dari seluruh transaksi yag terjadi pada hari itu. Dokumen tertulis transaksi tersebut disimpan dalam gudang penyimpanan selama kurang lebih 30 tiga puluh tahun.
Selain dalam bentuk print out, data tersebut disimpan juga dalam floppy-disk
68
. Kalkulasi-kalkulasi atau analisa-analisa yang dibuat oleh komputer itu sendiri
melalui pengaplikasian softwere dan penerimaan informasi dari device lain seperti jam yang di built-in langsung dalam komputer atau remote sender. Bukti ini dinamakan
real evidence bukti nyata. Kemudian ada dokumen-dokumen data yang diproduksi oleh komputer yang merupakan salinan dari informasi yang diberikan oleh orang lain
kepada komputer. Bukti ini dinamakan hearsay evidence bukti yang berupa kabar dari orang lain. Selanjutnya ada infomasi yang mengkombinasikan antara bukti nyata
real evidence dengan informasi yang diberikan oleh manusia ke komputer dengan tujuan untuk membentuk sebuah data yang tergabung, yang dinamaan derived
evidence. Contohnya adalah tabel dalam kolom harian sebuah statement bank karena tabel ini diperoleh dari real evidence dan hearsay evidence. Buti-bukti tersebut
merupakan bukti khusus transaksi-trnsaksi elektronik.
69
D. Pembutian Dalam Penyelesaian Sengketa Perjanjian Penggunaan ATM
Pembutian dalam penggunaan ATM masih menjadi masalah penting yang masih diperdebatkan. ATM sebagai suatu fasilitas transfer yang menggunakan
teknologi elektronik merupakan salah satu dari sekian banyak jenis transaksi yang dilakuan secara elektronik, selain misalnya phonebanking, e-commerce, dan lain-lain.
Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang paperless document, sementara peraturan perundang-undangan di Indonesia masih mensyaratkan bukti tertulis sebagai alat bukti
yang sah. Transaksi yang dilakukan melalui ATM dapat disebut transaksi yang sama
sekali tidak mempunyai bukti tertulis, kecuali secarik receipt paper yang hanya berisi pendebetan yang telah dilakuan dan jumlah sisa saldo nasabah bank. Bagi nasabah
68
Wawancara dengan Merry Agustina, customer service Assistant of bank mandiri cabang sudirman pematang siantar , tanggal 19 April 2007,
69
M. Arsyad Sanusi, E-Commece Hukum dan solusinya, Bandung, Mizan, 2001, hlm. 97- 99
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
bank, bukti ini tentunya sangat minim, terutama apabila timbul masalah yang kemudian berkembang menjadi sengketa.
Sebenarnya Indonesia kini telah memiliki sejumlah undang-undang yang mengakui keberadaan dokumen elektronik, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1997 tentang Dokumen Perusahaan. Dalam bagian menimbang huruf f dikatakan bahwa “Kemajuan teknologi telah memungkinkan catatan dan dokumen yang dibuat
diatas kertas dialihkan ke dalam media elektronik atau dibuat secara langsung dalam media elektonik’. Dengan adanya Undang-Undang ini maka setidak-tidaknya suatu
dokumen elektronik tidak dapat ditolak semata-mata dengan alasan karena itu adalah dokumen elektronik.
70
Pasal 10 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan menyebutkan antara lain bahwa catatan yang berbentuk rekening, jumlah
transaksi harian dapat dibuat diatas kertas atau dalam sarana lainnya. Penjelasan pasal tersebut menyebutkan bahwa yang dimaksud sarana lainnya adalah alat bantu untuk
memproses pembuatan dokumen perusahaan yang sejak semula tidak dibuat diatas kertas, misalnya menggunakan pita magnetik atau disket.
Kemudian penjelasan Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan microfilm
adalah film yang memuat rekaman bahan tertulis, tercetak dan tergambar dalam ukuran yang sangat kecil. Media lainnya adalah alat penyimpan informasi yang bukan
kertas dan mempunyai tingkat pengamanan yang dapat menjamin keaslian dokumen yang dialihkan atau ditransformasikan, misalnya
Compact Disk-Read Only Memory CDROM dan Write Once Read Many WORM.
70
Frans Maamis, Elektrronik Document, http:www.geocities.comhtm.
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
Automatid Teller Machibes ATM yang merupakan salah satu dari EFTs adalah sistem transfer yang menggunakan sarana elektronik untuk memindahkan uang
tanpa menggunakan dokumen kertas, tetapi menggunakan sarana komputer dan elektronik. Jadi dokumen dalam praktek penggunaan ATM adalah dokumen yang
lain dialihkan ke media lainnya, sebagaimana yang dimaksud dalam penjelasan pasal tersebut diatas. Pasal 12 ayat 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang
Dokumen Perusahaan kemudian mensyaratkan: “Dalam hal dokumen perusahaan yang dialihkan kedalam microfilm atau media lainnya adalah naskah asli yang
mempunyai kekuatan pembuktian otentik dan masih mengandung kepentingan hukum tertentu, pimpinan perusahaan wajib tetap menyimpan naskah asli tersebut.”
Secara tidak langsung undang-undang tersebut menyebutkan bahwa dokumen yang merupakan naskah asli yang disimpan dalam mikrofilm atau media lainnya
mempunyai kekuatan pembuktian otentik. Karena itu segala bentuk record yang dibuat dalam transaksi melalui ATM, seperti jurnal rool, mempunyai kekuatan
pembuktian yang kuat. Untuk pengesahan alat bukti elektronik, Pasal 13 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan menyebutkan bahwa setiap pengalihan dokumen perusahaan sebagaimana dalam pasal 12 ayat 1 wajib dilegalisasi. Artinya
bahwa apabila dokumen perusahaan tersebut tidak dilegalisasi, maka dokumen hasil pengalihan tersebut secara hukum tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah.
Legalisasi menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan tersebut adalah tindakan pengesahan isi dokumen perusahaan
yang dialihkan atau ditranformasikan ke dalam mikro film atau media lainnya yang
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
menerangkan atau menyatakan bahwa isi dokumen perusahaan yang terkandung didalam mikrofilm atau media lain tersebut sesuai dengan naskah aslinya.
Sebenarnya untuk masalah data elektronik ini UNCRITAL model Low On Electronic Commerce telah memberikan patokan nilai bahwa data elektronik harus
diterima kevalidannya dan tidak dapat ditolak hanya semata-mata atas dasar pertimbangan bahwa ia dibuat dan ditransmisikan secara elektonik.
71
Pasal 6 ayat 1 UNCRITAL model Low On Electronic Commerce menyebutkan antara lain bahwa apabila hukum mensyaratkan bukti tertulis, bukti
“data message” dapat memenuhi persyaratan itu. Sedangkan pengertian “data message” diberikan dalam Pasal 2, yang mengartikan “data message” sebagai
informasi yang diterima atau disimpan secara elektronik, termasuk Electronic Data Interchange EDI. Electronic Data Interchange adalah transfer informasi secara
elektronik dari komputer ke komputer yang mempunyai standart penggunaan yang telah disepakati.
Ketentuan-ketentuan yang ada dalam UNCITRAL Model Low adalah bersifat tidak mengikat non binding, hanya saja dimaksudkan untuk menjadi petunjuk awal
pembuatan hukum e-commerce di negara-negara yang berkembang untuk membuatnya agar memiliki visi yang sama dan prinsip-prinsip dasar yang seragam.
72
Pembuktian dalam transaksi elektronik yang sifatnya paperless document tersebut dapat memenuhi persyaratan sebagai alat bukti yang sah dan mempunyai
kekuatan hukum yang kuat. Walaupun memungkinkan terjadinya manipulasi data secara elektonik, yang menjadi kelemahannya, namun manipulasi tersebut dapat saja
diantisipasi secara preventif baik dari segi teknik maupun dari segi hukum. Dari segi
71
M. Arsyad Sanusi, Op. cit,. hal. 97
72
Ibid, hal. 101
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
hukum misalnya dengan membuat peraturan yang memuat ketentuan hal-hal apa yang dapat dilakukan serta keputusan apa yang dapat diambil apabila terbukti telah
terjadi manipulasi data tersebut. Untuk itulah diperlukan adanya suatu badan atau lembaga independen yang dapat bertindak sebagai penyidik dalam sengketa transaksi
elektronik. Alat bukti yang dapat digunakan dalam transaksi elektronik adalah data
message yang memuat transaksi-transaksi yang telah dilakukan secara rinci. Khusus untuk penggunaan ATM, jurnal rool juga dapat memenuhi syarat sebagai alat bukti,
walaupun mempunyai keterbatasan, yaitu salah satunya tidak memuat identitas pelaku transaksi.
Pembuktian dalam penggunaan ATM ini sangat penting apabila terjadi sengketa. Sengketa dalam penggunaan ATM sampai saat ini masih terbatas pokok
permasalahannya. Penyelesaiannya dilakukan hanya antara bank dan nasabah yang bersangkutan saja dengan menggunakan prosedur bank, yang rata-rata memerlukan
waktu yang lama dan akhirnya membuat nasabah enggan meneruskan masalah tersebut. Selain itu faktor prosedur yang rumit dan berkesan tidak ada akhirnya juga
mempengaruhi nasabah. Sengketa penggunaa ATM memang berkisar antara lain mengenai rekening
yang terdebet sementara jumlah uang yang keluar tidak sesuai, salah dalam mentransfer, pengambilan uang yang tidak pernah dilakukan nasabah namun dalam
record dan rekening nasabah terbukti seseorang telah melakukan penarikan tunai atau pendebetan. Hal terakhir dapat memicu timbulnya sengketa yang panjang. Dalam
praktek, bank tidak mau bertanggungjawab apabila ini terjadi karena bank telah menyerahkan semua tanggungjawab atas penggunaan kartu ATM sejak bank
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
menyerahkan kartu tersebut kepada nasabah. Dilain pihak nasabah tidak dapat menerima pengurangan saldo rekeningnya akibat transaksi yang tidak pernah
dilakukan.
73
Apabila hal ini terjadi, keikutsertaan pihak ketiga untuk menyelesaikan masalah sangat diperlukan karena kedudukan nasabah bank sangat lemah. Posisi
nasabah yang tidak ikut serta dalam pembuatan klausul-klausul perjanjian penggunaan ATM sangat tidak terlindungi secara hukum.
Dilihat dari kedudukan nasabah yang tidak menguntungkan apabila terjadi suatu sengketa dalam rangka penggunaan ATM, untuk memperjelas dan melindungi
para pihak dalam perjanjian penggunaan ATM, diperlukan suatu sarana yang dapat memenuhi kepentingan dan rasa keadilan masing-masing pihak secara seimbang.
Misalnya dengan keberadaan suatu lembaga penyeleaian sengketa transaksi elektronik yang sifatnya perdata melalui arbritase atau penyelesaian sengketa
alternatif lainnya, dengan atau tanpa adanya pihak ketiga sebagai mediator. Apabila para pihak harus melalui lembaga peradilan, maka nasabah bank pengguna ATM yang
merasa dirugikan dapat langsung mengajukan gugatan ke pengadilan yang berwenang, dalam hal ini pengadilan niaga.
Untuk sengketa elektonik yang merugikan tindak pidana, hendaknya ada pihak yang mempunyai wewenang untuk mengadakan penyidikan sebagai mana dimaksud
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atas suatu sengketa transaksi elektronik dengan kemampuan hukum dan teknologi informasi yang memadai. Hal ini
disebabkan penyidikan terhadap transaksi elektronik tidak dapat dilakukan secara sederhana sebagaimana penyidikan atas suatu sengketa biasa. Pihak ini dapat
73
Wawancara dengan Merry Agustina, customer service Assistant of bank mandiri cabang sudirman pematang siantar , tanggal 19 April 2007,
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
berkoordinasi langsung dengan pihak kejaksaan sehingga sengketa elektronik yang terjadi dapat langsung ditangani oleh pengadilan yang berwenang berdasarkan hasil
penyidikan tersebut.
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
BAB III
TANGGUNG JAWAB BANK TERHADAP KERUGIAN YANG DIDERITA NASABAH BANK PENGGUNA ATM DALAM MELAKUKAN
TRANSAKSI
A. Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah Dalam Penggunaan ATM