Perlindungan hukum bagi nasabah dalam perjanjian penggunaan ATM

tanggal 21 Desember 2004. Padahal saya sama sekali tidak ada menerima uangnya. Sehingga saya tidak habis pikir mengapa uang tidak ada diterima sementara saldo tabungan saya menjadi berkurang. 104

B. Perlindungan hukum bagi nasabah dalam perjanjian penggunaan ATM

Konsumen diartikan sebagai seseorang atau suatu perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tententu. Konsumen adalah end user atau pengguna akhir, tanpa mengharuskan konsumen bertindak sebagai pembeli barang dan atau jasa tersebut. 105 Nasabah bank adalah konsumen jasa perbankan. Artinya bahwa nasabah bank adalah pihak yang menggunakan produk-produk pelayanan jasa perbankan. Dengan kedudukannya sebagai konsumen, dimana posisi antara nasabah dan bank adalah berlawanan, nasabah bank perlu mendapat perlindungan hukum yang dapat memberikan rasa aman dalam penggunaan pelayanan jasa yang diberikan oleh bank, yang dalam hal ini bertindak sebagai produsen. Kemajuan teknologi perbankan di Indonesia membawa konsekuensi masalah yang dialami konsumen perbankan berkisar pada penerapan teknologi tersebut, termasuk penggunaan ATM, namun kemajuan teknologi perbankan sepintas hanya memberikan keamanan pada pihak bank saja. 106 Untuk itulah maka nasabah bank sebagai konsumen perbankan patut dilindungi hak dan kepentingannya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak jarang nasabah sebagai pihak yang menggunakan jasa bank sering diabaikan haknya. Bahkan Munir Fuady menyatakan 104 Data diperoleh dari http:www.kompas.com kompas 3januari 2005 105 Riyeke Ustadiyanto, Framework e- commerce, Yogyakarta:Andi, 2001, hal. 331-333 106 Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2000 hal. 34- 35 DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. bahwa dalam sistim hukum perbankan Indonesia, pihak nasabah dibiarkan sendiri terlunta-lunta tanpa suatu perlindungan hukum yang predictable dan reasonable. Mereka merupakan orang-orang yang patut dikasihani. Kurangnya perlindungan terhadap nasabah jika berhubungan dengan bank adalah merupakan salah satu masalah yang sering dikeluhkan terus menerus. 107 Sebenarnya menyangkut masalah perlindungan nasabah, dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dinyatakan dalam BAB VII mengenai sanksi pidana dan ketentuan administrasi, namun dalam setiap permasalahan perlu ditentukan siapa yang bertanggung jawab sehingga menimbulkan kerugian bagi para nasabahnya. Masalah tanggung jawab perdata atas kelalaian atau kesalahan yang terjadi dalam bank dapat dihubungkan dengan kepengurusan bank. Pengurus bank bertindak mewakili badan hukum bank tersebut berdasarkan ketentuan anggaran dasar perusahaan. Dengan demikian tanggung jawab pengurus ada dua yaitu tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab pengurus. Apabila pengurus bertindak diluar kewenangan yang yang telah ditentukan maka tanggung jawab pribadi yang ada. Namun bila ia bertindak dalam pelaksanaan dan wewenahng yang tertuang dalam anggaran dasar perusahaan maka hal itu merupakan tanggung jawab perusahaan. Menurut Munir Fuady, ada beberapa mekanisme yang dipergunakan dalam rangka perlindungan nasabah bank, yaitu: 108 1. Pembuatan peraturan baru Lewat perbuatan peraturan baru di bidang perbankan atau merevisi peraturan yang sudah ada merupakan salah satu cara untuk memberikan perlindungan kepada nasabah suatu bank. 2. Pelaksanaan peraturan yang ada. Salah satu cara lain untuk memberikan perlindungan kepada nasabah adalah dengan melaksanakan peraturan yang ada di bidang perbanakan secara lebih ketat oleh pihak otoritas moneter khususnya peraturan yang bertujuan melindungi nasabah. 107 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Op. cit, hal. 104 108 Ibid, hal 106 DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. 3. Perlindungan nasabah dengan deposan lewat lembaga asuransi deposito. 4. Memperketat perizinan bank. 5. Memperketat pengaturan dibidang kegiatan bank. 6. Memperketat pengawasan bank. Dalam rangka meminimalkan risiko yang ada dalam bisnis bank, maka pihak otoritas, khususnya Bank Indonesia harus melakukan tindakan pengawasan dan pembinaan terhadap bank-bank yang ada, baik itu bank-bank pemerintah maupun bank-bank swasta. 109 Dalam Undang-Undang Perbankan tidak terdapat pengaturan secara khusus mengenai perlindungan bagi nasabah bank. Perlindungan terhadap nasabah bank hanya didasarkan pada perjanjian yang dibuat oleh nasabah dan bank itu sendiri. Klausul-klausul yang merupakan hak dan kewajiban para pihak menjadi undang- undang dan menjadi satu-satunya pegangan bagi nasabah untuk terpenuhinya hak nasabah. Dalam setiap perjanjian sepatutnya kedudukan para pihak adalah sama. Artinya bahwa hak dan kewajiban para pihak yang berkenaan dengan perjanjian yang mereka buat haruslah seimbang. Kedudukan nasabah bank pengguna ATM adalah sangat lemah terutama jika terjadi masalah atau sengketa. Dalam kenyataannya pada praktek perbankan, perjanjian antara bank dengan nasabah belum bisa dibuat sebagai mana mestinya, dalam arti hanya melindungi kepentingan bank, tetapi tidak memberikan perlidungan yang cukup terhadap kepentingan nasabah. 110 Hal ini dikarenakan perjanjian penggunaan ATM dibuat dalam bentuk perjanjian baku, dimana perjanjian itu terjadi dengan cara pihak yang satu telah menyiapkan syarat-syarat yang baku pada suatu formulir perjanjian yang sudah 109 Ibid, 110 Salmidjas Salam, Op.cit., DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. dicetak dan kemudian disosorkan kepada pihak lainnya untuk disetujui dengan hampir tidak memberikan kebebasan sama sekali kepada pihak lainnya untuk melakukan negosiasi atas syarat-syarat yang disodorkan. 111 Untuk perjanjian ATM, naskah perjanjian dibuat oleh pihak bank dengan ketentuan-ketentuan baku yang dibuat oleh bank, sebagaimana tercantum dalam formulir permohonan pembukaan rekening. Segala syarat-syarat dan ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan dalam perjanjian ATM adalah apa yang tercantum dalam formulir tersebut. Mengenai perlindungan teknis yang dapat diberikan bank kepada nasabah pengguna ATM, bank mempunyai ketentuan sebagai berikut: a. Bank memberikan nomor PIN kepada nasabah pengguna ATM yang dapat segera diganti nomornya sesuai kehendak pemegang kartu dan nomor pin dapat ditukar setiap hari maksimal 1 kali; b. Apabila pengguna kartu ATM telah memberikan nomor PIN sebanyak 3 kali, rekening akan otomatis terblokir; c. Bila terjadi penggunaan di mesin ATM, maka jenis gangguan tersebut akan diketahui lebih dini oleh petugas ARMC di kantor Besar PT. Swadharma Duta Data, sebagai penyedia jasa sistim elektronik di Bank BNI, segera setelah itu petugas ATMC akan memberitahukan petugas cabang pengelola ATM atau melalui petugas CMU untuk mengambil tindakan perbaikan; d. ATM hanya dapat dioperasikan, oleh pemegang kartu ATM dengan menggunakan kartu ATM dan pin yang pembuatannya sangat dikhususkan dan pin hanya dibuat satu kali; 111 Sutan Remy Sjahdeini, Op.cit., hal. 66 DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. e. ATM ditempatkan di ruang khusus diman untuk dapat masuk ke ruang tersebut diperlukan kartu ATM sebagai kunci pembuka pintu. f. Pembukaan dan pengisian brankas serta perhitungan uang tunai dilakukan bersama-sama oleh kasir-KIC-PBN; g. Kesalahan-kesalahan mengatasi mesin ATM baik yang dilakukan oleh nasabah maupun oleh petugas cabang yang berwenang, akan dicatat abnormal oleh ATMC di kantor besar ataupun oleh masin ATM itu sendiri melalui jurnal rool. Khusus mengenai klausul yang memberikan perlindungan hukum bagi nasabah pengguna ATM tidak dicantumkan dalam perjanjian pembukaan rekening ATM, baik secara eksplisit maupun implisit. Sebagaimana yang telah dikemukakan, transaksi melalui elektronik sangat rentan terhadap kesalahan baik yang diakibatkan oleh kesalahan mesin maupun akibat kesalahan manusia human error. Kesalahan mesin dalam penggunaan ATM dapat disebabkan oleh banyak hal seperti kegagalan komputer dan kesalahan dari software. Apabila hal ini yang terjadi, bank telah melakukan suatu wanprestasi atas perjanjian penggunaan ATM. Berdasarkan teori-teori dan hukum perjanjianm nasabah bank sebagai pihak yang dirugikan diberikan hak untuk menuntut ganti rugi kepada bank. Demikian juga yang dinyatakan oleh Mariam Darus Badrulzaman, dimana salah satu hak dari kreditur adalah hak untuk menuntut ganti rugi schade vergoeding. 112 jadi perlindungan hukum dapat diberikan berdasarkan perjanjian yang mereka buat, yaitu perjanjian penggunaa ATM. 112 Mariam Darus Badrulzaman, Op. cit., hal. 21 DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. Kerugian yang dialami nasabah bank pengguna ATM yang disebabkan oleh perbuatan mesin human error, yang dalam hal ini dilakukan oleh pegawai bank, adalah perbuatan melawan hukum sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata 113 . Undang-undang memberikan perlindungan hukum bagi orang yang dirugikan dengan menuntut pihak yang menyebabkan kerugian tersebut untuk memberikan ganti kerugian kepada nasabah pengguna ATM yang merasa dirugikan tersebut. Bank sebagai pihak penyelenggara ATM wajib memberikan perlindungan hukum dan memberikan kepercayaan atas jasa pelayanan yang telah diberikannya. Namun dalam praktek, pelaksanaan perlindungan bagi nasabah pengguna ATM yang didasarkan pada perjanjian pengguna ATM saja sangatlah sulit untuk diwujudkan. Tidak adanya klausul-klausul pertanggungjawaban bank atas hal-hal yang merugikan nasabah bank tersebut melemah posisi nasabah untuk memperoleh haknya. Sementara itu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahu 1998 tentang Perbankan bisa dikatakan tidak memuat ketentuan mengenai perlindungan hukum bagi nasabah bank. Dalam Pasal 29 ayat 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan disebutkan: “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.” 113 Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian itu. DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. Pasal ini demikian minim memberikan perlindungan kepada nasabah bank. Dalam penjelasannyapun tidak diberikan pengertian dan penjelasan yang menyeluruh mengenai apa dan bagaimana kepentingan nasabah yang tidak boleh dirugikan tersebut. Karena itu kiranya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan dapat dijadikan dasar hukum bagi nasabah bank untuk menuntut haknya. Berkenaan dengan penggunaan ATM yang merupakan bagian dari EFTs, setiap perjanjian yang dibuat nasabah dan bank tidak boleh memuat klausul baku yang menyatakan pengalihan tanggung jawab bank sepenuhnya kepada nasabah dan memuat pernyataan tunduknya nasabah kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan, danatau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh bank. 114 Dalam praktek perbankan hal ini masih terjadi. Klausul-klausul baku yang menyatakan pengalihan tanggung jawab sepenuhnya kepada nasabah tentu saja tidak memenuhi rasa keadilan dilihat dari sudut manapun. Klausul baku ini menjadi standar dalam setiap perjanjian dengan bank, termasuk perjanjian penggunaan ATM. Klausul eksemsi eksonerasi bertujuan untuk membebaskan atau membatasi tanggung jawab yang salah satu pihak terhadap gugatan pihak lainnya dalam hal yang bersangkutan tidak atau tidak dengan semestinya melaksanakan kewajibannya yang ditentukan didalam perjanjian tersebut. Ini merupakan pelanggaran atas Pasal 18 ayat 1 huruf a dan huruf g Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi: 114 Salmidjas Salam, Op.cit., hal.34 DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008. “Pelaku usaha dalam menawarkan barang danjasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausul baku pada setiap dokumen danatau perjanjian apabila: a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; b. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan danatau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;” Selain mencantuman klausul baku, sebenarnya ada satu hal penting yang kadang luput dari perhatian, yaitu mencantumkan klausul baku dengan tulisan yang sangat kecil sehingga sulit untuk dibaca, atau penggunaan kata-kata yang tidak dipahami oleh masyarakat awam pada umumnya. Hal ini sangat umum dilakukan dalam praktek perbankan di Indonesia dan meyebabkan para calon nasabah enggan membaca dengan seksama isi dari perjanjian tersebut serta langsung menandatanganinya. 115 Padahal segala hak dan kewajiban nasabah tercantum dalam perjanjian tersebut, sehingga pada saat terjadi masalah, barulah nasabah menyadari kedudukannya yang tidak seimbang.

C. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Pengguna ATM

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Yang Melakukan Transaksi Elektronik Banking Melalui Automated Teller Machine (Studi: Bank Sumut-Medan)

3 97 112

Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah

3 47 141

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) DI PT. BANK Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Automated Teller Machine (Atm) Di Pt. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk.

0 2 19

SKRIPSI Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Automated Teller Machine (Atm) Di Pt. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk.

0 2 14

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Automated Teller Machine (Atm) Di Pt. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk.

0 2 13

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) DI BANK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) KANTOR CABANG SOLO KARTASURA.

0 0 12

PENDAHULUAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) KANTOR CABANG SOLO KARTASURA.

0 0 14

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA KARTU ATM PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG BAGANSIAPIAPI.

0 0 8

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM | LEONARDO | Legal Opinion 6668 22184 1 PB

0 0 15

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PENGGUNA ATM DALAM SISTEM HUKUM PERBANKAN DI INDONESIA. A. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Menurut Kontrak Penerbitan Kartu ATM - IMPLEMENTASI KONTRAK PENERBITAN KARTU ATM DALAM MENYELESAIKAN KASUS TRANSAKSI ATM YANG

0 0 39