Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia telah banyak menyentuh semua sisi kehidupan masyarakat dari lapisan atas hingga lapisan bawah tanpa terkecuali. Banyak masyarakat yang mengalami kesulitan mendapatkan penghasilan untuk digunakan sebagai biaya hidup sehari-hari. Kesulitan tersebut dikarenakan mereka sudah tidak punya lahan lagi untuk berusaha baik itu karena di-PHK atau usaha yang biasa diandalkan mengalami kebangkrutan. Keadaan itu semakin diperparah karena kurangnya kemampuan untuk membuka lahan usaha baru yang lebih prospektif dan mampu digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hal ini menyebabkan banyak anggota masyarakat yang menjadi pengangguran, dengan demikian tingkat angka kemiskinan semakin meningkat. Menurut Aryono 2010 Angka pengangguran di Indonesia pada 2010 diperkirakan masih akan berada di kisaran 10 persen. Target pertumbuhan ekonomi yang hanya sebesar 5,5 persen dinilai tidak cukup untuk menyerap tenaga kerja di usia produktif. Sedangkan menurut Usman 2010 dan berdasarkan data BPS jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2010 sebesar 312,18 ribu orang 3,48 persen. Selain masalah pengangguran di atas, biaya pendidikan yang secara bertahap mengalami kenaikan di setiap tahun ajaran baru juga menambah 1 2 permasalahan baru. Hal ini semakin memperkecil presentase siswai yang bisa melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi. Oleh karena itu, siswai tingkat akhir sekolah menengah akan mendapatkan kesulitan dalam menentukan kemana mereka akan melanjutkan setelah lulus. Salah satu pilihan yang bisa mereka ambil adalah mencari pekerjaan. Namun seiring dengan kondisi krisis global yang kini sedang dialami, dimana perekonomian berada di titik yang mengkhawatirkan, menyebabkan semakin minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Kondisi tersebut membuat para siswai yang ingin langsung bekerja akan berhadapan dengan kondisi sulitnya mencari pekerjaan. Menurut Havigurst dalam Syamsu, 2005 salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai jaminan kemandirian ekonomi serta memilih dan mempersiapkan karier pekerjaan. Berwirausaha merupakan salah satu jalan keluar untuk mengatasi kesulitan mencari pekerjaan. Tidak tertutup kemungkinan seseorang yang menjalankan wirausaha akan membuat lapangan pekerjaan baru yang sangat diharapkan oleh para pencari kerja. Menurut Drucker dalam Benedicta, 2003, peran penting wirausaha dalam perkembangan ekonomi suatu negara sudah lama ditekankan. Ia membuktikan bahwa penyumbang terbesar perekonomian Amerika bukan perusahaan- perusahaan besar berteknologi tinggi, melainkan dunia wirausaha yang menciptakan ribuan lapangan kerja. Kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa Barat dan Jepang, adalah justru karena mereka mampu melahirkan tenaga-tenaga 3 yang mempunyai minat wirausaha tinggi sebanyak 2 dari jumlah penduduk, 20 tenaga wiraswasta menengah, dan sisanya adalah tenaga wiraswasta biasa. Oleh karena itu, pentingnya sejak dini ditekankan tentang manfaatnya berwirausaha kepada siswai sekolah tingkat menengah mengenai berwirausaha sehingga mereka akan mempunyai motivasi berwirausaha yang tinggi. Sedangkan motivasi berwirausaha sendiri menurut Herawaty 2010 adalah perhatian, kesenangan dan kemauan seseorang untuk melakukan kegiatan usaha yang mandiri berdasar pada kemampuan, kekuatan dan keterampilan yang dimiliki. Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 2 tahun 1989, Pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan menengah umum mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi, sedangkan pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional Winkel Hastuti, 2004. Karena perbedaan pengarahan pendidikan antara siswa Sekolah Menengah Atas SMA dengan siswa Sekolah Menengah Kejuruan SMK, serta pentingnya berwirausaha tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan motivasi berwirausaha antara siswa SMA dan siswa SMK di Jakarta Timur dan untuk mengetahui bagaimanakah perbedaan motivasi berwirausaha berdasarkan jenis kelamin siswa SMA dan SMK di Jakarta Timur ? 4 1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1. Pembatasan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Antara Sikap Mandiri, Pengetahuan Kewirausahaan Dan Motivasi Berwirausaha Terhadap Minat Berwirausaha Siswa-Siswi SMK Di Kota Medan

2 91 89

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK

0 7 9

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Berwirausaha Pada Siswa SMK.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Berwirausaha Pada Siswa SMK.

0 0 12

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK Hubungan Antara Manajemen Diri Dengan Motivasi Berwirausaha Pada Siswa SMK.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK Hubungan Antara Manajemen Diri Dengan Motivasi Berwirausaha Pada Siswa SMK.

0 1 15

PERBEDAAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA ANTARA PENYANDANG CACAT TUBUH BAWAAN PERBEDAAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA ANTARA PENYANDANG CACAT TUBUH BAWAAN DENGAN BUKAN BAWAAN.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK Hubungan Antara Manajemen Diri Dengan Motivasi Berwirausahapada Siswa Smk.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK Hubungan Antara Manajemen Diri Dengan Motivasi Berwirausahapada Siswa Smk.

0 0 15