isa, Muhammad justru berasal dari kelompok masyarakat bawah bukan dari kelompok pemilik modal apalagi
kaum bangsawan. Sayyid Qutub yang merupakan juru bicara Ikwanul Muslimin Mesir
menegaskan bahwa antara sosialisme versi barat memang memiliki persamaan dengan Islam sebagai sebuah agama, namun sosialisme barat adalah sebuah
prodak kebudayaan jahiliyah yang sangat sekuler. Oleh karena itu antara sosialisme barat dengan Islam tidak mungkin disenergikan. Sayyid Qutub
berpendapat sosialisme barat memang mengutamakan kesejateraan namun mengabaikan nilai-nilai spritual.
Hasan Hanafi mempopulerkan Islam kiri sebagai respon atas dominasi kapitalisme serta imperialisme budaya, politik, ekonomi barat terhadap negara
dunia ke tiga yakni dunia Islam. Hassan Hanafi menjadikan basis Islam kiri dengan mengacu pada karakteristik wahyu al-Qur’an, bagi Hanafi wahyu yang
di turunkan Tuhan tidaklah bersifat statis. Wahyu yang di turunkan oleh Tuhan adalah berisi spirit pembebasan serta perubahan sosial bagi masyarkat
bawah, melestarikan nilai-nilai kemanusiaan serta membela kepentingan orang banyak. Selanjutnya Hassan Hanafi menegaskan bahwa Islam adalah protes,
oposisi serta revoluasi. Hassan Hanafi menafsirkan Islam kekuatan perubahan sosial dengan multi tafsir. Pertama, Islam sebagai sumber ketundukan
terhadap elit politik dan penguasa kelas atas. Kedua, Islam sebagai revolusi, yang di berlakukan serta di perjuangkan oleh kelompok kelas yang memiliki
kekuasaan serta kelompok miskin. Jikalau Islam ditafsir sebagai kekuatan anti status quo
, maka Islam harus di tafsirkan sebagai agama perlawanan. Asgar Ali membangun kerangka konsepsi relasi sosialisme dengan
Islam dengan memaparkan beberapa teks ayat-ayat al-Qur’an yang menegaskan bahwa Islam merupakan agama yang menyatakan perang
terhadap kapitalisme yakni dengan mengecam penimbunan harta benda yang tidak di sisihkan kepada kaum fakir - miskin, anak yatim, janda.. Dengan
demikian al-Qur’an menurut Asgar tidak ingin harta kekayaan hanya terkosentrasi di tangan orang-orang kaya saja. Selain berbicara tentang
penentangan terhadap parktik menimbunan harta benda secara sepihak, al- Qur’an pun melegitimasi terhadap kaum tertindas unuk melakukan
perlawanan terhadap kaum penindas yang melakukan praktik penindasan. Asgar juga menjelaskan hadits nabi yang melarang praktik monopoli
kelebihan serta kepemilikan tanah. Nabi mengajarkan bahwa apabila memiliki kelebihan tanah maka pemilik tanah harus mendistribusikan kepemilikan
tanahnya kepada orang lain hal ini bertujuan agar orang lain bisa menggarap tanah tersebut dengan pembagian keuntungan yang bervariatif mulai dari
sepertiga, seperempat atau setengah dari hasil panen. Dalam perspektif sejarah, Asgar pun menjelaskan bagaimana
Muhammad memberikan persetujuan terhadap orang miskin untuk melakukan perlawanan terhadap orang kaya yang mengakibatkan orang miskin kelaparan,
bahkan Muhammad memberikan gelar mujahid kepada orang miskin yang meninggal dalam perjuangannya merubah nasib agar terbebas dari kemiskinan
. Bahkan Muhammad pun melarang pembelian padi yang masih hijau oleh tengkulak karena hanya mengakibatkan kesengsaraan terhadap petani. Pada
era Khulafaurasyidin Asgar menjelaskan bagimana kisah Abu Dharr yang mengkritik khalifah Usman Bin Affan yang tidak memiliki sikap terhadap
praktik pengumpulan harta benda di tangan segelintar pejabat hingga keluarga besar Usman.
Asgar pun menguraikan pendapatnya tentang konsep kepemilikan dalam Islam, bagi Asgar bahwa konsepsi kepemilikan tidak bersifat absolut.
Sehingga Islam mengeluarkan konsep distribusi. Karena kepemilikian dalam Islam tidak bersifat absolut dan al-Qur’an menegaskan bahwa dalam harta
orang yang kaya terdapat harta orang miskin yang merupakan hak orang miskin, maka Asgar menyimpulkan bahwa zakat, infaq, shadaqoh, bukanlah
sekedar konsep amal yang berwatak ritual belaka namun mendistribusikan harta melalui zakat, infaq, shadaqoh merupakan spirit untuk menegakan
supremasi hak kaum miskin. Selain konsep zakat, infaq, shadaqoh adalah sebuah upaya untuk mencegah praktik eksploitasi antar sesama. Jikalau
supremasi hak ini tidak di jalankan maka kemiskinan akan sulit di hindari. Sedangkan kemiskinan adalah sesuatu yang dibenci oleh Islam karena
kemiskinan mendekatkan pada kekafiran. Beranjak dari beberapa uraian diatas, Asgar kemudian menafsirkan
bahwa yang di maksud riba dalam Islam adalah eksploitasi yakni mendapatkan harta kekayaan melalui praktik eksploitatif. Dan eksploitaif
dekat dengan penindasan, dan penindasan akan mengakibatkan kemiskinan struktural.
Sementara itu dalam konteks upaya membangun relasi antara Islam dan sosialisme di tanah air pun marak di lakukan. Bung Hatta, memberikan
sebuah analisa relasi antara Islam dan sosialisme, dengan menegaskan bahwa “Agama Islam memberontak terhadap budaya kapitalisme yang sangat
eksploitatif, menghisap dan menindas, yang menurunkan derajat kemanusiaan, yang membawa sistem lebih jahat dari sistim
perbudakan dari pada feodalisme.”
Dari asumsi yang dikeluarkan oleh Hatta, ia mencoba memberikan gambaran bahwa manusia di bumi ini harus memiliki etika dalam pengelolaan
bumi, segela kekayaan yang ada di bumi adalah sesuatu yang harus bisa di nikmati oleh semua orang, mengingat segala yang ada di bumi kepunyaan
Allah yang di amanatkan kepada manusia untuk kemakmuran seluruh manusia bukan untuk segelintir manusia.
Masih dalam konteks dialektika relasi Islam dan sosialsime di Indonesia, Tjokroaminoto menegaskan bahwa sosialisme Islam lebih tua
ketimbang sosialisme barat, hal ini bisa dilacak dari sosialisme yang di praktikan oleh nabi Muhammad. Muhammad sebagai nabi telah mempraktikan
sosialisme Islam dalam bingkai sosialisme industri serta sosialisme negara. Pembebasan Bilal sebagai budak merupakan bentuk sosialisme Islam dalam
konteks sosialisme industri. Sebelum Islam datang budak merupakan manusia yang menjadi korban eksploitatif, dengan datangnya Islam perilaku terhadap
buruh di rubah. Budak merupakan manusia yang berhak mendapatkan kesejahteraan dari keuntungan pemilik modal.
Selain sosialisme industri, Muhammad pun mempraktikan bagaimana sosialisme negara. Ketika nabi memimpin segala sesuatu di kelola oleh negara
mulai dari tanah, hingga pengelolaan keuangan, semua dikelola oleh negara dan di distribusikan untuk kesejahtraan manusia.
C. Sosialisme Islam Membahas tentang sosialisme Islam, maka pertanyaan fundamental
yang perlu dijelaskan adalah apakah sosialisme Islam memiliki kerangka konsep berbasis pada ajaran yang termuat dalam al-Qur’an dan hadits ataukah
murni berbasis pada ajaran falsafah materialisme sebagaimana yang berkembang di Barat. Pertanyaan berikutnya adalah bagimanakah konsep
sosialisme Islam. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka kita perlu menelusuri salah satu karakteristik agama Islam. Sebagai agama rahmat untuk
semesta alam, Islam bukanlah agama yang memihak diantara dua kubu ekstrim yang selalu berkonfrontasi yakni kiri dan kanan. Namun Islam adalah
agama yang berada pada posisi tengah tidak terjabak pada titik kiri maupun pada titik kanan.
Mutawwali Sya’rawi menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang memberikan ruang pada manusia untuk memenuhi fitrah manusia yakni
kepemilikan harta benda atau kekayaan. Namun cara mendapatkan harta atau kekayaan, Islam memberikan rambu-rambu dengan tujuan tidak merugikan
orang banyak. Mutawwali menegaskan bahwa pelarangan kepemilikan harta benda dan kekayaan secara otomatis akan membunuh fitrah manusia serta
mengharamkan cita-cita individu manusia. Mutawwali juga menegaskan bahwa dalam konsep harta dalam Islam
sesungguhnya memiliki dimensi sosial-kemanusiaan. Dalam kepemilikan harta Islam tidak hanya berbicara materi semata namun dibumbui pula nilai-
nilai persaudaraan. Konsep persaudaraan dalam harta dalam pandangan Islam dapat ditelaah dari ajaran Islam menyangkut distribusi harta kepada manusia
yang tidak mempunyai harta, dengan demikian manusia yang tidak memiliki harta bisa menikmati kebahagian dari harta yang disisihkan oleh yang
memiliki harta berlebih. Selain itu, salah satu karakteristik sosialisme Islam adalah ada sebuah
pengakuan tauhid tentang siapa sesungguhnya yang berkuasa dimuka bumi ini. Dengan demikian sosialisme Islam tidak memandang manusia sebagai
pengusa tunggal atau bersifat absolut di muka bumi. Dengan demikian manusia wajib tunduk atas berbagai aturan yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Selain itu sosialisme Islam dalam perjuangannya melibatkan etik agama serta pesan-pesan Ilahiah.
Sementara itu, Gamal Abdul Nasser memformulasikan sosialisme Islam sebagai konsep bukan untuk bertujuan menghapus perbedaan kelas
namun menciptakan kondisi sosial dimana kelompok antar kelas dapat hidup secara damai, serta menjalankan fungsinya masing-masing, tanpa ada praktik
saling mendominasi dan pemerasan. Hal tesebut menurut Nasser karena Islam adalah agama yang menganjurkan keadilan dan persamaan antar manusia.
Sosialisme Islam berkembang pertama kali di Timur Tengah. Perkembangan sosialisme Islam tidak terlepas dari adanya konflik ideologis
antara blok barat kapitalisme, dengan blok timur komunis. Sosialisme Islam pertama kali dipelopori oleh Gamal Abdul Nasser yang mengadopsi
teori imperialisme Marx. Selain faktor tersebut, Sosialisme Mesir pun terjadi akibat runtuhnya Republik Persatuan Dunia Arab pada Tahun 1961. Salah satu
program sosialisme Nasser adalah menghapuskan perbedaan kelas serta melindungi dan memenuhi kebutuhan dasar kelompok kelas tertindas. Dengan
membatasi kepemilikan perorangan. Dengan kebijakan pembatasan jumlah kepemilikan tanah. Bila ada individu yang kepemilikan tanahnya melebihi dari
ketetapan yang telah ditentukan oleh pemerintah, maka tanah tersebut di bagikan kepada orang miskin, kaum miskin kemudian mendapatkan jatah
kepemilikan sebesar lima hektar. Pun demikian halnya dengan sektor pertanian. Selain itu Naser pun melakukan kebijakan subsidi anggaran dengan
tujuan harga kebutuhan pokok bisa di jangkau masyarakat. Nasser melakukan kebijakan penguasaan negara terhadap seluruh kekayaan dengan tujuan
keadilan distribusi kepada rakyat. Singkat kata dengan sosialisme Nasser menginginkan Mesir sebagai negara yang melindungi hak-kak kaum fakir-
miskin, melarang penumpukan kekayaan secara sepihak serta membangun budaya tolong menolong antar individu.
Untuk mengkaji lebih dalam sosialisme Islam, kita bisa menelaah beberapa ayat al-Qur’an yang memiliki keterkaitan spirit dengan sosialisme.
Secara garis besar sosialisme adalah faham yang sangat menitik beratkan penegakan keadilan sosial untuk mereka yang tertindas karena adanya sistem
yang melahirkan ketidakadilan. Keadilan dalam Islam merupakan salah satu nilai pokok yang sangat di hormati serta dijunjung tinggi bahkan sangat
dianjurkan untuk menegakannya, al-Qur’an Surat al-Maidah5: 8 menyatakan : “ Berlakulah adil, dan itu lebih dekat kepada taqwa
” Tak cukup sampai di situ, menegakan keadilan merupakan perintah
yang harus di laksanakan, selain itu menegakan keadilan merupakan perbuatan yang akan mendekatkan kepada Sang Pencipta, hal tersebut dikemukakan al-
Qur’an Surat al-‘Araf7: 29 “Katakanlah : Tuhanku memerintahkan supaya kamu berbuat adil.”
Perintah adil merupakan perbutan yang dekat dengan Tuhan dijelaskan dalam Surat al-Hujurat49: 9
“Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil.” Dari uraian ayat al-Qur’an, kita bisa mengambil sebuah kesimpulan
bahwa taqwa sebagai manifestasi religius terhadap Sang Pencipta tidak hanya berdimensi ibadah ritual saja tetapi taqwa pun mencakup dimensi
kemanusiaan yakni menegakan keadilan sosial Karakter sosialisme Islam adalah berikutnya adalah menentang keras
praktik pengumpulan harta kekayaaan secara sepihak di tangan segelintir orang monopoli tanpa ada tanggung jawab sosial dalam bentuk
pendistribusian kekayaan kepada mereka yang kurang beruntung secara material. Sosialisme Islam pun berbicara perihal penentangan terhadap praktik
pengumpulan kekayaan dengan cara-cara eksploitatif. Sebagai kitab kemanusiaan al-Qur’an menggambar bagaimana komitmen Islam tentang
distrubsi kekayaan, selain itu al-Qur’an pun melakukan kecaman terhadap praktik eksploitasi pengumpulan harta benda melalui cara-cara yang bersifat
ekspolitatif riba. Al-Qur’an pun menggambarkan pula hukuman apa yang di terima manusia yang enggan berbagi dengan harta yang di miliknya. Terkait
dengan distrubusi kekayaan al-Qur’an Surat Adzariyat51:19 menjelaskan “Dan pada harta-harta mereka ada hak orang miskin yang meminta
dan orang miksin yang tidak mendapatkan bagiannya.” Kemudian al-Qur’an pun memberikan peringatan serta kecaman
terhadap manusia yang enggan melakukan distrubsi kekayaan, hal tersebut dijelaskan dalam al-Qura’an Surat at-Taubah9 : 34
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya dijalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka
siksa yang pedih.”
Sedangakan terkait dengan komitmen Islam terhadap larangan mempraktikan ekonomi eksploitatif riba, tercantun dalam al-Qur’an Surat al-
Baqaroh 2 :278-279 “Hai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berikanlah
sisa riba yang belum di ambil jika kamu sungguh-sunguh beriman.” “Dan jika kamu mengadakan riba, ketahuilah, Allah dan Rasul Nya
akan memerangi kamu. Tetapi jika kamu bertaubat, maka bagimulah harta yang pokok itu. Tiada kamu menganiaya dan tiada kamu di
aniayai.”
Komitmen Islam terhadap penolakan praktik ekomomi kapitalis yang cenderung eksploitatif serta anti terhadap distibusi kekayaan secara sepihak
memiliki tiga unsur ruang lingkup penolakan yang terdiri dari peringatan, larangan bahkan hingga ancaman hukuman. Komitmen Islam terhadap
larangan praktik penimbunan harta ditegaskan kembali dalam al-Qur’an Surat al-Humazah104: 1-7
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat dan pencela. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung nya. Dia mengira
bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak, sesunguhnya dia akan di lemparkan kedalam hutomah. Dan tahukah
kamu apakah hutomah itu. Yaitu api yang disediakan Allah yang di nyalahkan. Yang membakar sampai kehati. ”
Sosialisme Islam pun memiliki komitmen kemanusiaan yakni keberpihakan yang cukup kuat terhadap mereka yang tertindas mustadh’afin.
Komitmen tersebut keberpihkan terhadap kaum yang tertindas dapat di jumpai dalam al-Qur’an Surat Annisa 4 : 75
“Mengapa kamu tidak mau berjuang dijalan Allah dan membela orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita, maupun anak-
anak yang semua berdo’a” Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya dan berilah kami penolong dari
sisi Engkau.”
Selain itu al-Qur’an pun banyak menceritakan kisah para Rasul yang di utus kebumi dengan misi melakukan pembebasan terhadap umat manusia yang
di perlakukan semena-mena baik oleh penguasa maupun oleh individu yang memiliki kekuasaan. Sebagai salah satu contoh bagimana kisah nabi Musa
melakukan pembelaan terhadap kaum Bani Israil yang ditindas oleh Fir’aun. Kekejaman Fir’aun digambarkan dalam al-Qur’an Surat al-Qashash 28: 4
“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah, dengan menindas
segolangan dari mereka, menyembelih anak laki-laki dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesunggunya Fir’aun telah
berbuat kerusakan.”
Ketika praktik penindasan Fir’aun kian merajalela, maka nabi Musa pun di utus oleh Allah. Perintah tersebut di abadikan di dalam al-Qur’an Surat
asy Syu’araa26 : 10
“ Dan ingatlah ketika Tuhanmu menyeru Musa, datangailah kaum yang zalim itu.”
Al-Qur’an pun banyak memberikan penjelasan bahwa di turunkannya nabi dan atau rasul ke bumi bukan hanya untuk melakukan perintah
menyembah Allah namun nabi dan rasul diutus ke bumi untuk mencegah serta menghilangkan praktik penindasan yang mengakibatkan kesengsaraan bagi
umat manusia di muka bumi. Komitmen kemanusiaan Islam terhadap kaum tertindas kemudian di tindak lanjuti dengan menyatakan bahwa kaum tertindas
sebagai pewaris bumi. Komitmen tersebut dapat dilihat dalam Surat al- Qashash 28 : 5
“Dan kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas dibumi Mesir itu dan hendak menjadikan mereka
menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi.”
Dari eksplorasi diatas kita bisa mendapatkan gambaran bahwa sosialisme Islam memiliki kesamaan spirit karakter dengan sosialisme barat,
namun yang penting untuk dicatat bahwa sosialsme Islam bukan di dasarkan atas pendekatan materialisme semata namun sosialisme Islam adalah
sosialisme yang berdasarkan nilai-nilai ketauhidan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa bagi umat Islam menegakan dan mempraktikan sosialisme
adalah perintah yang di anjurkan oleh Tuhan dengan dasar kitab suci. Dengan demikian sosolisme Islam adalah sosialisme barat yang dibumbui iman.
Namun diantara persamaan antara Islam dan sosialisme barat, ternyata memiliki perbedaan antara sosialisme Islam dengan sosialisme barat.
Jikalau sosialisme barat menentang kepemilikan kekayaan secara individu, berbeda dengan Islam. Kepemilikan kekayaan individu di dalam
Islam justru mendapatkan pembenaran diperbolehkan tetapi Islam pun mengingatkan cara mendapatkan kekayaan harus jauh dari praktik tercela yang
mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Al –Qur’an Surat al-Baqaroh2 : 188 memberikan larangan mendapatkan harta melalui jalan kebatilan
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil, dan jangnlah kamu membawa
urusan harta itu kepada hakim suapaya kamu dapat memakan sebagian dari pada harta orang lain dengan jalan berbuat dosa,
padahal kamu mengetahui.”
Komitmen Islam terhadap larangan mendapatkan harta dari harta yang bukan menjadi hak sertiap manusia juga di pertegas oleh al-Qur’an Surat
Annisa4 : 2 “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim yang sudah baligh harta
mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu memakan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhya
tindakan-tindakan tersebut adalah dosa yang besar.”
Selain dua point tersebut, al-Qur’an pun memberikan nasehat agar penggunaan harta di gunakan secara proporsional, anjuran tersebut tertera
dalam Surat Thaha20 : 81 “Makanlah diantara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepada
mu, dan janganlah kamu melampui batas yang menyebabkan kemurkaan Ku menimpa mu.”
Namun agar keadilan distribusi kekayaan tetap terlaksana, Islam pun mengeluarkan konsep zakat, infaq dan shodaqoh terhadap mereka yang
kekurangan secara materi, sehingga orang yang tidak memiliki harta bisa menikmati kesejahteraan sosial. Dengan demikian di samping menghalalkan
kepemilikan harta secara individual Islam pun memberikan catatan agar kepemilikan harta setiap individu di dapatkan dengan cara yang tidak
membuat orang lain sengsara serta memakan korban akibat mendapat harta kekayaan. Dan yang tepenting pula bahwa dalam Islam kaum pemilik modal
atau mereka yang memiliki harta bukanlah musuh seperti dalam bayangan komunis. Islam menempatkan kaum pemilik modal dengan kekayaannya
adalah kelompok yang belum memiliki kesadaran untuk mendistribusikan kekayaan, untuk membangun kesadaran pemilik modal dan pemilik harta harta
maka Islam menghadirkan konsep zakat. Perbedaan kedua antara sosialisme barat dengan Islam adalah jikalau
sosialisme barat lebih mementingkan kaum buruh dan atau pekerja sebagai sasaran menegakan keadilan, tidak halnya dengan Islam. Bagi Islam mencegah
praktik ketidakadilan berlaku universal terhadap seluruh manusia tanpa memandang perbedaan kelompok masyarakat.
Perbedaan berikutnya antara sosialisme barat dengan Islam adalah cara menempuh perjuangan dalam mewujudkan cita-cita serta cara menyelesaikan
masalah. Sosialisme-komunis dalam memperjungkan cita-cita seringkali mengedepankan cara-cara kekerasan yang acap kali berakhir dengan
mengeluarkan darah. Lain halnya dengan Islam, Islam lebih mengedepankan
cara-cara persuasif yakni dialog musyawarah serta dengan cara-cara anti kekerasan perdamaian. Dialog musywarah adalah salah satu nilai yaang di
kampanyekan serta di serukan oleh Islam, al-Qur’an Surat Ali ‘Imran 2 : 159 dan Surat asy- Syuura 42 : 38.
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauh dari kamu. Karena itu maafkanlah mereka mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarah lah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada Nya.”
“Dan bagi orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan sholat, sedang urusan meraka diputuskan dengan
musyawarah antara meraka, dan mereka menafkahkan sebagain rezeki dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
Sedangkan terkait dengan budaya damai serta santun didalam kehidupan manusia di jelaskan didalam al-Qur’an Surat an-Nahl 16: 125.
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhan mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalan Nya dan Dia lah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.”
Secara garis besar sosialisme Islam dapat diartikan sosialisme yang di dasarakan atas perintah Tuhan yang tertuang di dalam kitab suci al-Qur’an
sosialisme Qur’ani, sosialisme di praktikan sebagai wujud ketaqwaan terhadap perintah Tuhan bukan semata motif ekonomi materialisme. Selain
itu sosialisme Islam adalah sosialisme yang santun tanpa kekerasan serta pertumpahan darah, sosialisisme Islam pun sosialisme moderat yakni menolak
sistem kapitalisme yang eksploitatif anti terhadap distribusi kekayaan namun memberikan jaminan kepemilikan kekayaan secara individu dengan catatan
khusus yakni kekayaan yang didapatkan bukan dari praktik eksploitatif serta merugikan orang banyak dan mewajibkan distrubusi kekayaan melalui zakat,
infaq dan shodaqoh.
BAB IV SOSIALISME AHMAD DAHLAN