Sejarah Undang-Undang Sipil di Malaysia

BAB III KEDUDUKAN, WEWENANG DAN PELAKSANAAN

UNDANG-UNDANG SIPIL DI MALAYSIA

A. Sejarah Undang-Undang Sipil di Malaysia

Undang-Undang Sipil dikenal secara umum sebagai satu Undang-undang yang merupakan kumpulan Undang-undang lain, seperti: Undang-Undang Perdata, Dagang, Kontrak, Undang-Undang Keluarga dan lainnya. Namun demikian Undang-undang tersebut bukanlah Undang-Undang Islami yang berdasarkan kepada Qur’an dan sunah. 37 Ia berbentuk sekuler dan dibawa masuk oleh para penjajah Inggris. Cara pelaksanaan dan pengaturannya di Malaysia disamakan dengan penggunaan Common Law yang ada di Inggris. Pengaturan Undang-Undang Sipil berada di bawah kekuasaan Mahkamah Sipil dan membicarakan hal-hal yang melibatkan semua pihak baik muslim maupun non muslim. Sebagaimana diketahui secara umum baik dari buku-buku sejarah maupun buku yang membahaskan Undang-undang, bahwa Undang-Undang Sipil adalah Undang-undang yang telah disusun oleh penjajah Inggris ketika menjajah tanah Melayu, sebelum Malaysia memperoleh kemerdekaannya. Undang-Undang Sipil 37 Majalah Muslimah, BII 92 PP4 8941293, Juni-Juli, 1994. ini telah dilaksanakan penjajah Inggris sejak tahun 1957 hingga saat ini. Undang- Undang Sipil tersebut berdasarkan pada sistem dan prinsip-prinsip perundangan di Inggris. Masuknya Undang-Undang Sipil di Malaysia, bersamaan dengan proses pendudukan tentara Inggris atas tanah Melayu. Mula-mula Inggris menduduki negeri-negeri Selat yang terdiri dari pulau Penang Prince of Wales, Malaka dan Singapura. Di daerah-daerah Pinang diberlakukan piagam keadilan pertama pada tahun 1807 yang merupakan perundang-perundangan Sipil Inggris dengan sedikit perubahan. 38 Sebelum terbentuknya Piagam Keadilan, terjadi kekacauan perundangan, karena di pulau tersebut memang belum dikenal sistem peraturan perundangan yang bagus. Hadirnya Piagam Keadilan Pertama pada tahun 1807 mampu mengatasi kekacauan itu, meski sebenarnya proses sekularisasi hukum di Malaysia baru saja dimulai. 39 Undang-Undang Sipil Inggris tersebut kemudian diperluas pemberlakuaannya ke wilayah Malaka dan Singapura pada tahun 1826 melalui Piagam Keadilan di Raja Piagam Kedua, akibat pergolakan Undang-undang di Malaka dan Singapura. Pada tahun 1955 Piagam Ketiga dibentuk untuk mengurus dan mengorganisir Undang-Undang Sipil di ketiga negeri selat tersebut. Kemudian 38 Mardiana Abdul Rohim dkk, Sejarah Pelaksanaan Undang-undang Islam di Pulau Pinang, Jurnal Syari’ah jilid 7 edisi Januari 1999, h. 33. 39 Ahmad bin Muh Ibrahim dan Ahilemah Binti Joned, Sistem Undang-undang Di Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1985, h. 71. Ordinan Kumpulan Undang-Undang Sipil yang telah digantikan dengan Akta Undang-Undang Sipil 1956 diperbaharui pada tahun 1972 telah diperluas ke seluruh negeri-negeri selat. 40 Menurut kajian sejarah, Negeri-negeri Melayu sendiri juga telah dibagi oleh pemerintahan Inggris menjadi dua bagian, yaitu: 1. Negeri-negeri Melayu bersatu, 2. Negeri-negeri Melayu tak bersatu. 41 Di negeri-negeri Melayu Bersatu, Undang-Undang Inggris diadaptasi melalui penasehat-penasehat Inggris yang berdomisili di negeri-negeri tersebut, sebagai penasehat Sultan dalam semua hal, kecuali berkaitan dengan Agama Islam dan adat istiadat orang-orang Melayu. Setelah itu, Undang-Undang Sipil Inggris sedikit demi sedikit tersebar ke negeri-negeri Melayu lainnya melalui badan kehakiman. Pertama kalinya Undang-Undang Sipil Inggris dijadikan rujukan apabila Undang-Undang setempat tidak mempunyai ketentuan atau didapati ketentuan yang ada sudah tidak sesuai lagi untuk menyelesaikan masalah-masalah baru yang timbul seperti dalam soal perdagangan atau perniagaan. 42 Jadi bisa dikatakan 40 Mardiana Abdul Rohim, DKK, Sejarah Pelaksanaan Undang-Undang Islam, h. 34. 41 Tun Muhamad Saleh Abbas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia, cet. II, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2003, h. 13. 42 Ahmad bin Mohamad Ibrahim dan Ahilemah Binti Joned, Sistem Undang-Undang di Malaysia, h. 77. bahwa Undang-Undang Sipil Inggris tersebut berjalan secara tidak resmi melalui penasehat-penasehat atau hakim-hakim Inggris. Pada tahun 1937, Undang-Undang Sipil sekuler Inggris telah diperkenalkan di negeri-negeri Melayu bersatu melalui pembentukan Undang- Undang Sipil negeri-negeri Melayu Bersatu. Dengan hal tersebut kemudian Undang-Undang Sipil Inggris secara resmi berlaku di sebagian negeri-negeri tanah Melayu. Kemudian pemakaian Undang-Undang Sipil Inggris tersebut diperluas lagi ke negeri-negeri Melayu tidak bersatu pada tahun 1951. Pada tanggal 7 April 1956, Undang-Undang Inggris secara keseluruhan telah berlaku di seluruh negeri-negeri tanah Melayu. Kondisi ini tercipta berkat lahirnya Ordinan Undang-Undang Sipil pada tahun 1956, khususnya sebagaimana diatur dalam pasal 3 1 dan pasal 5 1 Ordinan tersebut. Pasal 3 1 Ordinan tersebut menyatakan : “sejak tanggal pemberlakuan Ordinan ini, maka pihak mahkamah hendaklah menggunakan Common Law Inggris dan hal-hal yang terkait sebagaimana pelaksanaannya di Inggris. Karena itu segala ketentuan-ketentuan yang telah dibuat atau setiap perundang-undangan tertulis yang tengah berlaku di negeri-negeri Melayu Bersatu atau lainnya akan digantikan dengan Undang- Undang Common Law Inggris. Hal ini dapat terlaksana dengan syarat bahwa Common Law serta ketentuan-ketentuan lain yang mengiringinya digunakan bila diperlukan”. Pemakaian Undang-Undang tersebut berdasarkan pada asas keperluan masyarakat. 43 Dengan pelaksanaan Undang-Undang Inggris tersebut, menjadi jelaslah bahwa segala hal yang berkaitan dengan hukum sipil meliputi Pidana, 43 Hamid Jusroh, Kedudukan Undang-undang Islam Dalam Pelembagaan Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1992, h. 21-22. Perdata, Kontrak, Dagang dan sebagainya diatur di bawah prinsip Undang- Undang Inggris. Selanjutnya, Undang-Undang Sipil Inggris telah diperluas lagi penggunaannya sampai ke negeri Sabah dan Serawak. Di daerah Serawak, pada masa awal penjajahan, raja masih menggunakan adat dan Undang-undang yang dikeluarkan oleh raja sendiri. Perubahan Undang-undang yang ada dilakukan secara tidak resmi. Baru pada tahun 1928, Undang-Undang Sipil Inggris dimasukan secara resmi dengan terbentuknya Ordinan Undang-Undang Serawak 1928 Law of Sarawak Ordinan 1928. Ordinan ini berisi ketentuan-ketentuan tentang pemakaian Common Law Inggris pada Undang-Undang Serawak. 44 Penggunaan Undang-Undang Sipil Inggris semakin meluas pasca terjadinya perang dunia ke dua. Pada tahun 1949 diterbitkanlah ordinan pemakaian Undang-undang, dengan membatalkan Ordinan Undang-Undang Serawak 1928, kemudian pada tahun 1972 dilakukan upaya revisi untuk mengakomodir Ordinan Undang-Undang Sipil 1956, namun pemakainnnya tetap disandarkan pada Undang-Undang tahun 1949. Sejarah masuk dan penggunaan Undang-Undang Inggris di Sabah, hampir sama dengan proses yang terjadi di Serawak. Pada tahun 1882 Sabah diatur oleh Syarikat Borneo Utara dan Undang-Undang yang digunakan adalah perpaduan antara Undang-Undang India, negeri-negeri Selatan, jajahan Inggris serta Undang-Undang Adat Pribumi. Secara keseluruhan Undang-undang di Sabah 44 Ahmad bin Mohamad Ibrahim dan Ahilemah binti Joned , Sistem Undang-undang, h. 85. adalah duplikasi perundangan Inggris dan mahkamah-mahkamah yang didirikannya pun juga mengikuti sistem yang ada di Inggris. Kemudian Undang-Undang Inggris terus mendapat tempat di Sabah dengan diterbitkannya Ordinan Pemakaian Undang-Undang Sabah pada 1 Desember 1951. Pada 1 April 1972 sama seperti Serawak, Sabah juga menerima Ordinan Undang-Undang Sipil 1956 yang telah diperkenalkan secara luas di Malaysia Barat. 45

B. Kedudukan dan Kekuasaan Undang-Undang Sipil di Tanah Melayu pada Masa Penjajahan Inggris.