Analisis Nilai Kalor ANALISIS KUALITAS BRIKET

43 Dari Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa nilai kalor tertinggi adalah 3045,8271 kalg yaitu pada briket yang dikarbonisasi dengan proses pengarangan 1, dicampur dengan konsentrasi perekat 15, dan dikempa dengan tekanan 85 kgcm 2 . Nila kalor terendah dimiliki oleh briket yang dikarbonisasi dengan proses pengarangan 1, dicampur dengan konsentrasi perekat 12,5, dan dikempa dengan tekanan 85 kgcm 2 . Dilihat dari Tabel 4.5, konsentrasi perekat tidak secara khusus atau mutlak mempengaruhi nilai kalor sebuah briket. Hal serupa juga berlaku untuk tekanan pengempaan dan proses pengarangan. Ketiga faktor tersebut dengan variasi masing-masing turut mempengaruhi nilai kalor pada briket. Namun, jika diamati hubungan kadar fixed carbon dengan nilai kalor terdapat suatu hubungan yang berbanding lurus seperti yang ditampilkan Gambar 4.10. Dari Gambar 4.10 terlihat bahwa jika kandungan fixed carbon briket tinggi maka nilai kalor briket juga meningkat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai fixed carbon berpengaruh terhadap nilai kalor briket. Nilai kalor briket merupakan indikasi energi yang tersimpan dalam briket untuk digunakan sebagai bahan bakar [6]. Semakin tinggi nilai kalor, maka semakin tinggi pula energi yang tersimpan di dalamnya. Gambar 4.9 Hubungan Kandungan Fixed Carbon terhadap Nilai Kalor Briket Nilai kalor merupakan parameter terpenting yang menentukan kualitas briket. Namun, nilai kalor yang didapat pada penelitian ini masih jauh dari standar 1500 2000 2500 3000 3500 10 15 20 25 Ni lai K al or kal g Fixed Carbon 44 SNI yakni 5.000 kalg [44]. Oleh karena itu, briket yang dihasilkan belum dapat dikatakan sebagai briket yang baik.

4.2 ANALISIS SIFAT FISIK BRIKET

Selain analisis kandungan briket, sifat fisik briket juga tidak kalah penting untuk dilakukan dalam menentukan baik atau tidaknya sebuah briket. Briket diharapkan memiliki sifat fisik antara lain tidak meninggalkan warna hitam jika dipegang, tidak berjamur, kuat, dan saling merekat satu sama lain agar tidak mudah hancur [14 dan 43]. Briket merupakan arang yang dibentuk dengan bantuan alat mekanik sehingga mudah dalam proses penyimpanan ataupun transportasi [40 dan 41]. Pada penelitian ini, sifat fisik briket tidak memenuhi standar karena briket dengan perekat daun jambu mete tidak menghasilkan briket yang cukup merekat sehingga mudah hancur dan tidak kuat. Pada saat briket akan dicetak dan dikeringkan di oven , beberapa briket hancur ketika disentuh karena sangat lunak. Ketika dijatuhkan dari ketinggian ±1 meter, briket hancur seketika. Baik briket yang dikempa dengan tekanan pengempaan 85 kgcm 2 maupun 105 kgcm 2 , keduanya langsung hancur. Briket dengan tekanan pengempaan 85 kgcm 2 lebih mudah hancur dibandingkan terhadap briket dengan tekanan pengempaan 105 kgcm 2 pada penggunaan konsentrasi perekat yang sama. Briket yang dikempa dengan tekanan pengempaan 105 kgcm 2 dengan konsentrasi perekat yang tertinggi yaitu 20 juga tidak memberikan pengaruh yang besar karena briket tersebut langsung hancur ketika dijatuhkan dari ketinggian ±1 meter. Oleh karena itu, perekat daun jambu mete tidak dapat digunakan sebagai perekat dalam pembuatan briket. Daun jambu mete mengandung tanin yang bersifat adhesif sehingga diyakini mampu menjadi perekat dalam pembuatan briket. Namun, berdasarkan hasil yang diperoleh perekat daun jambu mete tidak berfungsi sebagai perekat yang baik. Hal ini kemungkinan karena kandungan tanin dalam daun jambu mete yang tidak terlalu banyak. Selain itu, konsentrasi perekat daun jambu mete terhadap berat sampel yaitu 10, 12,5, 15, dan 20. Perlu diingat bahwa dalam pembuatan daun jambu mete sebagai perekat, terlebih dahulu daun jambu 45 mete dicacah kecil-kecil dan dihaluskan bersama dengan air agar menjadi larutan. Jadi, dalam larutan perekat tersebut, konsentrasi tanin semakin sedikit karena daun jambu mete sudah dicampur dengan air. Tannin juga bersifat mudah menguap. Dengan demikian, daun jambu mete dapat bersifat kurang rekat sehingga sulit untuk dijadikan perekat. Oleh karena itu, perekat daun jambu mete tidak dapat digunakan sebagai perekat dalam pembuatan briket. Karena sifat fisik briket yang dihasilkan tidak baik, maka pembuatan briket ini diulangi dengan variabel yang sama tetapi menggunakan perekat lain yakni tepung beras ketan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, briket yang menggunakan tepung beras ketan sebagai perekat memiliki struktur yang kompak dan cukup kuat sehingga tidak mudah hancur ketika dijatuhkan dari ketinggian ± 1 meter. Berdasarkan analisa uji tekan, briket dengan perekat tepung beras ketan memiliki nilai antara 862,9852 hingga 3138,128 Nm 2 . Nilai ini lebih baik dibandingkan dengan nilai uji tekan briket dengan perekat daun jambu mete yang tidak terbaca karena briket tersbut terlalu rapuh. Dengan demikian, tepung beras ketan dapat digunakan sebagai perekat dalam pembuatan briket.