tonometer bila tidak menekan pada mata. “Pluger” adalah batang berujung tumpul yang dimasukkan ke dalam selongsong tabung, yang dapat mundur maju.
Satu ujungnya menyentuh kornea, sedangkan ujung lainnya mengeser jarum skala pengukur. Beban 5,5 g yang dipasang di ujung atas pluger paling jauh
dari pasien agar tidak jauh dari bagian batang. Pasien tidur telentang, dan diberi anestesi lokal pada kedua mata. Dengan pasien
menatap lurus ke depan, kelopak mata ditahan agar tetap terbuka dengan menarik kulit palpebra dengan hati-hati pada pinggir orbita. Tonometer
diturunkan oleh tangan lainnya sampai ujung cekung laras menyentuh kornea. Dengan gaya yang ditetapkan dengan beban terpasang, tonjolan pluger berujung
tumpul menekan pada kornea dan sedikit melekukkan pusat kornea. Tahanan kornea, yang sebanding dengan tekanan intraokuler, akan mendesak pluger ke
atas. Sewaktu bergeser keatas didalam selongsong, pluger menggeser jarum penunjuk skala. Makin tinggi tekanan intraokuler, makin besar tahanan kornea
terhadap indentasi, makin tinggi pula geseran pluger ke atas, sehingga makin jauh mengeser jarum penunjuk skala.
Dipakai sebuah kartu konversi untuk menerjemahkan nilai pada skala ke dalam milimeter air raksa. Jika mata kencang, diberikan tambahan beban 7,5 dan 10
gr pada pluger untuk menaikkan gaya pada kornea. Kalibrasi dilakukan dengan meletakkan tonometer pada blok metal “berbentuk-kornea” yang akan
mendefleksi jarum itu maksimal sehingga sesuai dengan “O” pada skala
2,15,20
.
4.2 Tonometer Applanasi Tonometer applanasi Goldmann adalah tonometer yang dipasang pada
slitlamp, untuk mengukur besarnya beban yang diperlukan untuk meratakan apeks kornea dengan beban standar. Pemeriksaan ini untuk mendapatkan
tekanan intraokuler dengan menghilangkan pengaruh kekakuan sklera scleral rigidity. Makin tinggi tekanan intraokuler, makin besar beban yang dibutuhkan.
Tonometer applanasi Goldmann lebih teliti dari pada tonometri Schiotz, jenis ini lebih disukai para oftalmolog. Dengan alat ini tidak diperhatikan kekakuan sklera,
karena pada tonometer applanasi, prisma yang dipakai hanya menggeser cairan dalam bola mata sebesar 0,5 mm kubik sehingga tidak terjadi pengembangan
sklera yang berarti seperti pada tonometer Shiotz yang terjadi pergerakan cairan dalam bola mata sebesar 7–14 mm kubik sehingga kekakuan sklera memegang
peranan dalam perhitungan tekanan intraokuler
2,15,18,20
. Setelah anastesi lokal dan pemberian fluoresein, pasien duduk didepan slitlamp
dan tonometer disiapkan. Agar dapat melihat fluoresein, dipakai filter biru cobalt dengan penyinaran paling terang. Setelah memasang tonometer di depan
kornea, pemeriksa melihat melalui slitlamp okuler saat ujungnya berkontak dengan kornea. Sebuah per counterbalance yang dikendalikan dengan tangan
mengubah-ubah beban yang diberikan pada ujung tonometer. Setelah berkontak, ujung tonometer meratakan bagian tengah kornea dan menghasilkan
garis fluorescein melingkar tipis. Sebuah prisma di ujung visual memecah lingkaran ini menjadi dua setengah–lingkaran yang tampak hijau melalui okuler
slitlamp. Beban tonometer diatur secara manual sampai kedua setengah- lingkaran tersebut tepat bertindih. Titik akhir visual ini menunjukan bahwa
kornea telah didatarkan oleh beban standar yang terpasang. Jumlah beban yang dibutuhkan untuk ini diterjemahkan skala menjadi bacaan tekanan dalam
milimeter air raksa
15,20
.
Sebuah tonometer applanasi listrik portable, Tonopen, telah diciptakan. Meskipun teliti, alat ini memerlukan kalibrasi setiap hari. Tono-pen lebih mahal
daripada tonometer Schhiotz sehingga sedikit dijumpai dalam klinik dan bagian gawat darurat. Tonometer Perkins adalah sebuah tonometer applanasi mekanik
©2003 Digitized by USU digital library 5
portabel dengan mekanisme yang mirip dengan tonometer Goldmann. Pneumotonometer adalah tonometer applanasi lain, terutama berguna untuk
kornea yang tidak rata
15
.
4.3 Tonometri Non-kontak Tonometer non-kontak “hembusan-udara“ tidak seteliti tonometer applanasi.
Dihembuskan sedikit udara pada kornea. Udara yang terpantul dari permukaan kornea mengenai membran penerima-tekanan pada alat ini. Metoda ini tidak
memerlukan anestesi, karena tidak ada bagian alat yang mengenai mata. Jadi dengan mudah dipakai oleh teknisi dan berguna dalam program penyaringan
2,15
5. FREKUENSI DISTRIBUSI TEKANAN INTRAOKULER Penelitian yang telah dilakukan Armaly 1965 dengan menggunakan tonometer
aplanasi pada populasi normal dari 2394 subjek penelitian mendapatkan distribusi Gaussian untuk usia diatas 40 tahun. Dengan peningkatan usia
terdapat peningkatan tekanan intraokuler rata-rata dan simpangan bakunya. Tabel: Perbedaan Tekanan Intraokuler rata-rata dan Simpangan Baku SD
antara Pria dan Wanita berdasarkan Kelompok Umur dari Penelitian Armaly
9
Perbedaan Pria-Wanita Usia
thn Pria SD Wanita
SD Rata-rata SD
20 - 29 14,93 2,476 14,97 2,51 0,04
0,04 30 - 39
15,17 2,97 15.13 2,82 0,04 0,15
40 - 49 15,55 2,96 15,71 3,04 0,16
0,08 50 - 59
15,89 3,21 16,47 2,89 0,58 0,32
60 - 69 16,33 3,80 16,79 3,79 0,46
0,01 70 - 79
16,14 4,15 17,15 3,83 1,01 0,32
6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN INTRAOKULER Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan intraokuler antara lain:
6.1 Usia Masih banyak pertentangan mengenai pengaruh usia terhadap perubahan