Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1 Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin
dan sebagainya. 2 Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Notoatmodjo, 2011. Notoatmodjo 2011, membagi perilaku manusia kedalam 3 domain ranah atau
kawasan yakni: kognitif cognitive, afektif affective, dan psikomotor psychomotor. Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan yakni: 2.2.1. Pengetahuan
Menurut Noatmodjo 2011, pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 enam tingkat yaitu : Tahu know,
memahami comprehension, aplikasi application, analisa analysis , sintesis synthesis, dan evaluasi.
2.2.2. Sikap Sikap merupakan reksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek Tingkatan dari pembentuk sikap yakni: menerima receiving, merespon responding, menghargai valuing, bertanggung jawab responsible.
2.2.3. Praktik atau Tindakan Menurut Notoatmodjo, 2011 untuk mewujudkan suatu sikap menjadi tindakan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tingkatan praktik atau tindakan, yaitu: persepsi persepstion, respon terpimpin guided response,
mekanisme mechanism, adopsi adaption 2.3.Pengukuran perilaku
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung, yakni dengan pengamatan obsevasi, yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam
rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali recall. Metode ini dilakukan melalui pertanyaanpertanyaan terhadap
subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu Notoatmodjo, 2011.
2.4.Perilaku kesehatan Menurut Notoatmodjo 2011, perilaku kesehatan adalah sesuatu respon organisme
terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan
kesehatan ini terjadi dari 3 aspek yaitu Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit, Perilaku
peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat dan Perilaku gizi makanan dan minuman.
3. Konsep Bedah Abdomen
3.1.Pengertian Bedah abdomen adalah tindakan bedah besar yang menggunakan anestesi umum general
anestesi, yang merupakan salah satu bentuk dari pembedahan yang sering dilakukan Sjamsuhidajat dan Jong, 2005. Bedah abdomen merupakan prosedur pembedahan yang
melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen Sjamsuhidajat dan Jong, 2005. Ditambahkan pula bahwa tindakan bedah abdomen merupakan teknik sayatan
yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obstetri ginekologi.
3.2.Indikasi Bedah Abdomen Indikasi dilakukan tindakan bedah abdomen menurut Smeltzer dan Bare 2001 adalah
karena disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: trauma abdomen tumpul atau tajam, Peritonitis, Perdarahan saluran pencernaan, sumbatan pada usus halus dan usus besar, masa pada
abdomen, perforasi usus, pancreatitis, cholelithiasis. 3.3.Macam-macam Bedah Abdomen
Adapun tindakan bedah abdomen yang sering dilakukan adalah laparatomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, cholesistektomi, hepatektomi, splenektomi, kolostomi, dan
fistulektomi Sjamsuhidajat dan Jong, 2005. Setiap pembedahan selalu berhubungan dengan insisisayatan yang merupakan trauma
atau kekerasan bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Salah satu keluhan yang sering dikemukakan adalah nyeri Sjamsuhidajat dan Jong, 2005.
4. KONSEP MOBILISASI DINI
4.1.Pengertian Mobilisasi Dini Menurut Kozier 2011 mobilisasi adalah kemampuan menggerakkan anggota tubuh
secara bebas dan normal sebagai hasil darienergi dan sebagai kebutuhan manusia. 4.2.Prinsip dan Tujuan Mobilisasi
Menurut Potter dan Perry 2006, mengemukakan bahwa mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti mengekspresikan emosi dengan gerakan non verbal, pertahan diri, pemenuhan
kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, skeletal harus tetap utuh dan
berfungsi baik. 4.3.Manfaat Mobilisasi
Menurut Potter dan Perry 2006 keuntungan yang dapat diperoleh dari mobilisasi bagi sistem tubuh adalahsebagai berikut :
a. Sistem Muskuloskeletal Ukuran, bentuk, tonus, dan kekuatan rangka dan otot jantung dapat dipertahankan dengan
melakukan latihan yang ringan dan dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan yang berat. Dengan melakukan latihan, tonus otot dan kemampuan kontraksi otot meningkat. Dengan
melakukan latihan atau mobilisasi dapat meningkatkan fleksibilitas tonus otot dan range of motion.
b. Sistem Kardiovaskular Dengan melakukan latihan atau mobilisasi yang adekuat dapat meningkatkan denyut
jantung heart rate, menguatkan kontraksi otot jantung, dan menyuplai darah ke jantung dan otot. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung cardiac output meningkat karena aliran balik
dari aliran darah. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung cardiac output normal adalah 5 litermenit, dengan mobilisasi dapat meningkatkan cardiac output sampai 30 liter menit.
c. Sistem Respirasi Jumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan oleh paru ventilasi meningkat. Ventilasi
normal sekitar 5-6 litermenit. Pada mobilisasi yang berat, kebutuhan oksigen meningkat hingga mencapai 20x dari kebutuhan normal. Aktivitas yang adekuat juga dapat mencegah
penumpukan sekret pada bronkus dan bronkiolus, menurunkan usaha pernapasan. d. Sistem Gastrointestinal
Dengan beraktivitas dapat memperbaiki nafsu makan dan meningkatkan tonus saluran pencernaan, memperbaiki pencernaan dan eliminasi seperti kembalinya mempercepat
pemulihan peristaltik usus dan mencegah terjadinya konstipasi serta menghilangkan distensi abdomen.
e. Sistem Metabolik Dengan latihan dapat meningkatkan kecepatan metabolisme, dengan demikian
peningkatan produksi dari panas tubuh dan hasil pembuangan. Selama melakukan aktivitas berat, kecepatan metabolisme dapat meningkat sampai 20x dari kecepatan normal. Berbaring
di tempat tidur dan makan diit dapat mengeluarkan 1.850 kalori per hari. Dengan beraktivitas juga dapat meningkatkan penggunaan trigliserid dan asam lemak, sehingga dapat mengurangi
tingkat trigliserid serum dan kolesterol dalam tubuh. f. Sistem Urinary
Karena aktivitas yang adekuat dapat menaikkan aliran darah, tubuh dapat memisahkan sampah dengan lebih efektif, dengan demikian dapat mencegah terjadinya statis urinary.
Kejadian retensi urin juga dapat dicegah dengan melakukan aktivitas. 4.4.Rentang Gerak dalam Mobilisasi
Menurut Potter dan Perry 2006 Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: Sagital, frontal, dan