Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah Dalam Penggunaan ATM

BAB III TANGGUNG JAWAB BANK TERHADAP KERUGIAN YANG DIDERITA NASABAH BANK PENGGUNA ATM DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI

A. Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah Dalam Penggunaan ATM

Hubungan antara bank dengan nasabah didasarkan pada dua unsur yang saling terkait, yaitu hukum dan kepercayaan suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat “percaya” untuk menempatkan uangnya, pada produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisir dana dari masyarakat untuk ditempatkan pada banknya, dan bank akan memberikan jasa-jasa perbankan. 74 1. Asas-Asas Hubungan Hukum Antara Bank Dan Nasabah Adapun asas-asas khusus dari hubungan hukum antara bank dan nasabah adalah sebagai berikut : 75 a. Hubungan Kepercayaan Fiduciary Relation Penjelasan Pasal 29 poin 5 Undang-Undang Perbankan menyebutan: “Mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat padanya.” Yang dimaksud kalimat tersebut adalah bahwa nasabah penyimpan dana dalam berhubungan dengan bank dalam rangka simpanannya pada bank itu dilandasi oleh kepercayaan bahwa bank tersebut akan berkemauan dan berkemampuan untuk membayarkan kembali simpanan nasabah penyimpan dana itu pada waktu ditagih. Dengan kata lain bahwa menurut Undang-Undang Perbankan hubungan antara bank dengan nasabah penyimpan dana bukan sekedar hubungan kontraktual biasa antara debitur dan kreditur yang diliputi oleh asas-asas umum dari hukum perjanjian, tetapi juga hubungan kepercayaan atau fiduciary relation yang diliputi asas kepercayaan. Konsekuensi dari pengakuan adanya fiduciary relation dari Undang-Undang Perbankan tersebut adalah bahwa bank tidak 74 Rony Sautama Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995, hal., 32 75 Sutan Remy Sjahdeini, Op. cit., hal 162-175 DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. boleh hanya memperhatikan kepentingannya sendiri semata-mata, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan nasabah penyimpan dana. b. Hubungan Kerahasiaan Confidential Relation Hubungan antara bank dan nasabah diliputi oleh ketentuan mengenai rahasia bank. Yang wajib dirahasiakan oleh pihak bank menurut pasal 40 Undang- Undang Perbankan adalah keadaan dari keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang mana wajib dirahasiakan bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan. c. Hubungan Kehati-hatian Prudential Relation Undang-Undang Perbankan yang mewajibkan bank untuk melakukan usahanya sesuai dengan prinsip kehati-hatian dihubungkan dengan kewajiban bank untuk tidak merugikan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Dalam hal penggunaan jasa ATM yang peraturannya dilaksanakan dengan menerapkan prinsip-prinsip hukum perjanjian yang terdapat dalam kitab Udang- Undang Hukum Perdata. Prinsip-prinsip itu antara lain: 1. Prinsip Konsensualitas Kesepakatan Prinsip ini diartikan sebagai suatu kesamaan kehendak dari para pihak untuk mengadakan hubungan hukum yang mengikat para pihak dalam segala konsekuensinya sejauh materi yang diatur dalam perjanjian itu. Dalam penggunaan jasa ATM, prinsip konsensualitas ini tercermin dari adanya formulir yang harus ditandatangani oleh nasabah. 2. Prinsip Openbaarheid Keterbukaan Dilihat dari prinsip-prinsip hubungan antara bank dengan nasabahnya maka bank dalam menjalankan usahanya tidak hanya bertindak untuk kepentingan bank sendiri, tapi juga harus memperhatikan kepentingan nasabah yang telah mempercayakan uang mereka kepada bank. Adanya hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan maka mewajibkan kedua belah pihak yang terkait untuk menjaga hubungan itu dengan itikat baik dan pelayanan yang sesuai dengan apa yang dijanjikan. DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. 2. Perjanjian Bank Dengan Nasabah Hubungan hukum antara bank dengan nasabah timbul dari perjanjian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak sebagai tanda kesepakatan. Segala hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu bank dan nasabah, didasarkan atas perjanjian yang mereka buat. Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. 76 Pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan : Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, atau karena undang-undang. Artinya bahwa persetujuan atau perjanjian merupakan salah satu sumber timbulnya suatu perikatan. Dasar hubungan hukum antara bank dengan nasabahnya adalah perjanjian yang merupakan perjanjian pembukaan rekening atau perjanjian mengenai hal yang merupakan pilihan nasabah untuk menggunakan salah satu jenis jasa pelayanan jasa perbankan lainnya. Perjanjian tersebut telah dibuat dalam bentuk tertulis yang dicetak dan berbentuk satu formulir, dimana perjanjian tersebut memuat ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang dibuat oleh salah satu pihak yaitu pihak bank. Dengan demikian nasabah hanya tinggal memilih untuk menerima atau menolak menggunakan jasa perbankan di bank tersebut. Nasabah tidak mempunyai kewenangan untuk 76 Subekti, Op. cit., hal. 1 DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. mengajukan syarat-syarat yang diinginkannya. Perjanjian ini disebut juga perjanjian standart atau perjanjian baku yang sifatnya “Take it or leave it”. 77 Perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya telah dibakukan dan dituangkan dalam suatu bentuk formulir. Dapat juga dikatakan bahwa perjanjian baku adalah suatu perjanjian yang berlaku dan akan mengikat antara pihak yang saling berkepentingan dan yang isinya dituangkan dalam suatu bentuk tertentu yang dijadikan tolak ukur oleh pihak yang satu tanpa membicarakan isinya terlebih dahulu dengan pihak yang lain, tetapi para pihak dianggap telah menyetujuinya 78 Adapun ciri-ciri perjanjian baku adalah : 1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisinya dapat lebih kuat. 2. Pihak yang menjadi debitur sama sekali tidak turut menentukan isi perjanjian. 3. Bentuknya tertulis. 4. telah terlebih dahulu dipersiapkan secara massal. 79 Walaupun demikian, suatu perjanjian yang dibuat antara bank dan nasabah tersebut tetap harus tunduk dan patuh pada ketentuan- ketentuan perjanjian pada umumnya dan sama sekali tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum serta kesusilaan. Syarat- syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata 80 harus terpenuhi agar perjanjian tersebut sah dan mengikat para pihak sebagai Undang-Undang. Penggunaan jasa ATM juga termasuk dalam perjanjian baku, sebagai mana umumnya hubungan hukum yang berlangsung antara masyarakat dengan perusahaan 77 Gunawan widjaja, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal. 53. 78 Mariam Darus Badrulzaman, op. cit., hal. 37 79 Sudaryanto, Hukum Dan Advokasi Konsumen, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 93. 80 Untuk sahnya perjanjian ada 4 syarat yang harus terpenuhi yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. sesuatuhal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal. DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. pengguna jasa, dalam hal ini antara nasabah dan bank. Syarat-syarat baku dari perjanjian itu dituang dalam suatu dokumen sebagai suatu kesepakatan para pihak. Perjanjian ini dipandang sebagai suatu kekuatan mengikat bagi para pihak tentang maksud dan tujuan mengadakan perjanjian serta sebagai jalan untuk mengantisipasi persoalan-persoalan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan perjanjian. Materi perjanjian pengguna jasa ATM ini pada umumnya berkisar pada masalah-masalah sebagai berikut: a. Kartu ATM adalah milik bank dan tidak dapat dipindahtangankan; b. Kartu ATM sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank; c. Penggunaan kartu ATM hanya untuk transaksi yang telah disepakati; d. Adanya kewajiban untuk merahasiakan PIN personal Identification number atau sandi pengenal. e. Bank tidak bertanggung jawab atas penggunaan kartu oleh orang lain; f. Kehilangan kartu harus dilaporkan pada bank dalam tenggang waktu tertentu; g. Bank diberikan kekuasaan untuk mendebetkan rekening pemegang kartu sejumlah penarikan kartu; h. Pemegang kartu tidak akan melakukan penarikan uang melalui saldonya; i. Bila terjadi hal-hal diluar kekuasaan bank, maka gagalnya transaksi keuangan dengan kartu bukan tanggung jawab bank; j. Pemegang kartu tunduk pada ketentuan-ketentuan bank, terutama mengenai sistim, tata cara kerja mesin dan lain-lain; k. Bank berhak untuk merubah ketentuan-ketentuan bank, maka gagalnya transaksi keuangan dengan kartu bukan tanggung jawab bank; l. Adanya kemungkinan untuk mengakhiri perjanjian; DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. m. Bank berhak untuk mengakhiri perjanjian dalam hal pemegang kartu lalai mentaati peraturan atau pemegang kartu pailit dan sejenisnya, atau pemegang kartu meninggal dunia; n. Pilihan Domisili. 81 Didalam penggunaan jasa ATM tentang berakhirnya perjanjian dihubungkan dengan pasal 1381 KUHPerdata 82 , ada dua cara berakhirnya perjanjian yang ditentukan dalam isi perjanjian tersebut. Cara yang pertama adalah berakhirnya perjanjian karena lampau waktu .Masa berlaku waktu ATM, adalah dua tahun sejak diterbitkannya oleh pihak bank. Jika perjanjian ini berakhir pada waktu yang telah ditentukan, hal ini merupakan alat untuk membebaskan para pihak dari ikatan perjanjian. Perpanjangan perjanjian tidak menutup untuk dilaksanakannya jika dikehendaki oleh para pihak, sekurang- kurangnya satu hari sebelum batas waktu yang ditetapkan sebagai akhir perjanjian. Perpanjangan perjanjian dapat dilakukan dengan menerbitkan kartu baru melalui pembuatan kembali suatu perjanjian baru. Jika batas waktu perjanjian berakhir, maka kartu harus dikembalikan kepada pihak bank selaku pemilik kartu untuk dimusnahkan. Cara kedua berakhirnya perjanjian dapat terjadi karena salah satu pihak membatalkan perjanjian. Dalam hal ini pembatalan dilakukan oleh pihak bank jika ternyata saldo nasabah telah dikategorikan dalam penabung pasif atau jumlah saldo telah nihil. Pembatalan ini dilakukan dengan cara menutup rekening nasabah, dengan atau tampa pemberitahuan terlebih dahulu. 81 Wawancara dengan Merry Agustina, customer service Assistant of bank mandiri cabang sudirman pematang siantar , tanggal 16 April 2007, berpedoman pada perjanjian baku yang telah ada. 82 Hapusnya perikatan karena: pembayaran, pembaharuan utang, kompensasi, percampuran utang, pembebasan utang, musnahnya barang yang terutang, pembatalan, dan karena lewatnya waktu. DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. Terhadap pembatalan yang dilakukan pihak bank, merujuk pada pasal 1319 KUHPerdata 83 , Pembatalan dapat dilakukan dengan mengesampingkan pasal 1266 KUHPerdata 84 dan pembatalan perjanjian dapat dilakukan secara sah meskipun tanpa putusan hakim. Akibat dari pembatalan ini pihak bank terlepas dari segala hak-hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian. 3. Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Hubungan Hukum Tanggung jawab timbul dari perikatan, baik yang berasal dari undang-undang maupun dari perjanjian. Dengan adanya perjanjian yang dibuat oleh para pihak, timbul hak dan kewajiban pada masing-masing pihak. Hak dan kewajiban para pihak ini erat kaitannya dengan masalah tanggung jawab. Mereka bertanggug jawab atas segala akibat yang ditimbulkan dari perjanjian yang telah dibuat. Tanggung jawab adalah mengenai kewajiban untuk menebus mengganti terhadap apa yang telah dilakukannya yang menimbulkan kerugian. Dasar pertanggungjawaban adalah kewajiban membayar ganti rugi atas tindakan yang menimbulkan kerugian, dan kewajiban untuk melaksanakan janji yang telah dibuat. Pertanggungjawaban harus didasarkan atas satu perbuatan, dan itu haruslah perbuatan alpa. Perbuatan kealpaan dan penyebab kerugian adalah unsurnya. 85 Orang bertanggung jawab terhadap kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan yang bertentangan dengan hukum dari orang lain, dan beberapa kejadian dalam mana orang bertanggung jawab terhadap kerugian yang diakibatkan oleh suatu keadaan. Hal ini disebut tanggung jawab kualitatif, yaitu orang bertanggung jawab karena orang itu memiliki suatu kualitas tertentu. Tanggung jawab menurut peraturan perundang- 83 Semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat didalam bab ini dan bab yang lalu. 84 Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan yang bertimbal balik. Manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian persetujan tidak batal demi hukum tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan didalam perjanjian. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, hakim adalah leluasan untuk menurut keadaannya, atas permintaan si tergugat, memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya, jangka waktu mana namun itu tidak boleh lebih dari satu bulan. 85 Roscoe Pound, Op. cit., hal. 90-99 DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. undangan ini adalah terlepas dari suatu perbuatan melawan hukum atau kesalahan dari orang yang dipertanggungjawabkan. 86 Jadi suatu tanggung jawab dapat timbul dari: a. Wanprestasi Tanggung jawab dalam suatu perjanjian dapat timbul apabila terjadi suatu keadaan yang dinamakan wanprestasi. Wanprestasi ini merupakan suatu keadaan dimana salah satu pihak, yaitu biasanya debitur tidak memenuhi kewajibannya yang merupakan hak dari kreditur. Wanprestasi kelalaian atau kealpaan seorang debitur dapat berupa: 87 1. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya; 2. melaksanakan yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana dijanjikan; 3. melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat; 4. melakukan hal yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Pihak yang ditimpa wanprestasi dapat menuntut suatu yang lain disamping pembatalan yaitu pemenuhan perikatan, ganti rugi atau pemenuhan perikatan plus ganti rugi. Untuk menetapkan akibat-akibat tak terpenuhi perikatan perlu diketahui dahulu pihak yang lalai memenuhi perikatan tersebut. 88 Tak dipenuhinya perikatan diakibatan kelalaian kesalahan debitur atau sebagai akibat situasi dan kondisi yang resikonya ada pada diri debitur. Akibat wanprestasi: 1. debitur harus membayar ganti rugi Pasal 1243 KUHPerdata 89 ; 2. bebas resiko bergeser kearah kerugian debitur; 86 W. Sommermeijer, Tanggung Jawab Hukum, Bandung: Pusat Studi Hukum Universitas Parahyangan, 2003 hal.23 87 Subekti, Op. cit., hal. 45 88 Van Der Burght, Buku tentang Perikatan, Bandung: Mandar Maju, 1995, hal. 131-133 89 Pasal 1243 KUHPerdata: Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila siberutang setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya atau jika sesuatu yang harus diberikannya atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukan. DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. 3. jika perkiraan timbul dari suatu persetujuan timbal balik, maka kreditur dapat membebaskan diri dari kewajiban melakuan kontraprestasi melalui Pasal 1266 KUHPerdata 90 , atau melalui exceptio non adimpliti contractus. Jadi apabila yang terjadi adalah wanprestasi, debitur harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita kreditur. b. Perbuatan melawan hukum, sebagai mana yang diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata 91 Dalam suatu perjanjian juga dapat timbul suatu keadaan yang disebut Overmacht keadaan memaksa, yaitu suatu keadaan yang terjadi setelah dibuatnya perjanjian, yang menghalangi debitur untuk memenuhi prestasi melaksanakan kewajibannya, dimana debitur tidak dapat dipersalahkan dan tidak harus menanggung resiko serta tidak dapat menduga pada waktu perjanjian dibuat. 92 Akibat dari Overmacht adalah : 1. Debitur tidak perlu membayar ganti rugi Pasal 1245 KUHPerdata; 93 2. Risiko tidak beralih kepada debitur; 3. Kreditur tidak mempunyai hak untuk menuntut pemenuhan prestasi. Artinya bahwa Overmacht adalah suatu risiko dari suatu perjanjian. 90 Syarat batal selalu dianggap dicantumkan dalam persetujuan –persetujuan yang bertimbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal demikian persetujuan tidak batal dengan hokum, tetapi pembatalan harus diminta kepada hakim. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan dalam perjanjian. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalm persetujuan, hakim adalah leluasan untuk menurut keadaannya, atas permintaan tergugat, memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya. 91 “ Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu untuk mengganti kerugian tersebut.” 92 Setiawan, Op. cit., hal. 27 93 Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tidak disengaja siberutang beralangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang dilarang. DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. Apabila yang terjadi adalah kelalaian dari pihak kreditur, yaitu dipenuhinya perjanjian adalah akibat dari kesalahan atau kelalaian kreditur atau suatu situasi yang berada dalam jangkauan risikonya, maka tanggung jawab yuridis ada pada pihak kreditur. 94 Akibat dari kelalaian kreditur atau pihak bank adalah: 1. beban risiko bergeser kearah kerugian kreditur; 2. kreditur tetap berkewajiban untuk memberikan kontraprestasi. Kesimpulannya adalah apabila terjadi wanprstasi yang dilakukan salah satu pihak, maka pihak yang wanprestasi itu harus memenuhi sanksi yang telah ditetapkan undang-undang, yaitu mengganti kerugian yang diderita pihak lainnya. Akan tetapi apabila yang terjadi adalah Overmacht, maka tidak seorangpun yang diwajibkan untuk mengganti kerugian karena hal tersebut dipandang sebagai suatu resiko dalam suatu perjanjian. Pada dasarnya seseorang harus bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, termasuk bertanggung jawab untuk mengganti kerugian kepada orang yang dirugikan akbat perbuatannya. Namun ternyata undang-undang juga menetapkan bahwa pada keadaan-keadaan tertentu, seseorang bisa diminta pertanggungjawabannya dari apa yang telah diperbuat oleh orang lain. Tanggung jawab merupakan akibat dari adanya kewajiban yang tidak dilaksanakan dalam suatu perjanjian wanprestasi, atau merupakan akibat dari perbuatan melawan hukum. Perjanjian penggunaan ATM tidak lepas pula dari kedua hal tersebut diatas, karena ternyata dalam pelaksanaan perjanjian ATM dimungkinkan terjadinya hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian, baik yang disebabkan 94 Van Der Burght, Op. cit., DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. wanprestasi maupun yang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum yang dapat dilakukan oleh bank, pihak ketiga, maupun oleh nasabah pengguna ATM itu sendiri. Sehubungan dengan masalah tanggung jawab, masing-masing pihak dalam perjanjian penggunaan ATM mempunyai kewajiban. Kewajiban nasabah pengguna ATM dalam perjanjian ATM antara lain adalah: a. Memenuhi syarat pembukaan rekening ATM; b. Menyimpan buku tabungan dan kartu ATM dengan sebaik-baiknya; c. Mengganti nomor PIN segera setelah menerima kartu ATM; d. Merahasiakan nomor PIN dalam keadaan apapun dan dimanapun juga; e. Apabila kartu hilang atau rusak wajib memberitahukan hal tersebut secara tertulis kepada bank. Kewajiban bank dalam perjanjian penggunaan ATM biasanya tidak dicantumkan dalam perjanjian. Hanya saja bank mempunyai prosedur standar untuk operasional ATM yang dibuat dalam bentuk peraturan intern bank antara lain sebagai berikut: a. Nomor PIN nasabah diberikan dalam keadaan tersegel, bahkan pegawai bank tidak ada yang tahu nomor tersebut. b. Penyerahan kartu ATM dilakukan dengan ketentuan nasabah harus memperlihatkan buku tabungan dan pencocokan tanda tangan nasabah. c. Ada bagian Card Management Unit CMU di bank yang mempunyai kewajiban antara lain melaksanakan manajemen penerbitan kartu ATM, melaksanakan pembuatan PIN, mengkoordinasi dan mengupayakan kelancaran operasional mesin ATM, dan menerima komplain dan permasalahan cabang terutama tentang teknik operasi ATM. DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. Mengenai tanggung jawab, pihak bank memberikan ketentuan sebagai berikut: a. Setelah kartu ATM diserahkan kepada nasabah, seluruh penggunaannya menjadi tanggung jawab nasabah sepenuhnya; b. Bank tidak bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang timbul sebagai akibat dipergunakannya kartu ATM oleh bukan pemegang kartu; c. Bank tidak bertanggung jawab atas tidak berfungsinya kartu ATM dalam pelaksanaan transaksi-trnsaksi keuangan yang diperkenankan yang disebabkan suatu hal diluar penguasaan bank. d. Untuk masalah kesalahan pendebetan, bank mempunyai data record dalam mesin ATM yang disimpan dalam bagian dispenses failure sistim pengeluaran uang tidak sempurna. Dalam hal uang tidak keluar, tetapi pendebetan saldo terjadi, bank memberikan penggantian dalam bentuk kredit ke rekening nasabah bersangkutan sebesar uang yang tidak keluar tersebut. e. Apabila mesin ATM rusak, bank mempunyai bagia teknologi yang menangani seluruh elektronic banking, dan bagian ATM Regional mempunyai record yang ditunjukkan dengan tanda fisik mengenai transaksi yang terjadi di mesin ATM, misalnya uang yang tidak keluar, sisa saldo di mesin ATM, dan lain- lain.

B. Tanggung Jawab Bank Terhadap Nasabah Bank Pengguna ATM.

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Yang Melakukan Transaksi Elektronik Banking Melalui Automated Teller Machine (Studi: Bank Sumut-Medan)

3 97 112

Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah

3 47 141

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) DI PT. BANK Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Automated Teller Machine (Atm) Di Pt. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk.

0 2 19

SKRIPSI Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Automated Teller Machine (Atm) Di Pt. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk.

0 2 14

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Automated Teller Machine (Atm) Di Pt. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk.

0 2 13

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) DI BANK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) KANTOR CABANG SOLO KARTASURA.

0 0 12

PENDAHULUAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) KANTOR CABANG SOLO KARTASURA.

0 0 14

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA KARTU ATM PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG BAGANSIAPIAPI.

0 0 8

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM | LEONARDO | Legal Opinion 6668 22184 1 PB

0 0 15

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PENGGUNA ATM DALAM SISTEM HUKUM PERBANKAN DI INDONESIA. A. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Menurut Kontrak Penerbitan Kartu ATM - IMPLEMENTASI KONTRAK PENERBITAN KARTU ATM DALAM MENYELESAIKAN KASUS TRANSAKSI ATM YANG

0 0 39