meninggalkan jaringan mukosa terbuka untuk ulserasi dan infeksi Oral Cancer Foundation, 2012. Jenis mukositis yang paling sering adalah pada mukosa oral
yaitu mukositis oral. Mukositis oral dapat menyebabkan rasa sakit, masalah gizi sebagai akibat dari ketidakmampuan untuk makan, mengganggu pengobatan
misalnya, memerlukan pengurangan dosis kemoterapi berikutnya dan akhirnya berpotensi mempengaruhi survival pasien dan kualitas hidup pasien National
Cancer Institute, 2013. Berdasarkan penguraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui angka
kejadian mukositis oral pada anak menderita LLA yang menjalani kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Berapakah angka kejadian mukositis oral pada anak menderita leukemia
limfoblastik akut yang menjalani kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan bagi penilitian ini adalah untuk meneliti angka kejadian mukositis
oral pada anak menderita leukemia limfoblastik akut LLA yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat RSUP Haji Adam Malik, Medan,
Sumatera Utara, Indonesia.
1.3.2 Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik umur, jenis kelamin, dan status gizi
pada anak dengan LLA yang menjalani kemoterapi yang menderita mukositis oral di RSUP Haji Adam Malik Medan.
2. Untuk mengenal pasti kejadian mukositis oral pada fase- fase
pengobatan kemoterapi anak dengan leukemia limfoblastik akut tertentu di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1.
Bagi peneliti dapat memberikan pengalaman di bidang penelitian serta informasi yang berguna dan dapat dijadikan acuan bagi penelitian
selanjutnya.
2. Menjadi masukan data kepada rumah sakit RS tentang angka kejadian
mukositis oral pada anak yang menderita LLA di RS tersebut.
3. Menjadi saran kepada RS tentang keharusan meningkatkan tatalaksana
kejadian mukositis sehingga pengobatan LLA dan kualitas hidup pasien
menjadi lebih baik.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leukemia Limfoblastik Akut LLA
Leukemia akut didefinisikan sebagai penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang, ditandai dengan proliferasi sel-sel darah putih,
dengan manifestasi sel abnormal dalam darah tepi. Leukosit dalam darah berproliferasi secara tidak teratur, tidak terkendali dan fungsinya menjadi tidak
normal. Oleh karena proses tersebut, fungsi- fungsi lain dari sel darah normal juga terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia Parmono, 2005.
Pada LLA, terjadi penindasan hematopoiesis akibat proliferasi dan akumulasi sel-sel blast dalam sumusum tulang sehingga menyebabkan anemia,
trombositopenia, dan neutropenia. Keparahan tersebut mencerminkan tingkat
penggantian sumsum oleh limfoblast Lichtman, 2007. Neutropenia merupakan faktor risiko yang paling umum untuk terjadinya
infeksi pada pasien kanker. Kurangnya granulosit memfasilitasi infeksi bakteri dan jamur mempengaruhi respon inflamasi, memungkinkan infeksi untuk
berkembang dengan lebih cepat DeVita, 2008. Penatalaksanaan utama bagi LLA ialah kemoterapi yang diberikan menurut
fase pengobatan bagi LLA, yaitu induksi kemoterapi inisial untuk mencapai remisi, konsolidasi terapi pasca remisi untuk menghilangkan penyakit occult
klinis, reinduksi, dan rumatan maintainance kemoterapi dosis rendah lanjutan untuk mencegah relaps, diberikan selama 2 hingga 3 tahun Foster, 2010.
Kemoterapi dapat merusak imunitas dari mukosa yang akhirnya menyebabkan mukositis, dan juga menyebabkan netropenia yang akan
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi DeVita, 2008. Hal tersebut dapat menimbulkan pelbagai komplikasi yang akhirnya akan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas dari pasien LLA.
2.2 Mukositis