Koma Hiperglikemik Patofisiologi Tinjauan Umum Penyakit .1 Anatomi

Transplantasi Ginjal Transplantasi ginjal telah menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal ginjal tahap akhir hampir di seluruh dunia. Manfaat transplantasi ginjal sudah jelas terbukti lebih baik dibandingkan dengan dialysis terutama dalam hal perbaikan kualitas. Salah satu diantaranya adalah tercapainya tingkat kesegaran jasmani yang lebih baik karena dapat mengatasi seluruh jenis penurunan ginjal. Di pihak lain, dialysis hanya mengatasi akibat sebagian jenis penurunan fungsi ginjal. Tabel 6. Keuntungan transplantasi ginjal dibandingkan dengan hemodialisis Tranplantasi ginjal Hemodialisis Prosedur Kualitas hidup jika berhasil Ketergantungan pada fasilitas medik Jika gagal Angka kematiantahun Satu kali biasanya Baik sekali Minimal Dapat hemodialisis kembali atau transplantasi lagi 4-8 Seumur hidup Cukup baik Besar Meninggal 20-25

5.1.7.4 Koma Hiperglikemik

Sindrom koma hiperglikemik ditandai oleh hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai adanya ketosis. Gejala klinis utama adalah dehidrasi berat, hiperglikemia berat dan seringkali disertai gangguan neurologis dengan atau tanpa adanya ketosis. Perjalanan klinis koma hiperglikemik biasanya berlangsung dalam jangka waktu tertentu beberapa hari sampai beberapa minggu, dengan gejala Universitas Sumatera Utara khas meningkatnya rasa haus disertai poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan.

5.1.7.5 Patofisiologi

Faktor yang memulai timbulnya koma hiperglikemik adalah diuresis glukosuria. Glukosuria mengakibatkan kegagalan pada kemampuan ginjal dalam mengkonsentrasikan urin, yang akan semakin memperberat derajat kehilangan air. Pada keadaaan normal, ginjal berfungsi mengeliminasi glukosa di atas ambang tertentu. Namun demikian, penurunan volume intravaskular atau penyakit ginjal yang telah ada sebelumnya akan menurunkan laju filtrasi glomerular, menyebabkan kadar glukosa meningkat. Hilangnya air yang lebih banyak dibandingkan dengan natrium menyebabkan keadaan hiperosmolar. Insulin yang ada tidak cukup untuk menurunkan kadar glukosa darah, terutama jika terjadi resistensi insulin. Tidak tercukupinya kebutuhan insulin menyebabkan timbulnya hiperglikemia. Penurunan pemakaian glukosa oleh jaringan perifer termasuk oleh sel otot dan sel lemak, ketidakmampuan menyimpan glukosa sebagai glikogen pada otot dan hati, dan stimulasi glukagon pada sel hati untuk glukoneogenesis mengakibatkan semakin naiknya kadar glukosa darah. Pada keadaan dimana insulin tidak mencukupi, maka besarnya kenaikan kadar glukosa darah juga tergantung dari status hidrasi dan masukan karbohidrat oral. Hiperglikemia mengakibatkan timbulnya diuresis osmotik, dan mengakibatkan menurunnya cairan tubuh total. Dalam ruang vaskular, dimana glukoneogenesis dan masukan makanan terus menambah glukosa, kehilangan Universitas Sumatera Utara cairan akan semakin mengakibatkan hiperglikemia dan hilangnya volume sirkulasi. Hiperglikemia dan peningkatan konsentrasi protein plasma yang mengikuti hilangnya cairan intravaskular menyebabkan keadaan hiperosmolar. Keadaan hiperosmolar ini memicu sekresi hormon anti diuretik. Keadaan hiperosmolar ini juga akan memicu timbulnya rasa haus. Adanya keadaan hiperglikemia dan hiperosmolar ini jika kehilangan cairan tidak dikompensasi dengan masukan cairan oral maka akan timbul dehidrasi dan kemudian hipovolemia. Hipovolemia akan mengakibatkan hipotensi dan nantinya akan menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan. Keadaan koma merupakan suatu stadium akhir dari proses hiperglikemik ini, dimana telah timbul gangguan elektrolit berat dalam kaitannya dengan hipotensi Sudoyo, 2006.

5.8.9 Pembahasan