Akar Sosialisme SOSIALISME AHMAD DAHLAN

BAB IV SOSIALISME AHMAD DAHLAN

A. Akar Sosialisme

Sebagai pengantar dalam membahas sosialisme Ahmad Dahlan, maka terlebih dahulu kita perlu menelaah apa yang menjadi motivasi Ahmad Dahlan dalam melakukan aktifitas sosial pembelaan terhadap masyarakat yang membuat namanya terukir indah dalam catatan sejarah perjalanan bangsa. Pemetaan terhadap motivasi Ahmad Dahlan merupakan titik pangkal dalam memahami sosialisme yang dipraktikan serta digagas oleh Ahmad Dahlan Secara garis besar yang dimaksud dengan akar sosialisme Ahmad Dahlan adalah gagasan dasar yang menjadi landasan berfikir sosialisme Ahmad Dahlan. Pada bab ini akan di uraikan empat kerangka fondasi yang menjadi basis pemikiran sosialisme Ahmad Dahlan. Pertama, renungan tentang kematian. Kedua, renungan tentang pendusta agama. Ketiga renungan tentang distribusi harta benda. Keempat, etika welas asih Berbicara tentang kematian bagi sebagian orang adalah isu yang kurang menarik serta seksi, namun tidak demikian bagi Ahmad Dahlan. Bagi Dahlan merenungkan tentang kematian adalah sebuah renungan tentang kemanusiaan serta renungan tentang aktifitas sosial amal shaleh. Meninggalkan dunia namun tanpa ada bekal yang dibawa bagi Ahmad Dahlan adalah sesuatu yang berbahaya. Bahaya yang di maksud Ahmad Dahlan adalah apabila manusia telah di jemput maut namun tidak memiliki bekal amal saleh adalah sebuah kecelakaan. Bekal yang membuat manusia terhindar dari bahaya maut adalah amal saleh selama hidup di dunia. Sebagai seorang tokoh agama, Dahlan sering kali mengingatkan teman serta dirinya sendiri tentang apa yang harus di perhatikan sebelum maut menjemput manusia. Dahlan sering kali mengingatkan rekan serta dirinya tentang kematian dalam rangkaian sebuah renungan “Bermacam-macam corak ragamnya mereka mengajukan pertanyaan soal-soal agama. Tetapi tidak ada satu pun yang mengajukan pertanyaan demikian, harus bagaimanakah supaya diriku selamat dari api neraka?, harus mengerjakan perintah apa?, beramal apa?, menjauhi dan meningggalkan apa?”. 43 Selain renungan tersebut, Ahmad Dahlan pun menulis bahan renungan tentang kematian yang ia tulis dalam papan tulis dan menjadi sebuah renungan pribadi, renungan pribadi tersebut berisi “Hai Dahlan, coba bayangkanlah seolah-seolah badanmu sendiri hanya berhadapan dengan Allah saja, dan di hadapanmu ada bahaya maut, peradilan, hisab atau pemeriksaan, surga dan neraka. hitungan terakhir itulah yang akan menentukan nasibmu. Dan fikirkanlah, renungkanlah apa-apa yang mendekati engkau dari pada sesuatu yang ada di mukamu bahaya dan tinggalkanlah selain itu”. 44 Dua uraian renungan tentang kematian yang di lakukan oleh Ahmad Dahlan, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kematian yang menjadi bahan perenungannya adalah kematian yang berdimensi kemanusiaan. Bagi Ahmad Dahlan kehidupan dunia itu penting namun diantara perjalanan kehidupan duniawi janganlah melupakan kematian, dan kehidupan di dunia yang di warnai oleh kebaikan dengan menolong sesama manusia dalam kebaikan 43 KRH. Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan Tujuh Falsafah dan Tujuhbelas Kelompok Ayat Al-Qur’an Yogyakarta : Lembaga Pustaka dan Informsai PP Muhammadiyah, 2006, Cet. II, h. 11. 44 Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 10. merupakan modal serta bekal setelah kehidupan dunia berakhir manakala maut menjemput manusia. Setelah reunungan tentang kematian, faktor kedua yang menjadi basis pemikiran sosialisme Ahmad Dahlan adalah renungan tentang pendusta agama. Jikalau Marx menolak agama sebagai dasar perjuangan, jikalau peradaban barat ingin menyingkirkan agama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara namun Dahlan berfikir sebaliknya. Agama merupakan sumber motifasi serta sumber rujukan dalam melakukan perubahan sosial. Agama Islam merupakan agama yang berdiri diatas dua keseimbangan “memanjakan Tuhan” sekaligus “memanjakan manusia”. Dari konsep ke seimbangan antara kesalehan religius dengan kesalehan sosial menunjukan bahwa beragama haruslah beramal. Beramal berbuat kebajikan, tolong- menolong merupakan ruh serta inti dari ajaran agama, dengan demikian beragama adalah perpaduan iman dan amal. Terkait dengan renungan tentang pendusta agama, Dahlan terinspirasi dari surat al-Ma’un yang memberikan paparan bahwa pendusta agama adalah orang yang tidak menolong anak yatim dan orang miskin serta orang yang sholat tetapi sholat yang di kerjakannya tidak memiliki dampak sosial bagi umat manusia yang menderita. Penjabaran al-Qur’an tentang pendusta agama merupakan salah satu falsafah yang melahirkan aksi-aksi sosial yang dilakukan langsung oleh Ahmad Dahlan, pendusta agama pun ia tanamkan kepada para rekan serta muridnya untuk di fahami serta diamalkan lewat aksi- aksi kongkrit. Menanamkan kesadaran tentang perlunya komitmen melakukan aksi-aksi kongkrit berbasis falsafah pendusta agama bisa terlihat dari cara Ahmad Dahlan memberikan pemahaman tentang surat al-Ma’un kepada murid-muridnya dalam forum pengajian “Salah seorang murid bertanya, mengapa tidak ada tambahan pelajaran. Kemudian Ahmad Dahlan menjawab, apakah kamu sudah mengerti benar ?. Kemudian muridnya menjawab, kami sudah hafal semua. Dahlan kemudian mengajukan pertanyaan, kalau kamu sudah hafal apakah sudah kamu amalkan ?. Murid kemudian menjawab, bukankah surat al-Ma’un pun berulangkali kami baca untuk rangkapan al-Fatihah. Dahlan kemudian menjawab, Bukan itu yang saya maksud, di amalkan artinya di praktikan, di kerjakan. Rupanya saudara-saudara belum mengamalkan. Oleh karena itu, mulai pagi ini saudara-saudara agar berkeliling mencari orang miskin. Kalau sudah dapat, bawah pulang kerumahmu masing-masing. Berilah mereka mandi dengan sabun yang baik, berilah pakian yang bersih, berilah makan dan minum serta tempat tidur yang baik di rumahmu. Sekarang pengajian ditutup sampai saudara melakukan petunujuk-petunjuk saya tadi . 45 Tentang point pendusta agama, secara garis besar Dahlan ingin merubah pandangan tentang Islam yang di fahami pada zamannya. Islam yang di inginkan Ahmad Dahlan adalah Islam yang bukan hanya berbicara seputar ibadah ritual belaka, tetapi Islam adalah agama yang memiliki komitmen terhadap penderitaan manusia, dengan demikian Islam rahmatan lil alamin yang di gagas oleh Ahmad Dahlan adalah Islam yang memiliki kontribusi nyata serta kongkrit dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Di lain sisi, pendusta agama yang di renungkan oleh Ahmad Dahlan menjadi momentum pencegahan anggapan bahwa agama candu bagi kehidupan manusia Renungan ketiga yang menjadi basis pemikiran sosialisme Ahmad Dahlan adalah renungannya tentang manusia yang terbebas dari tahanan serta 45 Salam, K.H. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya, h. 60. penyembahan terhadap harta benda. Bagi Dahlan salah satu ciri orang yang beragama adalah orang yang terbebas dari keinginan menimbun harta benda. Harta benda merupakan bencana bagi orang beragama manakala harta yang dimiliki tidak dibagikan di distribusikan kepada mereka yang tidak memiliki harta kekayaan. Harta benda merupakan rezeki dari Allah yang harus disyukuri oleh manusia. Salah satu bentuk rasa syukur itu adalah dengan mendistribusikan harta yang di miliki di jalan Allah. Renungan tentang terbebas dari tahanan harta benda dapat di lihat tentang argumentasi Ahmad Dahlan tentang ciri orang beragama “Orang beragama ialah orang yang jiwanya menghadap kepada Allah dan berpaling dari lainnya. Bersih tidak dipengaruhi oleh lain-lainnya, hanya tertuju kepada Allah, tidak tertawan oleh kebendaan dan harta benda. Sikap ini di buktikan dan di lihat dari kesadaran menyerahkan harta benda dan dirinya kepada Allah”. 46 Komitmen terhadap jihad untuk mendistribusikan harta menjadi bagian dari kehidupan Ahmad Dahlan. Hal ini bisa terbaca dari ungkapan Ahmad Dahlan yang berbunyi “Sangat banyak orang meninggalkan amal shaleh seperti yang tersebut dalam al-Qur’an karena mementingkan kesenangan. Banyak juga umat Islam yang menjalankan amal shaleh tetapi mereka mementingkan amal yang sunnat, tidak memperhatiakn amal yang wajib, seperti berjihad mengorbankan harta benda dan jiwa dalam fiisabilillah. 47 Masih dalam konteks jihad menurut Ahmad Dahlan. Bagi Dahlan jikalau manusia hendak mendapatkan kebahagian didunia maka ia harus berusaha dengan sunguh-sungguh dalam urusan dunia. Pun demikian halnya dengan urusan akhirat. Jikalau manusia menginginkan surga, maka ia harus 46 Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 68. 47 Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 96. melakukan usaha dengan sungguh-sungguh, salah satu usaha untuk menggapai surga menurut Ahmad Dahlan adalah membela agama Allah dengan cara berjuang dengan mengorbankan jiwa, raga dan harta benda. Renungan tersebut diungkapan Ahmad Dahlan secara lengkap “Orang yang hendak mencari surga tentu tidak akan berhasil masuk surga apabila tidak berani berjihad, yaitu bersunguh-bersungguh dalam membela agama Allah dengan penuh pengorbanan jiwa, raga dan harta benda”. 48 Akar sosialisme berikutnya yang menjadi renungan serta menjadi basis akar sosialisme Ahmad Dahlan yakni etika welas asih cinta-kasih. Etika welas asih Ahamad Dahlan merupakan sekumpulan nilai-nilai cinta-kasih dalam kehidupan yang memiliki cakupan yang cukup luas diantaranya. Bahwa kebenaran dan kebaikan Islam adalah kebenaran dan kebaikan yang bermanfaat bagi orang lain, selanjutnya etika welah asih dicirikan dengan kesucian hati. Kesuciaan hati dipraktikan dengan ketulusan serta kesediaan menawan hawa nafsu duniawi, bersedia melakukan pengorbanan, memiliki komitmen tinggi dalam memperjuangkan kebaikan dan kebenaran. 49 Ketika etika welah asih yang menolak penumpukan modal serta sebagai sumber pijakan gerakan advokasi kaum tertindas yang kemudian diikuti oleh pelelangan harta pribadi Ahmad Dahlan untuk memperoleh dana perjuangan membuat dr Soetomo bersedia serta tertarik menjadi dokter di rumah sakit 48 Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 119. 49 Robert W. Hefner dan Sukidi Mulyadi, Api Pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan Yogyakarta : Multi Press, 2008, h. 107. Muhammadiyah sekaligus penasehat Muhammadiyah tanpa mendapatkan gaji. 50 Dari beberapa uraian diatas, terdapat pula sebuah renungan Ahmad Dahlan sebagai bentuk kritik terhadap pemimpin yang tidak mau menolong manusia yang lemah bahkan tidak jarang pemimpin melakukan aksi penindasan terhadap manusia yang lemah dan bodoh. Kritik tersebut, dapat terlihat dari renungan Ahmad Dahlan “Kebanyakan pemimpin-pemipin rakyat, belum berani mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk berusaha tertolongnya umat manusia dalam kebenaran. Malah pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan, memperalat, manusia yang bodoh-bodoh dan lemah” . 51 Selain empat akar sosialisme Ahmad Dahlan yang yang telah dijabarkan diatas, sosialisme Ahmad Dahlan juga mendapatkan momentum politik dengan diberlakukannya kebijakan politik etis yang dicanangkan oleh Belanda. Politik etis merupakan titik pangkal munculnya kesadaran berbangsa dan bernegara di kalangan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan ketika itu. Politik etis adalah politik yang bersifat dilematis bagi pemerintah Belanda. Adalah Van Deventer yang menjadi salah satu “pejuang” diberlakukannya politik etis Belanda. Bagi Van Deventer politik etis merupakan sesuatu yang wajar, mengingat kekayaan yang di miliki Indonesia telah memberikan kontribusi nyata bagi pendapatan kapaital pemerintah Belanda, oleh Van 50 Hefner dan Sukidi, Api Pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan, h. 11. 51 Hadjid, Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan, h. 28. Deventer politik etis di jabarkan dengan tiga program yakni edukasi, irigasi dan emigrasi. 52 Namun dalam perjalanannya, politik etis tidak bisa dinikmati oleh seluruh rakyat. Sebagai contoh dari penjabaran edukasi, pendidikan hanya bisa di nikmati oleh mereka yang memiliki kekayaan, selain itu pendidikan hanya bisa di nikmati oleh kalangan darah biru yang terdiri keluarga keraton yang kemudian memunculkan istilah priyayi. Dominasi kaum priyayi kemudian menjadi celah menjamurnya budaya feodal, di mana kaum priyayi yang terdiri anggota keluarga keraton, pegawai pemerintah Belanda adalah kelompok masyarakat yang harus di hormati serta di sanjung. Selain itu, politik etis juga belum bisa membebaskan rakyat dari eksploitasi ekonomi hal ini di sebabkan masih kuatnya ekonomi dengan sistem tanam paksa di mana petani di eksploitasi secara besar-besaran dalam rangka memenuhi kebutuhan dagang pemerintah Belanda. Dengan demikian politik etis juga memiliki motif politik yakni mempertahankan serta melanggengkan penjajahan yang di laksanakan oleh pemerintah Belanda, politik etis hanyalah startegi politik agar persepsi bahwa pemerintah Belanda adalah penjajah yang baik, karena memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat melalui kebijakan politik etis. Terlepas dari realisasi politik etis. Namun dalam konteks sejarah politik etis ikut memberikan kontribusi munculnya kebangkitan gerakan politik tanah air serta kebangkitan sumberdaya politik. 52 Mohammad Damami, Akar Gerakan Muhammadiyah, Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2000 h. 18.

B. Teologi Sosialisme