Analisis Kadar Senyawa Volatil
33 kemferol, dan asam hidroksibenzoat. Menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 2008 dalam Putri 2012 bahwa senyawa identitas pada daun jambu mete adalah asam anakardat. Selain mengandung asam anakardat, daun jambu
mete juga mengandung beberapa senyawa alkohol [57]. Senyawa alkohol, asam anakardat dan flavonoid adalah senyawa yang mudah menguap. Hal inilah yang
menyebabkan kandungan senyawa volatil meningkat pada penambahan konsentrasi perekat.
Namun pada briket dengan konsentrasi 15, kadar senyawa volatil mengalami penurunan. Pada konsentrasi perekat 15, perekat tersebut mampu
merekatkan partikel briket sedikit lebih baik sehingga kandungan-kandungan senyawa volatil pada briket ikut tertahan dan daya menguapnya lebih kecil
daripada sebelumnya. Pada briket dengan konsentrasi perekat 20, kadar senyawa volatil kembali mengalami kenaikan. Senyawa alkohol dalam
konsentrasi perekat daun jambu mete yang lebih besar semakin besar menyumbang kadar senyawa volatil yang menyebabkan kadar senyawa volatil
meningkat daripada briket dengan konsentrasi perekat 15.
4.1.2.2 Analisis Pengaruh Tekanan Pengempaan terhadap Kadar Senyawa volatil
Selain pengaruh konsentrasi perekat, tekanan pengempaan juga mempengaruhi kadar senyawa volatil briket. Pengaruh tekanan pengempaan
terhadap kadar senyawa volatil dapat dilihat pada Gambar 4.5. Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa kadar senyawa volatil briket pada setiap
perlakuan mengalami penurunan seiring dengan penambahan tekanan pengempaan. Briket yang dikempa dengan tekanan pengempaan 105 kgcm
2
memiliki kadar senyawa volatil yang lebih rendah daripada briket yang dikempa
dengan tekanan pengempaan 85 kgcm
2
. Senyawa volatil dimaksudkan untuk senyawa yang menguap selama
proses karbonisasi sehingga senyawa volatil dihitung berdasarkan banyaknya zat yang menguap. Oleh karena itu, semakin banyak zat yang menguap maka semakin
besar pula kadar senyawa volatilnya.
34 Keterangan : KP = Konsentrasi Perekat
PP = Proses Pengarangan Gambar 4.5 Hubungan Tekanan Pengempaan terhadap Kadar Senyawa Volatil
Briket
Tekanan pengempaan 105 kgcm
2
membuat briket lebih padat dan kompak daripada briket yang dikempa dengan tekanan 85 kgcm
2
. Karena lebih kompak dan padat, zat-zat yang terkandung dalam daun jambu mete lebih melekat pada
briket. Akibatnya, zat-zat tersebut lebih sulit menguap. Pada saat dimasukkan ke dalam
furnace
untuk dianalisa, zat-zat pada briket yang dikempa dengan tekanan 85 kgcm
2
yang berstruktur lebih longgar dan tidak terlalu kompak akan mudah melepaskan diri dan menguap. Bukan berarti zat-zat pada daun jambu mete
tersebut tidak akan menguap pada briket yang lebih kompak karena pada dasarnya zat-zat pada daun jambu mete tersebut merupakan zat-zat yang mudah menguap.
4.1.2.3 Analisis Pengaruh Proses Pengarangan terhadap Kadar Senyawa volatil
Berikut ini akan dibahas pengaruh proses pengarangan terhadap kadar senyawa volatil briket yang terlihat pada Tabel 4.2.
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa kadar senyawa volatil briket pada masing- masing perlakuan rata-rata mengalami penurunan ketika diarangkan dengan
10 20
30 40
50 60
70
85
S en
yaw a
V olatil
Tekanan kgcm
2
KP=10; PP1 KP=12,5;PP1
KP=15;PP1 KP=20;PP1
KP=10;PP2 KP=12,5;PP2
KP=15;PP2 KP=20;PP2
105
35 proses pengarangan 2 meskipun terdapat titik dimana kadar senyawa volatil
mengalami kenaikan.
Tabel 4.2 Data Kadar Senyawa Volatil Briket berbagai Perlakuan
No. Konsentrasi
Perekat Tekanan
Pengempaan kgcm
2
Proses Pengarangan
Kadar Senyawa
Volatil
1 10
85 PP1
55,8011 2
PP2 53,0726
3 105
PP1 51,6304
4 PP2
51,3736 5
12,5 85
PP1 61,4130
6 PP2
55,0000 7
105 PP1
54,7486 8
PP2 53,9326
9 15
85 PP1
53,7234 10
PP2 51,8919
11 105
PP1 53,4091
12 PP2
49,7143 13
20 85
PP1 54,9451
14 PP2
52,7778 15
105 PP1
53,7143 16
PP2 50,5747
Keterangan : PP = Proses Pengarangan
Tujuan mengetahui kadar senyawa volatil yaitu untuk mengetahui senyawa
yang belum menguap pada proses karbonisasi. Artinya, proses karbonisasi membantu senyawa volatil dalam arang menguap. Pada proses pengarangan 2,
kemungkinan salah satu bahan baku mempercepat waktu mulai
start
terkarbonisasinya bahan baku lainnya sehingga bahan baku tersebut terkarbonisasi lebih awal dari normalnya yang berarti memperlama waktu karbonisasinya. Pada
saat proses tersebut senyawa volatil lebih banyak menguap. Oleh karena itulah, proses pengarangan menyebabkan kadar senyawa volatil semakin menurun. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilaporkan [53] bahwa semakin lama waktu karbonisasi pada suhu 400
C, maka kadar senyawa volatil semakin menurun.
Dari Gambar 4.4 dan 4.5 serta Tabel 4.2 terlihat bahwa kadar senyawa volatil
briket cukup tinggi. Briket Indonesia memiliki standar kadar senyawa
36 volatil yaitu 15 [44]. Pada penelitian ini kadar senyawa volatil briket yang
paling rendah adalah 50,575 dan dapat dilihat bahwa sangat jauh dari standar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa briket yang dihasilkan dari berbagai perlakuan
tidak ada yang memenuhi syarat. Kadar senyawa volatil dalam biomassa akan membuat biomassa tersebut
sangat reaktif dan membuat pembakaran menjadi lebih cepat [6]. Kadar senyawa
volatil adalah zat yang dapat menguap sebagai hasil dekomposisi senyawa- senyawa yang masih terdapat di dalam arang selain air. Semakin tinggi kadar
senyawa volatil di dalam briket arang maka asap yang dihasilkan akan lebih banyak pada saat briket dinyalakan karena adanya reaksi antara karbon monoksida
CO dengan turunan alkohol yang tinggi [44].