Tangjiprom 2010 menjelaskan bahwa perdagangan saham sebelum hari libur terjadi
return
tidak normal sebagaimana mestinya pada perdagangan hari biasa. Perolehan
return
sebelum hari libur menunjukkan perbedaan yang signifikan tinggi dibandingkan dengan perolehan
return
pada hari perdagangan lainnya. Lakonishok dan Smidt 1988 dalam Chomariah 2004 menemukan bahwa rata-rata
return
saham sebelum hari libur lebih tinggi dari pada rate
return
harian normal. Fields 1934 juga menemukan bahwa terdapat proporsi tertinggi pada pemilihan hari perdagangan saham sebelum hari libur. Meril
1966 juga menemukan bahwa frekuensi yang tidak proporsional pada keunggulan Dow Jones Industrial Average pada hari sebelum hari libur selama periode 1897 sampai dengan
1965. Lakonishok dan Smidt 1984 menemukan bahwa kenaikan harga berlaku pada semua perusahaan dari besar sampai kecil pada hari perdagangan terakhir sebelum natal. Coursey
dan Dyl 1986 yang dalam penelitiannya menggunakan metode laborat eksperimen pasar, menyisipkan hari libur dan pola hasil harga. Hasilnya konsisten dengan fakta bahwa harga
saham pada hari sebelum hari libur perdagangan adalah signifikan lebih tinggi daripada hari lainnya. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan
menjadikan kurun waktu 10 sepuluh hari sebelum bulan Januari sebagai
pre-holiday
yang selanjutnya dalam penelitian ini disebut sebagai
pre January.
2.1.9 Dampak Sesudah Hari Libur
Post Holiday
Hamid 2003 dalam Latifah 2012 menjelaskan bahwa efek pasca hari libur
post holiday effect
terjadi pada hari perdagangan setelah libur. Pada hari perdagangan setelah libur
return
saham dipeoleh negatif dan rendah dibandingkan dengan perolehan
return
pada hari pedagangan lainnya. Perolehan
return
saham yang negatif pada hari perdagangan setelah hari libur dan signifikan berbeda dibandingkan dengan hari lain disebabkan oleh faktor
informasi buruk yang sudah masuk dan diserap oleh pasar apabila pengumumannya
dilakukan pada saat libur Hamid, 2003. Peningkatan aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh individual pada hari Senin dan terdapat kecenderungan bahwa individual investor
cenderung untuk melakukan penjualan dibandingkan pembelian, hal ini merupakan salah satu faktor yang bisa menjelaskan terjadinya
Weekend Effect
Christanto, 2009. Akibat dari penjualan yang lebih besar daripada pembelian menyebabkan harga saham cenderung
turunrendah sehingga perolehan
return
pun akan menjadi rendah atau negatif. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam penelitian ini Dampak Sesudah Hari
Libur
Post Holiday
dibagi menjadi dua kurun waktu, yaitu 10 sepuluh hari pertama dan 10 sepuluh hari kedua dalam bulan Januari yang disebut sebagai
pre January
.
2.1.10 Analisis Teknikal
Harga saham merupakan harga yang terbentuk di bursa saham dan umumnya harga saham itu diperoleh untuk menghitung nilai saham Med Press Team Work, 1998. Faktor-
faktor yang mempengaruhi harga saham dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Sumber : Birgham dan Houston 2006:32
Gambar 2.1 Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Harga Saham
Keputusan kebijaka
n strategis
yang dikendali
kan oleh manajem
en :
1. Jenis produk dan jasa yang dihasilakan
2. Metode produksi yang digunakan Batasan
Ekstern al:
1. Undang-undang Antitrust 2. Peraturan Lingkungan
3. Peraturan keamanan produk dan tempat kerja
4. Peraturan praktik ketenagakerjaan 5. Kebijakan
federal reserve
6. Peraturan internasional 7. Dan seterusnya
Gambar 2.1 menunjukkan faktor internal yang mempengaruhi harga saham adalah keputusan deviden, struktur permodalan, risiko dan pertumbuhan laba. Sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi harga saham adalah peraturan yang ada, resesi ekonomi, sentimen pasar dan lain-lain.
Dalam pendekatan teknikal ini dinyatakan bahwa, investor adalah makhluk irasional. Bursa pada dasarnya adalah cerminan perilaku sekelompok masa
mass behaviour
. Seorang individu yang tergabung ke dalam suatu massa, bukan hanya sekedar kehilangan
rasionalitasnya tetapi sering kali melebur identitas pribadi ke dalam identitas kolektif. Harga saham sebagai komoditas perdagangan, tentu dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan
yang merupakan manifestasi dari kondisi psikologi pemodal. Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan
mengamati perubahan harganya di waktu yang lalu, volume perdagangan dan indeks harga saham gabungan. Perubahan harga saham cenderung bergerak pada satu arah tertentu
trend
. Pola tertentu pada masa yang lampau akan terulang kembali pada masa yang akan datang.
Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang telah terjadi di pasar, daripada apa yang seharusnya terjadi. Para pelaku pasar modal di Bursa Efek Indonesia BEI
menggunakan informasi tersebut untuk meraih keuntungan dari investasi mereka. Pada titik ekstrim seorang teknikalis tidak memerlukan informasi mengenai perusahaan. Sepanjang dia
membeli pada saat harga rendah dan menjual pada saat harga tinggi maka akan memperoleh keuntungan, tidak peduli apakah saham yang dibeli dari perusahaan yang untung atau
perusahaan yang menderita kerugian. Keputusan analisis teknikal dalam menjual atau membeli saham didasari oleh data-
data harga dan volume perdagangan saham di masa lalu. Informasi data masa lalu tersebut akan mendasari prediksi atas pola perilaku saham di masa akan datang.
Dengan mempelajari tentang perilaku pasar yang diterjemahkan ke dalam grafik riwayat harga dengan tujuan untuk memprediksi harga di masa yang akan datang maka para
analis teknikal berpendapat kalau segala sesuatu yang terjadi di pasar baik itu kondisi ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain itu sudah tercermin pada harga yang terbentuk
dari transaksi antara permintaan
demand
dan penawaran
supply
, selain itu harga juga selalu bergerak di dalam
trend
naik, turun atau
sideways
dan selalu berulang dari waktu ke waktu. Pada intinya analisa teknikal adalah studi harga dengan menggunakan grafik sebagai
alat utama. Levy 1966 dalam Tandelilin 2001:248, mengemukakan beberapa asumsi yang mendasari pendapat tersebut :
1. Nilai pasar barang dan jasa, ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran.
2. Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor rasional
maupun faktor tidak rasional. Faktor-faktor tersebut meliputi berbagai variabel ekonomi dan variabel fundamental serta faktor-faktor seperti opini yang beredar,
mood
investor dan ramalan-ramalan investor.
3. Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara keseluruhan cenderung
bergerak mengikuti suatu
trend
selama jangka waktu relatif panjang. Trend perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan hubungan permintaan dan
penawaran. Hubungan-hubungan tersebut akan bisa dideteksi dengan melihat diagram reaksi pasar.
2.2 Peneliti Terdahulu