Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Artinya Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman: Bukankah Aku Ini Tuhanmu? mereka
menjawab: Betul Engkau Tuban kami, kami menjadi saksi. Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: Sesungguhnya kami Bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini keesaan Rabb
1
Dari ayat tersebut diatas dapat diketahui bahwa pada saat manusia akan dilahirkan ke alam dunia, telah terjadi persaksian atas ke-Esaan Allah
SWT. dengan persaksian inilah manusia akan dimintai pertanggung jawabannya pada hari akhir nanti. sehingga setelah manusia lahir di dunia,
hendaklah memegang teguh janji mereka dengan senantiasa mengerjakan perintah serta menjauhi larangan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-
Nya. Peraturan berupa perintah dan larangan dalam agama bertujuan untuk
membentuk pribadi yang cakap untuk hidup di masyarakat dikehidupan duniawi dunia, sebagai jembatan emas untuk mencapai kehidupan ukhrawi
akhirat.
2
Pembentukan moral yang mulia adalah tujuan utama dalam pendidikan agama Islam. Selain itu pendidikan agama Islam juga bertujuan
membentuk kepribadian muslim atau Insan Kamil dengan pola taqwa yaitu dengan terbentuknya pribadi yang senantiasa berupaya mewujudkan pribadi
yang baik secara maksimal guna memperoleh kesempurnaan hidup. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam
pembangunan manusia seutuhnya, karena kemampuan, kecerdasan, dan kepribadian suatu bangsa yang akan datang banyak ditentukan oleh
pendidikan yang sekarang ini. Bahkan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. Oleh karena itu pendidikan memegang
peranan sentaral dalam pembangunan manusia seutuhnya. dan masyarakat
1
Departemen Agama RI, Al-qur’an Dan Terjemah, Bandung: CV Jumanatul ‘ali-ART, 2005, h. 174.
2
Proyek Pembinaan Prasarana Dan Perguruan Tinggi AgamaIAIN di Jakarta, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan dan
Kelembagaan Agama Islam, 1984, h.13.
seluruhnya, sebab manusia selain subyek pembangunan manusia juga sebagai objek pembangunan, serta manusia sendiri yang akan menikmatinya.
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu
dapat keluarga inti nucleus family: ayah, ibu, dan anak, ataupun keluarga yang diperluas di samping inti, ada orang lain kakeknenek, adikipar,
pembantu, dan lain-lain. Pada umumnya jenis kedualah yang banyak ditemui dalam masyarakat Indonesia. Meskipun ibu merupakan anggota keluarga yang
mula-mula paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun pada akhirnya seluruh anggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak.
Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dimana ia
mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang paling penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama
dalam kehidupannya usia pra skolah. Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tidak mudah
hilang atau berubah sesudahnya.
3
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak karena dalam keluarga inilah ia pertama kali mendapat pendidikan dan bimbingan.
Keluarga juga adalah lembaga pendidikan utama, karena sebagaian besar dari kehidupannya berada dalam keluarga, dan materi pendidikan yang paling
banyak diterimanya adalah dalam keluarga. Di dalam keluarga ada aturan norma yang tidak tertulis namun ditaati
oleh semua anggotanya melalui contoh, tauladan dan kasih sayang. Kewajiban utama keluarga dalam pendidikan anak adalah meletakan dasar pendidikan
akhlak dan pandangan hidup beragama. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.
3
Muhamad Yusuf Harun, Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 1997, Cet. I, h. 11.
Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.
4
Orang tua adalah pertama dan utama dalam keluarga, dikatakan pendidik yang pertama di tempat inilah anak mendapatkan bimbingan dan
kasih sayang yang pertama kalinya. Dikatakan pendidikan utama karena pendidikan dari tempat ini mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan anak
kelak dikemudian hari, karena perannya sangat penting maka orang tua harus benar-benar menyadarinya sehingga mereka dapat memperankannya
sebagaimana mestinya. Demikian besar dan sangat mendasar pengaruh keluarga terhadap
perkembangan pribadi anak terutama dasar-dasar kelakuan seperti sikap, reaksi dan dasar-dasar kehidupan lainya seperti kebiasaan makan, berpakaian,,
cara berbicara, sikap terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Termasuk sifat- sifat kpribadian lainnya yang semuanya itu terbentuk pada diri anak melalui
interaksinya melalui pola-pola kehidupan yang terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu pendidikan kehidupan dalam keluarga jangan sampai
memberikan pengalaman-pengalaman atau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang akan merugikan perkembangan hidup anak kelak dimasa
depan. Anak usia sekolah dasar adalah anak yang masa perkembangan fisik
dan mentalnya berjalan cukup cepat, pertumbuhan dan perkembangan ini sangat didukung oleh keberadaan orang tua dalam memberikan pendidikan
dan pengajaran sehingga apa yang diharapkan orang tua dari seseorang anak dapat dicapai.
Pada masa ini anak-anak suka berkhayal, senang kepada cerita, ingin tahu dan mulai aktif dalam hubungan sosial, mulai senang dan kadang-kadang
pergi dengan kawan-kawannya dan mulai berkurang terikat kepada keluarganya.
5
4
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara , 2006 , Cet.VI , h. 35.
5
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1996, Cet 23, h. 101
Anak-anak masa ini disebut masa usia tidak rapih karena mereka cenderung tidak memperdulikan atau ceroboh dalam penampilan dan
kamarnya juga sangat berantakan. Dan masa ini oleh orang tua disebut dengan masa menyulitkan karena anak-anak tidak mau lagi menuruti perintah, mereka
lebih banyak dipengaruhimenuruti teman-temannya dari pada orang tua dan anggota keluarga lainnya.
6
Sikap keagamaan adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai kadar ketaatannya terhadap
agama. Sikap agamis tersebut terwujud oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama
sebagai unsur afektif, dan perilaku keagamaan sebagai unsur konatif. Jadi sikap agamis merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama,
perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor yakni faktor intern dan
faktor ekstern. a.
Faktor Intern Manusia adalah makhluk beragama homo religius karena manusia
sudah memiliki potensi beragama. Potensi tersebut bersumber dari faktor intern manusia yang termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri,
akal, perasaan maupun kehendak dan sebagainya Pada prinsipnya manusia adalah makhluk theomorfis, karena di dalam
diri manusia terdapat sifat-sifat yang agaknya menyerupai sifat-sifat Tuhan. Bahkan menurut Hasan langulung bahwa Tuhan memberi manusia bebrapa
potensi sesuai dengan sifat-sifat Tuhan Asma’ul Husna artinya–sebagai misal–jika Allah bersifat Al-Ilmu Maha Mengetahui maka manusia pun
memiliki sifat-sifat tersebut. Dengan sifat tersebut manusia senantiasa berupaya untuk mengetahui sesuatu, setelah manusia mendapat pengetahuan
akan sesuatu,
7
6
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001, Cet. III, h. 154
7
Irsyad Djuwaeli, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, Ciputat: Karsa Utama Mandiri dan PB Mathla’ul Anwar,1998, Cet I, h. 15
Potensi dasar ini terintegrasi dalam hidup manusia dan memberikan kekuatan moral padanya dalam rangka mewujudkan kemanusiaan sebagai
bagian janjinya kepada Tuhan b.
Faktor Ekstern Tugas hidup manusia, oleh Allah SWT ditentukan agar beribadah
kepada-Nya. Beribadah dalam arti yang luas yaitu semua perbuatan, ucapan dan tingkah laku manusia selama berdimensi kepada Allah SWT dan
memperoleh keridhaan-Nya
8
Manusia terdorong untuk beragama karena pengaruh ekstern atau luar dirinya. Seperti rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah.
Manusia juga dilengkapi potensi berupa kesiapan untuk menerima pengaruh luar sehingga dirinya dapat dibentuk menjadi manusia yang memiliki perilaku
keagamaan. Pengaruh itu bisa didapatkan dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Lingkungan RT 0103 Meruyung Kecamatan Limo, Kota Depok merupakan wilayah yang berada di pinggiran kota Jakarta. Sehingga
kebudayaan yang berasal dari luar sangat rentan terbentuk dengan sendirinya. Akibatnya adalah orang tua harus dapat mengarahkan anaknya untuk selalu
konsisten terhadap sikap keberagamaannya. Oleh sebab itu, lingkungan keluarga terutama orang tua sangatlah
besar pengaruhnya terhadap pembentukan sikap keberagamaan pada anak, karena sikap orang tua atau keluarga yang acuh tidak acuh atau negatif
terhadap agama, tidak mungkin dapat menciptakan pembentukan jiwa agama dan kepribadian anak. Menurut pengamatan penulis, kebergamaan di
lingkungan RT 0103 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok tampak begitu religius pada masa-masa beberapa tahun silam. Hal tersebut
bisa dilihat dari ramainya tempat ibadah atau musollah setiap melaksankan shalat berjama’ah terutama pada waktu shalat magrib dan isya, setelah
8
Sahilun A.Nasir, Perenan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, Jakarta: Kalam Mullia,1999, h.28.
melaksanakan shalat magrib anak-anak melanjutkan kegiatan mengaji baik yang dilaksanakan dimusollah maupun dirumahnya masing-masing.
Akan tetapi pada saat ini, nuansa relegi itu sudah terkikis dengan kemajuan zaman yang begitu pesat, kegiatan keagamaan begitu drastis
menurun, dahulunya musollah ramai dengan jama’ah baik orang tua maupun anak-anak, saat ini tampak sepi, anak-anak yang biasa mengaji setelah shalat
magrib, sekarang sudah tidak lagi. Anak lebih sibuk menyaksikan tayangan televisi dan bermain dengan teman-temanya. Bahkan dewasa ini banyak
kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh anak usia sekolah dasar, seperti mencuri, berkelahi. Meskipun mereka bersekolah baik di sekolah yang
berbasis agama seperti Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Muhamadiyah maupun Taman Pendidikan Al-Qur’an TPA, namun hal itu tidak cukup
untuk membentuk sikap keberagamaan anak yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dewasa ini, banyak orang tua yang tidak mengerti ajaran agama yang dianutnya, bahkan banyak pula yang memandang rendah ajaran agama itu,
sehingga didikan agama itu praktis tidak pernah dilaksankan dalam banyak keluarga.
Dengan tidak kenalnya anak akan jiwa agama yang benar, akan lemahlah hati nuraninya super ego, karena tidak terbentuk dari nilai-nilai
masyarakat atau agama yang diterimanya pada waktu kecil. Jika hati nuraninya lemah, atau unsur pengontrol dalam diri anak kosong dari nilai-nilai
yang baik, maka sudah barang tentu akan mudah mereka terperosok ke dalam kelakuan- kelakuan yang tidak baik dan menurutkan hal yang menyenagkanya
pada waktu itu saja, tanpa memikirkan akibat selanjutnya. Dari kenyataan diatas, penulis tertarik untuk meneliti permaslahan
dengan judul “Peranan Orang Tua Dalam Menanamkan Sikap Keberagamaan Anak” Studi Kasus di Lingkungan RT 0103 Kelurahan
Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok