Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD

2.3. Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD

Demam Berdarah Dengue DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes terutama Aedes Aegypti yang sering menimbulkan wabah dan kematian. Menemukan kasus DBD secara dini bukanlah hal yang mudah, karena pada awal perjalanan penyakit gejala dan tandanya tidak spesifik, sehingga sulit dibedakan dengan penyakit infeksi lainnya. Penegakan diagnosis DBD secara klinis sesuai dengan kriteria World Health Organization WHO, sekurang-kurangnya memerlukan pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan trombosit dan hematokrit secara berkala Depkes RI, 2005. Virus Dengue sebagai penyebab DBD ini sampai sekarang dikenal ada empat tipe tipe 1, 2, 3 dan 4 termasuk dalam group B Arthropod Borne Virus. Keempat tipe virus ini ada di berbagai daerah indonesia. Hasil penelitian menunjukkan virus Dengue tipe 3 merupakan serotype yang dominan menyebabkan kasus yang berat Depkes RI, 2005. Penyakit DBD pada umumnya menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa. Masa inkubasi DBD biasanya berkisar antara 4-7 hari. Prognosis DBD sulit diramalkan dan pengobatan yang spesifik untuk DBD tidak ada, karena obat terhadap virus Dengue belum ada. Prinsip dasar pengobatan penderita DBD adalah pengantian cairan tubuh yang hilang karena kebocoran plasma Depkes RI, 2005. Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 2.3.1. Definisi kasus DBD 1. Diagnosa klinis Diagnosa DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut World Health Organization WHO, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris Depkes RI, 2005. Kriteria Klinis 1 Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus 2-7 hari, 2 Terdapat manifest perdarahan ditandai sekurang- kurangnya uji torniquet positif. Perdarahan spontan berbentuk perdarahan bawah kulit peteki, purpura, ekimosis, mimisan epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna hematemesis dan melena, 3 Disertai atau tanpa pembesaran hati, 4 Syok ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi 20mm Hg atau nadi tidak teraba, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah. Kriteria Laboratoris 1 Trombositopenia 100.000 μ1 atau kurang, 2 Hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20 atau lebih. 2. Diagnosa Laboratoris DBD Pemeriksaan serologis didasarkan pada timbulnya antibodi setelah infeksi Depkes RI, 2005. Cara yang dilakukan adalah pemeriksaan HI Haemaglutination Inhibition dan uji antibodi IgM dan IgG ELISA a. Deteksi Antigen PCR Polymerase Chain Reaction. b.Isolasi virus. Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 2.3.2. Klasifikasi kasus DBD Depkes RI, 2005. 1. Kasus tersangka DBD : Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas berlangsung terus menerus selama 2-7 hari disertai manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji torniquet positif danatau trombositopenia ≤ 100.000μ1. 2. Kasus Demam Dengue DD Gejala demam tinggi mendadak, kadang-kadang bifasik, nyeri kepala hebat, nyeri belakang bola mata, nyeri otot, tulang dan sendi, mual, muntah dan timbulnya ruam atau hasil Ig M positif. 3. Kasus Demam Berdarah Dengue DBD Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari disertai manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji torniquet positif, trombositopenia, hemokonsentrasi atau hasil pemeriksaan serologis positif. 4. Kasus Dengue Shock Syndrome DSS DBD derajat III dan IV. 2.3.3. Tempat Potensial Bagi Penularan DBD Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya, antara lain Depkes RI, 2005: 1. Wilayah yang banyak kasus DBD endemis 2. Tempat-tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 beberapa tipe virus dengeu cukup besar. Tempat-tempat tersebut antara lain sekolah, rumah sakit, hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat ibadah, dll. 3. Permukiman baru di pinggir kota Karena di lokasi ini penduduknya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa virus Dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal. 2.3.4. Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes Aegypti Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti adalah tempat- tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut Depkes RI, 2005: 1. Tempat penampungan air TPA untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandiwc, dan ember. 2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti: tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, dan barang-barang bekas ban, kaleng, botol,plastik, dll. 3. Tempat penampungan air alamiah, seperti: lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu. Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 2.3.5. Perilaku Nyamuk Aedes Aegypti Biasanya nyamuk Aedes aegypti mencari mangsanya pada siang hari. Aktifitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Tidak seperti nyamuk lain, nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sabagai penular penyakit. Setelah menghisap darah, nyamuk ini hinggap beristirahat di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat- tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya Hadinegoro, 2005. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina Aedes aegypti akan meletakkan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umumnya nyamuk batina dapat mencapai 2-3 bulan. Setiap bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. telur itu di tempat yang kering tanpa air dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2ºC sampai 42ºC, dan bila tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat Depkes RI, 2005. Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 2.3.6. Penyebaran Nyamuk Aedes Aegypti Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter, namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub-tropis. Di indonesia nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun di tempat-tempat umum. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembangbiak sampai ketinggian ±1000 meter dari permukaan air laut. Di atas ketinggian ±1000 tidak dapat berkembangbiak, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut Depkes RI, 2005. 2.3.7. Variasi Musiman Nyamuk Aedes Aegypti Pada musim hujan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang pada musin kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas. selain itu pada musim hujan semakin banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk ini. Oleh karena itu pada musim hujan populasi Aedes aegypti meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengeu Depkes RI, 2005. 2.3.8. Pencegahan Penyakit DBD Sebagaimana diketahui cara pencegahan dan pemberantasan DBD yang dapat dilakukan saat ini adalah memberantas vektor yaitu nyamuk penular Aedes Aegypti Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 dan pemberantasan terhadap jentik-jentiknya, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Cara yang dianggap paling tepat adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengeu PSN-DBD yang harus didukung oleh peran serta masyarakat. Apabila PSN-DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat maka populasi nyamuk Aedes Aegypti akan dapat ditekan serendah- rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus dilakukan secara berkesinambungan dan terus- menerus, karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat Depkes RI, 2005. Hadinegoro 2005, menyatakan bahwa Strategi dalam pencegahan penyakit DBD, maliputi: 1. Fogging Fogging dilakukan terhadap nyamuk dewasa dengan insektisida. mengingat kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda-benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan pada dinding rumah. Kegiatan fogging hanya dilakukan jika ditemukan penderitatersangka penderita DBD lain, atau sekurang- kurangnya ada 3 penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukannya jentik nyamuk Aedes aegypti di lokasi. 2. Penyuluhan kepada masyarakat Penyuluhan tentang penyakit demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui media massa, tempat ibadah, kaderPKK dan kelompok masyarakat lainnya. Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 Kegiatan ini dilakukan setiap saat pada beberapa kesempatan. Selain penyuluhan kepada masyarakat luas, penyuluhan juga dilakukan secara individu melalui kegiatan pemantauan jentik berkala PJB. 3. Pemantauan jentik berkala Pemantauan jentik berkala dilakukan setiap 3 tiga bulan di rumah dan tempat-tempat umum. Diharapkan angka bebas jentik ABJ setiap kelurahan desa dapat mencapai lebih dari 95 akan dapat menekan penyebaran penyakit DBD. 4. Penggerakan masyarakat dalam PSN-DBD Cara yang tepat dalam pencegahan penyakit DBD adalah dengan melaksanakan PSN-DBD, dan dapat dilakukan dengan cara yaitu 1 Fisik, cara ini dikenal dengan ”3M” yaitu: Menguras dan menyikat bak mandi secara teratur seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air rumah tangga tempayan, drum, dan lain-lain, mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas kaleng, ban, dan lain-lain, 2 Kimia, cara memberantas jentik Aides aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik yang dikenal dengan istilah larvasida. Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos dimana formulasi yang digunakan adalah dalam bentuk granule sand granules, dengan dosis 1 ppm atau 100 gram ± 1 sendok makan rata untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temophos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Larvasida yang lain yang dapat digunakan adalah golongan insect growth regulator. Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 3 Biologi, pemberantasan jentik Aides aegypti dengan cara biologi adalah dengan memelihara ikan pemakan jentik ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupangtempalo, dan lain-lain. Selain itu ditambah juga dengan cara lain : 1. Mengganti air dalam vas bunga, tempat minum burung, atau tempat-tempat lain yang sejenis semingu sekali. 2. Memperbaki saluran dan talang air yang tidak lancarrusak. 3. Menutup lubang-lubang dan potongan bambu. 4. Memasang kawat kasa. 5. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar. 6. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang mamadai. 7. Menggunakan kelambu. 8. Memakai obatlotin yang dapat mencegah gigitan nyamuk. 2.3.9. Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan DBD Oleh Masyarakat Kegiatan pencegahan penyakit DBD yang melibatkan masyarakat adalah Depkes RI, 2005 : 1. Penggerakan masyarakat dalam PSN DBD Pelaksana : Masyarakat di lingkungan masing-masing, yang sebelumnya telah diberikan pengarahan langsung oleh ketua RTRW, tokoh masyarakat Toma, dan kader. Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 Lokasi : Meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya dan merupakan satu kesatuan epidemiologis. Sasaran : Semua tempat potensial bagi perindukan nyamuk; tempat penampungan air, barang bekas, lubang pohontiang pagar, dll. cara : Melakukan kegiatan 3M menguras, menutup, mengubur. 2. Penggerakan masyarakat dalam menaburkan bubuk larvasida Pelaksana : Tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas kesehatan. Lokasi : Meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya dan merupakan satu kesatuan epidemiologis. Sasaran : Tempat penampungan air TPA di rumah dan tempat-tempat umum. cara : Larvasida dilakukan di seluruh wilayah terjangkit, dengan menaburkan larvasida sesuai takaran. 3. Penyuluhan Pelaksana : Petugas kesehatan, kader dari masyarakat atau kelompok kerja Pokja DBD desakelurahan. Lokasi : Meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya dan merupakan satu kesatuan epidemiologis. Sasaran : Seluruh masyarakat. Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 cara : Memberikan pengarahan dan informasi tentang cara-cara pencegahan penyakit DBD yang dapat dilaksanakan oleh individu, keluarga, dan masyarakat, serta situasi DBD di wilayahnya. 2.4. Landasan Teori Secara umum partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan, dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan tersebut dimulai dari gagasan, perumusan kebijaksanaan, hingga pelaksanaan program. Partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan. Partisipasi tidak langsung dapat berupa bantuan keuangan, pemikiran dan materi yang dibutuhkan Depkes RI, 2005. Meningkatkan partisipasi masyarakat tidaklah semata-mata berarti melibatkan masyarakat dalam tahap perencanaan atau dalam evaluasi program belaka. Dalam partisipasi tersirat makna dan integritas keseluruhan program itu. Partisipasi merupakan sikap keterbukaan terhadap persepsi dan perasaan pihak lain. Partisipasi berarti perhatian mendalam mengenai perbedaan atau perubahan yang akan dihasilkan suatu program sehubungan dengan kehidupan masyarakat Depkes RI, 2005. Untuk menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu adanya kesempatan yang diberikan Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008 kepada masyarakat untuk berpartisipasi, adanya kemauan, dan adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Berdasarkan teori tersebut, dapat dilihat pada gambar berikut ini: KEMAMPUAN BERPARTISIPASI KESEMPATAN BERPARTISIPASI KEMAUAN BERPARTISIPASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN Gambar 2.1. Faktor-Faktor Pembentuk Partisipasi Slamet Mardikanto, 2003 Adanya kesempatan-kesempatan yang disediakan ditumbuhkan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat akan tidak banyak berarti jika masyarakatnya tidak memiliki kemampuan untuk berpartisipasi. Tentang hal ini, adanya kesempatan yang diberikan, sering merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan sangat menentukan kemampuannya. Sebaliknya adanya kemauan akan mendorong seseorang untuk meningkatkan kemampuan dan aktif memburu serta memanfaatkan setiap kesempatan yang ada Slamet Mardikanto, 2003. Zairina: Pengaruh Kesempatan, Kemauan, Dan Kemampuan Ibu Terhadap Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, 2008. USU e-Repository © 2008

2.5. Kerangka Konsep