E. Keaslian Penelitian
Setelah melakukan penelusuran judul penelitian yang terdapat di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, baik yang telah rampung menjadi sebuah
hasil penelitian ataupun yang masih berjalan dikerjakan, judul penelitian “Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank Pengguna ATM
Automated Teller Machines Dalam Sistem Perbankan Indonesia” belum ada. Namun sebagai perbandingan telah ada judul tesis yang mengangkat masalah ATM oleh
Farida Hanum, pasca sarjana ilmu hukum, dengan judul Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Pemegang Kartu ATM. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan tesis
tersebut adalah: Apakah hambatan-hambatan dalam penggunaan ATM, bagaimana alternatif penyelesaian terhadap masalah yang timbul dalam penggunaan ATM dan
bagaimana peranan YLKI sebagai lembaga yang melindungi hak-hak dari konsumen. Permasalahan yang diteliti penulis berbeda dengan saudara Farida tersebut. Dengan
demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
Lembaga keuangan dalam arti luas adalah sebagai perantara dari pihak yang mempunyai kelebihan dana surplus of funds dengan pihak yang kekurangan dana
lack of funds , sehingga peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya yaitu sebagai perantara keuangandana masyarakat Financial intermediary . Dalam arti
yang luas ini termasuk di dalamnya lembaga perbankan, peransuransian, dana pensiun, pegadaian dan sebagainya yang menjembatani antara pihak yang kelebihan
dana dengan pihak yang memerlukan dana.
15
15
Muhamad Djumhana, Op cit., hal. 77
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
Lembaga keuangan bank sampai saat ini khususnya di Indonesia masih mempunyai peranan yang dominan. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya usaha-
usaha perbankan dengan tingkat persaingan yang ketat. Menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Pada pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Menurut J. Milnes Holden
16
, seperti yang dikutip dari Hart, bank adalah : Seseorang atau perusahaan yang menjalankan usaha dengan menerima uang,
mengumpulkan surat-surat berharga, bagi nasabahnya yang akan menerima cek sebagai alat penarikan uangnya berdasarkan jumlah yang tersedia dalam masing-
masing rekening mereka. Kemudian masih menurut Holden, yang dikutipnya dari parker bahwa bank
adalah: orang atau perusahaan yang mengkhususkan usahanya dalam bidang perbankan, dengan menerima uang atau simpanan dan melakukan pembayaran atas
penarikan cek atau alat penarikan lainnya yang dilakukan nasabahnya.
17
16
Holden, J Milnes, Op.cit., hal. 9
17
Ibid.
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
Kedua pengertian tersebut hampir sama, yang mengartikan bank sebagai seseorang atau perusahaan yang menjalankan usaha perbankan, yaitu dengan
menerima uang atau simpanan dalam melakukan pembayaran atas penarikan cek dari nasabahnya.
Pengertian bank yang hampir sama diberikan oleh Zainal Asikin, yang mengutip dari istilah Fockeman , dimana bank diartikan sebagai suatu lembaga atau
orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberi uang dari dan kepada pihak ketiga.
18
Sementara itu, Melayu SP Hasibuan, yang mengutip dari pendapat Verryn Stuart, berpendapat bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan
orang lain, dengan memberi kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang baru dalam bentuk kertas atau logam.
19
Dari pengertian –pengertian di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum yang bergerak di
bidang jasa keuangan. Bank sebagai badan hukum berarti secara yuridis adalah merupakan subyek hukum yang berarti dapat mengikatkan diri dengan pihak ketiga.
20
Pasal 2 Undang-Undang Perbankan menyebutkan bahwa perbankan di Indonesia berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.
Dalam melakukan semua kegiatan usahanya, bank harus menggunakan prinsip kehati- hatian, bukan saja terhadap kegiatan dalam memberikan kredit, tetapi juga bagi usaha
bank yang sifatnya memberikan pelayanan dalam sistem mekanisme pembayaran.
18
Zainal Asikin, Pokok-pokok Hukum Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 1995, hal. 4
19
Melayu SP Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hal. 2-3
20
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, Bandung : CV Mandar Maju, 2000, hal 2
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
Fungsi perbankan di Indonesia tercantum dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang berbunyi sebagai berikut:
“Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.” Di Indonesia lembaga keuangan bank memiliki misi dan fungsi yang khusus,
jadi perbankan Indonesia selain memiliki fungsi yang lazim, juga memiliki fungsi yang diarahkan sebagai agen pembangunan agent of development, yaitu sebagai
lembaga yang bertujuan guna mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
21
Hal ini berarti bahwa kehadiran bank sebagai suatu badan usaha tidak semata- mata bertujuan bisnis, namun ada misi lain, yaitu guna peningkatan kesejahtraan
rakyat pada umumnya.
22
Sebagai satu lembaga keuangan yang paling penting bagi masyarakat, bank berfungsi sebagai:
23
1. Pedagang dana money lenderyaitu wahana yang dapat menghimpun,dan
menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien. Bank menjadi tempat penitipan, dan penyimpanan uang yang dalam prakteknya sebagai tanda penitipan
dan penyimpanan uang tersebut, maka kepada penitip dan penyimpan diberikan kertas tanda bukti. Sedangkan dalam fungsinya sebagai penyalur dana, maka bank
memberikan kredit, atau membelikannya ke dalam bentuk surat-surat berharga.
2. Lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan, dan pembayaran uang.
Bank bertindak sebagai penghubung antara nasabah yang satu dengan yang lainnya jika keduanya melakukan transaksi. Dalam hal ini kedua orang tersebut
tidak secara langsung melakukan pembayaran tetapi cukup memerintahkan pada bank untuk menyelesaikannya.
Kesimpulan dari uraian fungsi perbankan diatas adalah bahwa perbankan Indonesia secara ekonomi makro mempunyai fungsi untuk mendayagunakan dana
masyarakat, meningkatkan taraf hidup rakyat, pemerataan penghasilan , serta peningkatan lapangan kerja, peningkatan potensi masyarakat, dan sebagainya. Dalam
hal sosial budaya pun pertumbuhan perbankan Indonesia berhasil menjalankan
21
Muhamad Djumhana, Op. cit., hal. 86
22
Sentosa Sembiring, Op. cit.,
23
Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal. 83.
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
fungsinya dengan meningkatkan pola berfikir masyarakat, yaitu berupa peningkatan pola kehidupan masyarakat dengan mendekatkan diri pada lembaga perbankan.
24
Jadi perbankan di Indonesia pada dasarnya mempunyai fungsi dan tujuan yang
lebih luas, yaitu dengan adanya fungsi sebagai lembaga yang menjadi penunjang utama pembangunan nasional yang menjalankan usaha dengan mendasarkan pada
asas-asas yang terdapat pada pancasila. Pasal 5 ayat 1 Undang Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan
menyebutkan menurut jenisnya, bank terdiri dari : a. Bank Umum;
b. Bank perkreditan rakyat. Dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan
menyebutkan antara lain bahwa usaha Bank Umum meliputi: a.
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan
dan atas perintah nasabahnya surat-surat berharga; e.
Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;
f. Menempatkan dana pada peminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada
bank lain; g.
Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
24
Muhamad Djumhana, Rahasia Bank, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 57
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk untuk penitipan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak; j.
Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat dalam bursa efek;
k. Membeli melalui pelanggan agunan baik semua maupun sebahagian dalam hal
debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank; l.
Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat;
m. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip syariah; Melakukan
kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.
Dari usaha-usaha bank umum tersebut, sifat usaha bank dapat dibedakan menjadi:
25
a. Sisi pasiva, yaitu kegiatan melakukan penarikan dana dari masyarakat dan pihak
ketiga lainnya dengan berbagai instrumen utang; b.
Sisi Aktiva, yaitu kegiatan usaha yang berhubungan dengan penggunaan atau pengelokasian dana terutama dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;
c. Sisi jasa, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pemberian jasa-jasa dalam
mekanisme pembayaran.
Usaha perbankan yang paling utama adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Usaha bank yang sifatnya pemberian jasa adalah usaha perbankan dalam rangka
ekstensifikasi usaha. Namun pada perkembangannya, usaha inilah yang menjadi daya tarik bagi masyarakat, terutama pelayanan jasa yang mempermudah berbagai macam
transaksi perbankan yang dilakukan oleh masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 1 butir 9 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
tentang Perbankan disebutkan:
25
Rudi Badrudin, Lembaga Keuangan Bank, Yogyakarta: STIE YPKN, 1999, hal. 65
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
“Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,bilyet giro,dan
atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.” Usaha lain bank seperti yang tercantum dalam pasal 6 huruf e Undang-Undang
Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan adalah memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. Pemindahan ini berlaku
terhadap tabungan milik nasabah. Pemindahan uang atau yang disebut dengan transfer uang melalui bank adalah
pengiriman uang atas permintaan pihak pengirim transfetor dengan menggunakan bank sebagai perantara transfetor bank, dimana bank tersebut memberikan instruksi
bayar kepada bank lain transferee bank, agar uang tersebut dibayar kepada pihak yang dituju beneficiary, transferee.
26
Dalam pelaksanaan usaha-usaha tersebut,sebagai suatu badan usaha, bank juga saling bersaing untuk mendapat nasabah. Persaingan usaha ini tidak saja bersifat
nasional, tapi juga internasional. Dalam arti bahwa bank-bank nasional juga turut bersaing dengan bank-bank milik asing yang menjalankan usahanya di Indonesia.
Dengan demikian maka tingkat pelayanan jasa perbankan dan tingkat jaminan keamanan tentunya jadi topik utama dalam pelaksanaan usaha bank, karena hanya
dengan pelayanan dan keamanan yang baiklah para nasabah tertarik untuk menggunakan jasa bank yang bersangkutan. Tingkat layanan perbankan ini
berhubungan erat dengan kualitas sumber daya manusia penyedia jasa perbankan itu sendiri. Selain itu pelayanan jasa perbankan tidak lepas pula dari pengaruh teknologi
26
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 83-84.
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
yang berkembang pada masanya. Persaingan perbankan sekaligus dapat menjadi persaingan teknologi.
Pada dasarnya setiap penemuan dan teknologi baru, carametoda memproduksi baru serta daya pemanfaatan teknologi baru akan segera menjadi komoditi
baru yang dapat segera ditransaksikan di dalam kegiatan bisnis pada umumnya. Dunia bisnis adalah dunia yang penuh dengan kreatifitas dan
inovasi yang sangat efektif dan bergerak dengan sangat cepat. Keadaan ini adalah sejalan dengan sasaran yang selalu ingin dicapai oleh dunia bisnis pada
umumnya, yaitu pembaharuan. Pembaharuan itu sendiri merupakan hasil kreatifitas dan inovasi yang terus menerus dilakukan, dalam rangka memenuhi
kebutuhan pasar.
27
Kemajuan di bidang teknologi mempengaruhi secara langsung terhadap sistem transfer uang dari satu tempat ketempat lain. Interaksi antara bidang teknologi dengan
bidang hukum dan bisnis sangat intens. Kemajuan dibidang penggunaan teknologi komunikasi, seperti meluasnya penggunaan telegram, teleks, telepon, komputer
bahkan internet sangat mempengaruhi pola-pola transfer uang via bank. Apa yang disebut Home Banking
28
, yakni mengirim perintah kepada bank oleh pengirim yang hanya berada dirumahnya atau berada ditempat-tempat tertentu dengan menggunakan
kartu plastik sudah menjadi tren saat ini dan akan meningkat dimasa depan. Electronic Funds Tranfer system EFTs merupakan salah satu jenis
pelayanan transfer dana atau uang dengan menggunakan teknologi elektronik yang kini banyak digunakan di dunia perbankan, termasuk perbankan di Indonesia. Sistem
ini lebih dipilih oleh masyarakat luas umumnya karena mempunyai keunggulan- keunggulan yang tidak dimiliki oleh sistem pembayaran konvensional lainnya. Apa
bila pada masa sekarang ini dimana transaksi-transaksi bisnis nasional maupun internasional dituntut untuk melakukan secara cepat dan efisien.
27
Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Bandung : CV. Mandar Maju, 2000, hal. 33.
28
Munir Fuady, Op.Cit., hal. 83
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
Salah satu jenis jasa EFTs yang paling nyata dan dominan adalah ATM Automated Teller Machine, dalam bahasa Indonesia diartikan dengan “Anjungan
Tunai Mandiri”. ATM adalah alat kasir otomatis tanpa orang, ditempatkan di dalam atau di luar pekarangan bank, yang sanggup mengeluarkan uang tunai dan
menangani transaksi-transaksi keuangan yang rutin. ATM dapat tersedia 24 dua puluh empat jam sehari untuk transaksi-transaksi rutin, seperti penyetoran, penarikan
uang tunai, transfer antar rekening, dan pelunasan kredit. ATM dapat diletakkan di lobi sebuah lembaga, di dinding luar suatu lembaga deposito, atau dalam kompleks
perumahan, pusat perbelanjaan, dan pabrik. Pemakaian ATM untuk transaksi- transaksi rutin membebaskan kasir untuk jasa-jasa yang lebih khusus dan dalam
jangka panjang tentulah akan mengurangi biaya penyerahan jasa-jasa keuangan kepada konsumen. ATM adalah jasa EFTs yang paling pesat pertumbuhannya.
29
Kartu ATM merupakan kartu plastik yang dilengkapi dengan magnetic stripe.
Pada magnetic stripe akan terekam secara elektronik nomor kartu ATM, nama pemilik kartu, dan informasi-informasi lainnya yang diperlukan oleh sistim
komputer.
30
Pada dasarnya ATM adalah salah satu usaha bank dalam bentuk tabungan. Sekalipun dalam penarikan uang digunakan kartu, tetapi nasabah tidak harus memiliki
jaminan apapun, sebab dalam penggunaan kartu ATM hanyalah ada penarikan uang tunai sebesar berapa jumlah uang direkening milik nasabah, dan bukan pemberian
kredit.
31
Dengan menggunakan sistem ATM, nasabah bank tidak perlu datang ke bank bersangkutan hanya untuk menarik dana dari rekening miliknya, tapi cukup dengan
menggunakan kartu ATM, dan memberikan nomor identitas khusus di mesin ATM yang tersedia. Dengan begitu nasabah tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah
besar kemanapun ia pergi. Penggunaan ATM yang sangat praktis inilah yang menarik
29
Allen H. Lipis, dkk, Perbankan Elektronik, diterjemahkan oleh A. Hasymi Ali, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hal. 3.
30
Bagus Djajengtara, Kejahatan perbankan elektronik, makalah satuan kerja Audit Intern Bank International Indonesia
31
Retnowulan Sutantio, Kapita Selekta Hukum Ekonomi dan Hukum Perbankan, Seri Varia Yustisia 1, 1996, hal. 11.
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
nasabah untuk menggunakannya dalam melakukan aktifitasnya khususnya dalam hal perbankan.
ATM juga dapat dipergunakan untuk kemudahan-kemudahan lainnya, seperti fungsinya sebagai kartu debit belanja yaitu ; sebagai sarana pembayaran berbagai
rekening rekening listrik, rekening telepon, angsuran kredit, atau fungsi-fungsi lainnya yang diselenggarakan oleh masing-masing pihak bank. Ternyata dalam
praktek penggunaannya, kartu ATM tidak lagi hanya sebagai kartu untuk layanan Transfer secara secara elektronik, tetapi juga telah berkembang menjadi kartu yang
multiguna. Disamping segi-segi positif tersebut, pengguna ATM juga tidak lepas dari
kekurangan atau dampak yang sifatnya negatif. Kekurangan tersebut misalnya kesalahan dalam transfer atau kerusakan mesin, yang tentunya dapat merugikan
nasabah pengguna ATM. Selain itu dengan kecanggihan teknologi yang ada, patut diperhatikan adanya kemungkinan kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam
transaksi melalui ATM, misalnya dengan penggunaan langsung kartu ATM nasabah yang telah diketahui nomor PIN Personal Identification Number-nya, pemalsuan
kartu, atau pencurian data nasabah pengguna ATM. Pengiriman uang via elektronik seperti lewat komputer bahkan mungkin juga
lewat internet atau lewat telepon akan tidak mempunyai bukti tertulis sama sekali. Hal ini tentu akan rentan terhadap timbulnya kerawanan-kerawanan dan timbul
masalah dikemudian hari, disamping itu dapat terjadi pula penipuanpemalsuan.
32
Dengan sifatnya yang unik peperless, waktu yang lebih fleksibel tanpa perlu kehadiran di counter bank, dan sebagainya, ATM telah memberikan keunggulan
32
Munir Fuady, Op.Cit., hal. 199.
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
sebagaimana dikemukakan diatas. Namun harus disadari bahwa dengan sifatnya yang unik tersebut perlindungan nasabah dapat menjadi tidak jelas, yang pada akhirnya
mengakibatkan masalah-masalah yang timbul dari transaksi ini belum dapat diselesaikan dengan baik, bahkan nasabah sering berada pada pihak yang dirugikan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, bank sebagai lembaga kepercayaan yang diharuskan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
melaksanakan segala kegitan usahanya, dalam hal ini termasuk layanan transfer melalui sistem ATM, usaha yang dapat dilakukan bank untuk menciptakan
kepercayaan nasabahnya adalah dengan memberikan jaminan keamanan yang jelas dan transparan.
Adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut diatas, hukum muncul sebagai kekuatan yang memberikan solusi antara lain memberikan perlindungan terhadap
kemungkinan pelanggaran hak dan sebagainya terhadap semua pihak yang beritikad buruk .
33
Hukum merupakan alat untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat. Akan tetapi dalam masyarakat yang sedang membangun dan berkembang termasuk
Indonesia, yang dalam defenisi kita berarti masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum tidak mungkin memiliki fungsi demikian saja. Ia juga harus dapat membantu
proses perubahan masyarakat itu.
34
Hukum dalam pembangunan ini mempunyai empat fungsi, yaitu:
35
1. Hukum sebagai pemeliharaan ketertiban dan keamanan;
2. Hukum sebagai sarana pembangunan;
33
Sri Redjeki Hartono, Op.Cit., hal. 32.
34
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional, Bandung : Bina Cipta, 2002, hal. 11
35
CFG. Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bandung : Binacipta, 1988, hal. 10.
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
3. Hukum sebagai penegak keadilan;
4. Hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat.
Dalam hal fungsi hukum sebagai sarana pembangunan, pembentukan hukum harus mendahului dalam pelaksanaan pembangunan dibidang-bidang lain,
untuk melancarkan pembangunan di bidang itu dan terutama untuk menjaga agar supaya pembangunan masyarakat itu tidak akan mengakibatkan
ketidakadilan di dalam masyarakat itu sendiri, sekalipun hubungan-hubungan masyarakat dan hubungan antar manusia mengalami perubahan yang terus
menerus dan bertubi-tubi. Inilah inti dari arti hukum sebagai suatu sarana pembangunan dan juga guna keadilan.
36
Hukum harus menjadi alat pembaharuan masyarakat yang menempati posisi di
depan, guna mengarahkan masyarakat yang tengah membangun tersebut. Artinya hukum harus telah ada guna mengantisipasi segala persoalan yang mungkin timbul
dalam masyarakat. Berkenaan dengan penggunaan ATM, hukum perbankan khususnya belum
mempunyai aturan-aturan mengenai ATM dalam suatu peraturan yang bersifat khusus dan menyeluruh.
Dasar hukum transfer uang via bank dalam sistim perundang-undangan Indonesia adalah:
37
1. Pasal 6 huruf e Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu
memindahkan uang untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khusus untuk perjanjian antara nasabah
pengirim transfer dengan bank, terdapat tiga kemungkinan, yaitu: a.
Perjanjian Pengiriman uang, yang merupakan perjanjian titipan barang dalam hal ini bank sebagai pihak penitip, vide pasal 1694 sampai dengan pasal 1739
KUH Perdata.
b. Perjanjian Pengiriman uang yang merupakan perjanjian untuk melakukan jasa
tertentu oleh bank, vide pasal 1601 KUHPerdata; c.
Perjanjian Pengiriman uang sebagai perjanjian khusus yang tidak termasuk ke dalam perjanjian bernama dalam KUHPerdata, sehingga hanya ketentuan
perjanjian yang umum saja yang berlaku, yaitu mulai dari pasal 1233 sampai dengan pasal 1456 KUHPerdata. Selebihnya berlaku ketentuan-ketentuan
dalam perjanjian yang dibuat para pihak yang terkait, dan ketentuan-ketentuan perbankan, baik syarat-syarat yang diatur oleh pihak bank itu sendiri maupun
oleh peraturan yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah.
36
Ibid, hal. 19
37
Munir Fuady, Op.Cit., hal. 127-129.
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
Perjanjian ATM dibuat seperti perjanjian pembukaan rekening tabungan biasa, tapi dengan tambahan fasilitas kartu ATM. Perjanjian pembukaan rekening ini
merupakan salah satu bentuk penghimpunan dana yang dilakukan bank untuk penerimaan simpanan dari masyarakat. Perjanjian yang ditandatangani nasabah bank
tersebut tentunya sudah dalam bentuk perjanjian baku yang dibuat oleh pihak bank dan disetujui dengan ditandatangani oleh nasabah bank. Dalam perjanjian ATM ini,
calon nasabah bank menyimpan identitasnya di bank yang bersangkutan dan menyimpan atau menyetor sejumlah uang yang menjadi saldo pertama calon nasabah
tersebut. Perjanjian itu memuat syarat-syarat yang tidak diatur secara khusus oleh KUHPerdata. Oleh karena itu, landasan hukum yang digunakan dalam perjanjian
ATM ini masih menggunakan dasar atau landasan hukum perjanjian, sebagai mana diatur dalam Buku Ketiga KUHPerdata tentang perikatan.
Adapun yang menjadi landasan hukum perjanjian ATM ini menurut KUHPerdata adalah:
1. Pasal 1319 KUH Perdata, yang berbunyi:
“Semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan
umum. 2.
Pasal 1320 KUHPerdata, yang berbunyi: “untuk sahnya perjanjian-perjanjian diperlukan empat syarat:
a. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. suatu hal tertentu;
d. suatu sebab yang halal.”
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
3. Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, yang berbunyi:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
Perjanjian menerbitkan perikatan. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan suatu perikatan. Perikatan paling banyak diterbitkan oleh
adanya suatu perjanjian, sumber lain yang melahirkan perikatan adalah undang-undang. Perikatan adalah suatu pengertian abstrak, sedangkan
perjanjian adalah suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa tertentu. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju melakukan
sesuatu. Perjanjian dan persetujuan mempunyai arti yang sama.
38
Perikatan adalah suatu hubungan hukum, yang artinya hubungan yang diatur
dan diakui oleh hukum, hubungan hukum ini perlu dibedakan dengan hubungan- hubungan yang terjadi dalam pergaulan hidup berdasarkan kesopanan, kepatutan, dan
kesusilaan.
39
Subjek-subjek dari perikatan adalah kreditur atau si berpiutang, yaitu pihak yang berhak atas prestasi dan merupakan pihak yang aktif, dan debitur atau si
berhutang, yaitu pihak yang wajib memenuhi prestasi atau pihak yang pasif.
40
Objek dari perikatan adalah prestasi, yaitu pihak debitur berkewajiban, atas suatu prestasi, yaitu debitur berkewajiban atas suatu pemenuhan prestasi dan
pihak kreditur berhak atas suatu prestasi tersebut.
41
Dasar hukum dari kekuatan suatu kontrak atau perjanjian adalah pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata
42
yang menyatakan bahwa suatu kontrak yang dibuat secara sah
38
Subekti, Op.Cit, hal. 1-3.
39
R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung : Putra Abardin, 1999, hal. 3.
40
Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Bandung : Alumni, 1996, hal. 3.
41
Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum Perikatan, Bandung : CV. Mandar Maju, 1994, hal. 2-3.
42
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
43
Ketentuan- ketentuan dalam KUHPerdata tentang perikatan, khususnya yang berkaitan dengan
perjanjian berlaku terhadap baik perjanjian bernama, yaitu perjanjian yang telah mempunyai nama dan oleh undang-undang telah diatur secara khusus dalam Bab V
sampai dengan Bab XVII ditambah titel VIIA KUH Perdata, maupun perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian yang tidak diatur secara khusus.
Dari perjanjian ATM yang dibuat antara bank dengan nasabahnya, yang menjadi masalah adalah bagaimana kedudukan dan perlindungan hukum bagi nasabah
bank pengguna ATM bila terjadi salah satu dampak negatif yang telah disebutkan diatas, sementara perjanjian tersebut dibuat hanya oleh salah satu pihak, yaitu pihak
bank. Kerugian yang diderita nasabah tentunya harus ada yang menanggung, dengan berdasarkan perjanjian yang dibuat antara bank dengan nasabah.
Dalam pasal-pasal yang lain dari Undang-Undang Perbankan tidak diatur secara khusus mengenai tanggungjawab bank atas kerugian yang mungkin diderita
oleh nasabah banknya, khususnya nasabah bank pengguna ATM. Hal tersebut diatas tentunya tidak berarti bahwa nasabah bank pengguna
ATM tidak memiliki sama sekali perlindungan atas kerugian yang mungkin dideritanya. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
dapat dijadikan dasar perlindungan hukum bagi nasabah bank. Hukum di Indonesia harus dapat memberikan perlindungan khusus yang bisa menyelesaikan segala
kemungkinan masalah yang timbul dari perjanjian ATM antara bank dengan nasabahnya.
atau karena alasan-alasan yang oleh karena undang-undang dinyatakan cukup untuk itu . Suatu perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik.
43
Munir Fuady, Hukum Kontrak, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 23.
DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM AUTOMATED TELLER MACHINES DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA, 2008.
Hukum sebagai nilai-nilai yang menggambarkan abstraksi dari hati nurani manusia dan rasa kemanusiaan mengenai adil dan tidak adil, benar dan tidak benar,
sah dan tidak sah, patut dan tidak patut, dimana pada hakekatnya mampu untuk menjawab atas persoalan diatas.
44
Secara rinci, hukum akan menampakkan diri sebagai seperangkat peraturan yang didalamnya mengandung nilai-nilai mengenai antara lain:
45
1. pemanfataan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi iptek secara maksimal yang tidak
membahayakan manusia dan kehidupan; 2.
tidak melanggar kepentingan dan hak-hak pribadi maupun hak-hak publikmasyarakat;
3. pengakuan dan prosedur pengakuan hak oleh negara di bidang hak milik
intelektual; 4.
pengaturan tentangmengenai keseimbangan antara kepentingan publik terhadap kepentingan individu sebagai keseimbangan kepentingan diantara para pihak.
Mengingat luasnya dan sekaligus tipisnya batas antara nilai kemanfaatan dengan dampak negatif yang akan timbul dari teknologi, maka sangat dibutuhkan
berbagai aspek hukum sekaligus untuk mengatur penggunaan teknologi pada umumnya. Berbagai aspek hukum yang dimaksud meliputi baik aspek hukum publik
maupun aspek hukum perdata.
46
Dengan demikian hukum juga akan mampu memberikan solusi dan jawaban atas kemungkinan timbulnya hal-hal negatif dan merugikan dalam penggunaan dan
pemanfataan iptek sementara penggunaan iptek sebesar-besarnya bermanfaatan guna kelangsungan kehidupan kemanusiaan. Untuk itu perlu diciptakan dari berbagai aspek
hukum, baik publik maupun perdata.
G. Metode Penelitian