5.3 Perbedaan Rerata Proporsi Lebar Insisivus Lateralis Terhadap
Insisivus Sentralis dan Proporsi Lebar Kaninus Terhadap Insisivus Lateralis Rahang Atas dengan Konsep
Golden Proportion, Pr eston’s Proportion dan RED
Proportion pada Mahasiswa Indonesia FKG USU Angkatan 2011-2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 8, hasil uji statistik perbedaan proporsi lebar gigi anterior rahang atas terhadap konsep
golden proportion, Preston’s proportion, dan RED proportion menggunakan ANOVA dengan Bonferroni test sebagai metode post hoc
menunjukkan rerata proporsi insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis pada laki- laki secara statistik berbeda signifikan dengan konsep golden proportion p=0,001,
Preston’s proportion p=0,001, dan RED proportion p=0,018. Rerata proporsi kaninus terhadap insisivus lateralis pada laki-laki secara statistik menunjukkan
adanya perbedaan signifikan terhadap golden proportion p=0,001 dan RED proportion p=0,001, tetapi tidak berbeda signifikan terhadap
Preston’s proportion p=1,000. Pada perempuan, rerata proporsi insisivus lateralis terhadap insisivus
sentralis secara statistik menunjukkan adanya perbedaan signifikan terhadap golden proportion p=0,001 dan
Preston’s proportion p=0,001, tetapi tidak berbeda signifikan terhadap RED proportion p=0,267, sedangkan rerata proporsi kaninus
terhadap insisivus lateralis secara statistik menunjukkan adanya perbedaan signifikan terhadap golden proportion p=0,001 dan RED proportion p=0,001, tetapi tidak
berbeda signifikan terhadap Preston’s proportion p=0,882.
Hasil dari populasi penelitian ini menunjukkan bahwa pada proporsi gigi geligi anterior rahang atas, yaitu proporsi antara insisivus lateralis terhadap insisivus
sentralis maupun proporsi kaninus terhadap insisivus lateralis, konsep golden proportion kurang sesuai digunakan untuk mendapatkan senyuman yang estetis
dalam perawatan restorasi dental, dan tidak merupakan faktor yang umum terdapat pada senyuman estetis. Kesimpulan yang sama juga dinyatakan pada penelitian Al-
Marzok MI dkk 2013 yang meneliti ada tidaknya unsur golden proportion pada populasi Malaysia dari nilai signifikan perbedaan konsep golden proportion dengan
proporsi lebar gigi insisivus lateral terhadap insisivus sentralis dan kaninus terhadap
Universitas Sumatera Utara
insisivus sentralis rahang atas secara berurut adalah 0,026 dan 0,017 p0,05.
20
Penelitian oleh Prima 2013 pada sampel yang terdiri dari suku Proto Melayu, Deutro Melayu dan Tionghua memberikan hasil yaitu perbedaan yang tidak
signifikan p0,05 hanya ditemukan pada sampel bersuku Deutro Melayu dengan konsep RED proportion, membuktikan pada penduduk Indonesia tidak ditemukan
konsep rasio berulang yang merupakan konsep dasar pada golden proportion serta RED proportion.
25
Forster dkk dalam hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan konsep golden proportion dalam rencana perawatan tidak boleh
digunakan tanpa melakukan observasi terlebih dahulu mengenai faktor-faktor individual yang dapat berpengaruh.
10
Dibandingkan konsep estetik lainnya, hasil penelitian ini menunjukkan konsep
Preston’s proportion dapat digunakan sebagai konsep estetik pada laki-laki dan perempuan, tetapi hanya pada proporsi kaninus
terhadap insisivus lateralis. Konsep RED proportion 70 juga dapat digunakan sebagai konsep estetik gigi-geligi anterior rahang atas, tetapi hanya pada proporsi
insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis perempuan. Adanya hasil yang berbeda dari berbagai penelitian mungkin disebabkan oleh metodologi yang berbeda. Pada
penelitian-penelitian oleh Mahshid dkk 2004, Basting RT dkk 2006, Fayyad MA dkk 2006, Nikgoo dkk 2009, Sulaiman E dkk 2010, Al-Johany SS dkk 2011,
Shetty S dkk 2011, Jennifer 2012, Forster A dkk 2013, Prima F 2014 dan termasuk penelitian ini metode yang digunakan adalah pengambilan foto dari arah
depan dan
mengukur serta
mengkalkulasi dengan
teknik komputerisasi.
1,5,9,10,13,15,19,21,24,25
Studi lainnya yang dilakukan oleh Gillen RJ dkk 1994 dan Al-Marzok MI dkk 2013 menggunakan metode pengukuran langsung
pada hasil cetakan gigi-geligi pasien
3,20
, atau penelitian oleh Preston JD 1993 menggunakan kombinasi kedua metode tersebut.
14
Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi kelemahan serta keterbatasan pada penelitian ini dan perlu dipertimbangkan dalam pengukuran proporsi gigi-geligi
anterior rahang atas dalam penelitian selanjutnya. Pengambilan foto gigi-geligi anterior harus dilakukan dari arah depan, dan posisi kamera serta wajah harus tepat
Universitas Sumatera Utara
pada midline. Hal ini sangat penting dikarenakan apabila pergeseran midline fasial terjadi walaupun dalam skala kecil, telah terjadi perubahan dimensi gambar pada
bagian tengah terhadap bagian samping foto, yang akan menyebabkan kesalahan pada kesimetrisan gigi pada kedua sisi yang berpengaruh terhadap ukuran yang tampak
dari arah depan. Kesalahan ini umum terjadi karena adanya lengkung pada rahang yang dapat mengubah hasil pengukuran lebar gigi-geligi. Selain itu, adanya variasi
jumlah sampel mungkin juga dapat berkontribusi dalam memberikan hasil yang berbeda-beda.
19
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN