Pembatasan dan Perumusan Masalah Review Studi Terdahulu.

Undang-undang hanya berlaku terhadap orang Islam sahaja termasuklah hukum yang berhubungan dengan Faraid, Wasiat, Perkawinan perceraian, Wakaf Islam, khairat dan perkara-perkara yang menyentuh diri umat Islam. Manakala Mahkamah Sipil mempunyai wewenang melebihi Mahkamah Syari’ah dan terkandung dalam Mahkamah Sipil itu, adalah Mahkamah Agung, Mahkamah Rayuan, Mahkamah Tinggi dan Mahkamah Rendah yaitu selain Mahkamah Syari’ah dinamakan Mahkamah Sipil yang membicarakan semua hukum termasuk hukum pidana dan perdata. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud mengangkat topik tersebut dalam sebuah karya tulis skripsi dengan judul: “UNDANG-UNDANG SYARI’AH DAN UNDANG-UNDANG SIPIL DI MALAYSIA SUATU PERBANDINGAN; Studi Wewenang dan Implementasinya di Mahkamah Syari’ah dan Mahkamah Sipil”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdirinya sebuah negara, mensyaratkan pentingnya sebuah perundang- undangan, karena dengan peraturan perundang-undanganlah sebuah negara dapat berjalan dan dijalankan dengan baik. Di Malaysia, wewenang membuat perundang-undangan diberikan kepada Parlemen berdasarkan pasal 44 Undang- undang Dasar Persekutuan, kemudian di tingkat negeri diserahkan kepada Dewan Undangan Negeri masing-masing. Institusi Parlemen ini terdiri dari tiga bagian penting yaitu Yang di-Pertuan Agung, Dewan Negara dan Dewan Rakyat. 8 Karena luasnya cakupan sebuah perundang-undangan, maka perundangan yang dimaksud dalam tulisan ini hanya dibatasi pada Undang-Undang Syari’ah dan Undang-Undang Sipil di Malaysia. Adapun kajiannya, difokuskan pada perbandingan kewenangan dan implementasi kedua Undang-Undang tersebut di Mahkamah Syari’ah dan Mahkamah Sipil Malaysia. Selanjutnya untuk mempermudah pembahasan, maka hal tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pemberlakuan Undang-Undang Syari’ah dan Undang-Undang Sipil di Malaysia? 2. Apa saja wewenang Undang-Undang Syari’ah dan Undang-Undang Sipil di Malaysia? 3. Bagaimana perbandingan wewenang Undang-Undang Syari’ah dan Undang- Undang Sipil di Malaysia? 4. Bagaimana perbandingan implementasi wewenang Mahkamah Syari’ah dan Mahkamah Sipil berdasarkan berlakunya Undang-Undang Syari’ah dan Undang-Undang sipil?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

8 Mohd. Foad Sakdan, Pengetahuan Asas Politik Malaysia, cet. II, Kuala Lumpur; Dewan Bahasa dan Pustaka; 1999, , h. 15 Disesuaikan dengan perumusan masalah, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah: a. Untuk mengetahui sejarah pembentukan perundang-undangan di Malaysia, dalam hal ini adakah Undang-Undang Syari’ah dan Undang-Undang Sipilnya. b. Untuk mengetahui apa saja wewenang Undang-Undang Syari’ah dan Undang-Undang Sipil di Malaysia. c. Untuk mengetahui perbandingan dan pengimplementasian wewenang Undang-Undang Syari’ah dan Undang-Undang Sipil di Mahkamah Syari’ah dan Mahkamah Sipil Malaysia. d. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan Undang-Undang Syari’ah dan Undang-Undang Sipil di Malaysia.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan pada beberapa hal: a. Sebagai input masukan atau referensi bagi para mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum, khususnya bagi mahasiswa konsentrasi Siyasah Syar’iyyah yang ingin mengetahui tentang Undang-Undang Syari’ah dan Undang-undang Sipil di Malaysia. b. Bagi kalangan civitas akedemika, penelitian ini diharapkan akan menambah khazanah keilmuan di Indonesia, khususnya bagi perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum dan perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Bagi masyarakat pada umumnya, penulisan ini dapat menjadi informasi untuk memperluas dan menambah wawasan mengenai Undang-Undang Syari’ah dan Undang-Undang Sipil di Malaysia.

D. Review Studi Terdahulu.

Dalam review kajian terdahulu ini, penulis berusaha mendata dan membaca beberapa skripsi dan buku-buku yang telah membahas tentang Undang-undang Syari’ah dan Undang-undang Sipil di Malaysia, setidaknya ada beberapa skripsi dan buku yang penulis temukan, antara lain: 1. Skripsi Rafiah binti Saladri “Kedudukana Undang-undang Islam dalam Perlembagaan Malaysia”, 2006. Intinya skripsi ini menjelaskan tentang wewenang Mahkamah Syariah yang terbatas dan putusan Mahkamah Syari’ah dapat ditinjau ulang oleh Mahkamah Sipil karena kedudukan Mahkamah Sipil lebih tinggi dibanding dengan Mahkamah Syari’ah. Hal ini disebabkan Mahkamah Sipil didirikan atas dasar Undang-undang perlembagaan Undang- Undang Dasar Persekutuan, sedangkan Mahkamah Syari’ah didirikan atas dasar kuasa Undang-undang Negeri provensi. 2. Skripsi Mohd. Salleh Bin H. Mohd. Hashim, “Masaalah Riddah Murtad dalam Hukum Islam”, 2006. Skripsi ini menjelaskan masalah Riddah atau Murtad dalam pandangan Undang-Undang Mahkamah Syari’ah di Malaysia, lebih lanjut skripsi ini juga membahas tentang kedudukan Mahkamah Syari’ah dalam perundangan-undangan Malaysia. 3. Skripsi Ahmad Akhyari Ismail, “Upaya Dan Tantangan Pelaksanaan Syariat Islam Di Malaysia”, 2006. Skripsi ini menjelaskan tentang pelaksanaan Syariat Islam di Malaysia. Malaysia adalah Negara yang mayoritas penduduknya Muslim dan Agama Islam adalah Agama rasmi Negara, akan tetapi dalam perlaksanaan hukum-hukum Islam tidak diterapkan secara menyeluruh, sehingga hal ini menyebabkan banyak provensi atau Negara bagian ingin menerapkan Syariat Islam secara menyeluruh. Sedangkan pemerintahan pusat tidak menyetujui. Dalam pembahasannya, skripsi ini lebih difokuskan pada upaya Provensi Kelantan yang ingin menerapkan Syari’at Islam secara keseluruhan, yaitu upaya bagaimana hukum pidana Islam dapat diterapkan dan dijalankan. 4. Buku karya Ahmad Ibrahim dan Ahilemah Joned yang berjudul “Sistem Undang-Undang di Malaysia”, yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur, 2005. Pada bab 9 buku ini terdapat bahasan mengenai sistem kehakiman, di point A bagian kedua membahas masalah perdata dan pidana yang secara jelas di paparkan mengenai Mahkamah Sipil di mulai dari mahkamah sipil tinggi sampai ke Mahkamah Sipil agung. Kemudian pembahasan khusus mengenai Mahkamah Syariah ditemukan pada point B, bahwa Mahkamah Syari’ah dibentuk oleh Enakmen Pentadbiran Agama Islam di setiap Negeri bagian. Mahkamah Syari’ah terdiri dari Mahkamah Qadi, Mahkamah Qadi Besar dan Lembaga Peninjauan Kembali. 5. Buku karya Mahmud Saedon A. Othman, yang berjudul “Institusi Pentadbiran Undang-Undang dan Kehakiman Islam”, di terbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur, 1996. Buku ini secara khusus membahas mengenai Undang-undang Mahkamah Syariah yang berkaitan dengan kewenangan masalah pidana dan Undang-undang Sipil. Undang- undang Mahkamah Syariah tentang pidana memberikan wewenang yang lebih kepada Mahkamah Syariah untuk menjatuhkan hukuman yang lebih berat yaitu hukuman penjara sampai tiga tahun, atau dengan denda sebesar 5000 RM dan penjara yang tadinya enam bulan menjadi tiga tahun. Kemudian Undang-Undang Sipil civil Law Act yang pertama kali dibuat pada tahun 1937, yang diperluas ke negeri Melayu yang belum bergabung pada tahun 1956 dan seluruh Malaysia pada tahun 1972. Undang-undang ini telah memberikan kedudukan isteimewa kepada Undang-undang Common Law Inggris dan memperkecil serta sedikit menafikan peranan Undang-undang Syari’ah. Dari penjelasan review terdahulu di atas, beberapa skripsi yang telah membahas berkaitan dengan Undang-undang Syari’ah dan Undang-undang Sipil di Malaysia, fokus bahasannya berbeda dengan bahasan skripsi yang penulis angkat. Dimana skripsi terdahulu membahas tentang Undang-undang Syari’ah dan Undang-undang Sipil di Malaysia hanya seputar kedudukan dan wewenangnya saja, sedangkan fokus bahasan penulis akan menjelaskan mulai dari sejarah pembentukan, perkembangannya yang dipengaruhi oleh sistem hukum peninggalan penjajah, kedudukan dan wewenangnya serta implementasi dari Mahkamah Syari’ah dan Mahkamah Sipil di Malaysia.

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan.