Konsep Partisipasi Masyarakat TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Partisipasi Masyarakat

Conyers dalam Soetomo 2006, mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan dan kesadaran diri masyarakat itu sendiri dalam program pembangunan. Ada lima cara untuk melibatkan keikutsertaan masyarakat yaitu : 1. Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi. 2. Memanfaatkan petugas lapangan, agar pelaksanaan tugasnya sebagai agen pembaharu juga menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan. 3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberikan peluang yang semakin besar kepada masyarakat unutk berpartisipasi. 4. Perencanaan melalui pemerintah lokal. 5. Menggunakan strategi pengembangan komunitas community development. Chapin dalam Notoatmodjo 2005, mengemukakan partisipasi dapat diukur dari yang terendah sampai yang tertinggi, yaitu : 1. Kehadiran individu dalam pertemuan-pertemuan. 2. Memberikan bantuan dan sumbangan keuangan. 3. Keanggotaan dalam kepanitiaan. 4. Posisi kepemimpinan. Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 Sutton dan Kolaja dalam Notoatmodjo 2005, membagi peran-peran dalam partisipasi program menjadi tiga, yaitu : 1. Pelaku adalah pihak yang mengambil peran dan tindakan yang aktif dalam program. 2. Penerima adalah pihak yang nantinya akan menerima manfaat dari program yang dijalankan. 3. Publik adalah pihak yang tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan program, tetapi dapat membantu pihak pelaku. Dusseldorp dalam Mardikanto 2003, menyatakan bahwa bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat dapat berupa : 1. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat. 2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok. 3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkan partisipasi masyarakat yang lain. 4. Menggerakkan sumberdaya masyarakat. 5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan. 6. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya. Ditjen PP PL Depkes RI 2006, mengemukakan bahwa partisipasi adalah keadaan di mana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya. Dalam suatu masyarakat bagaimanapun sederhananya, selalu ada Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 suatu stimulus. Mekanisme ini disebut pemecahan masalah atau proses pemecahan masalah. Mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat sebenarnya tidak lain dari pada mengembangkan mekanisme atau proses pemecahan masalah tersebut agar berlangsung lebih rasional. Sayangnya seringkali apa yang rasional menurut petugas kesehatan, tidak selamanya dianggap rasional pula oleh masyarakat. Perbedaan persepsi tersebut menyebabkan hambatan dalam perkembangannya mekanisme atau proses pemecahan masalah tersebut, sehingga berpengaruh pula terhadap perkembangan dan pembinaan partisipasi itu sendiri. Sesuai dengan tahap-tahap dalam pemecahan masalah, maka tahap-tahap partisipasi juga dapat dikelompokkan menjadi : 1. Partisipasi dalam tahap pengenalan masalah dan penentuan prioritas masalah. 2. Partisipasi dalam tahap penentuan cara pemecahan alias tahap perencanaan. 3. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan, termasuk penyediaan sumber daya. 4. Partisipasi dalam tahap penelitian dan pemantapan. Setiap tahap partisipasi ini jelas bahwa setiap tahap, bentuk ikut sertanya masyarakat bertanggung jawab dalam perencanaan, dan sebagainya. Ditjen PP PL Depkes RI 2005, mengemukakan bahwa partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau kelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Wujud dari keikutsertaan dimaksud tentu saja adalah perilaku tertentu yang positif bagi pencapaian tujuan kegiatan. Dalam program pencegahan penyakit DBD partisipasi masyarakat salah satu kunci keberhasilannya. Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 Craig dan Mayo dalam Yustina 2003, mengatakan Empoworment is road to participation. Pemberdayaan merupakan syarat bagi terciptanya suatu partisipasi dalam masyarakat. Belum adanya partisipasi aktif dalam masyarakat untuk menciptakan kondisi yang kondusif pada proses pembangunan mengisyaratkan belum berdayanya sebagian masyarakat kita. Keberdayaan memang menjadi syarat untuk berpartisipasi, karena merupakan sesuatu yang sulit bagi masyarakat ketika mereka dikehendaki untuk berpartisipasi namun tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang segala aktivitas yang mendukung proses pembangunan. Collins dalam Hikmat 2004, ada beberapa alasan untuk memfokuskan partisipasi masyarakat community participation dalam hal manajemen dan perencanaan kesehatan, yaitu : 1. Efektivitas program lebih mudah dicapai, hal ini dimungkinkan oleh karena manajemen dan perencanaan lebih mengarah kepada kebutuhan masyarakat lokal, selain itu masyarakat dapat memberikan kontribusi yang penting dalam proses monitoring dan evaluasi program. 2. Melalui partisipasi masyarakat sustainabilitas kesehatan dapat diperoleh dengan lebih mudah. 3. Dengan proses community participation yang efektif dapat merupakan prinsip akuntabilitas dari masyarakat terutama dalam hal pembiayaan pelayanan kesehatan. Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 4. Dengan community participation tingkat penerimaan program kesehatan oleh masyarakat dapat lebih mudah diperoleh yang pada gilirannya akan meningkatkan utilitas dan cakupan pelayanan kesehatan. 5. Pada situasi dengan keterbatasan sumber daya yang ada, masyarakat dapat berperan dalam hal kontribusi tenaga, lahan, material dan bahkan pembiayaan.

2.2. Faktor-Faktor Pembentuk Partisipasi