Tugas Orang Tua Dalam Menanamkan Sikap Keberagamaan Anak Usia Sekolah Dasar

akan membiarkan anak–anak melakukan perbuatan–perbuatan yang melanggar hukum dan susila. 31 Orang tua yang mentaati agama, dapat memberikan bimbingan hidup yang sekecil–kecilnya sampai kepada yang sebasar–besarnya, mulai dari hidup pribadi sampai sukses dalam membina kehidupan awal dari rumah tangganya dan memiliki segala yang diinginkannya, oleh karena itu hendaknya benar– benar harus dijaga ketaatan beragama yang sudah dimiliki semasa hidupnya, tetapi akan sebaliknya jika orang tua yang tidak memiliki ketaatan beragama, akan bencana kepada pribadinya bahkan kepada rumah tanggahnya. Dapat disaksikan betapa besar perbedaan antara orang beriman yang hidup menjalankan agamanya, dengan orang yang tidak beragama atau acuh tak acuh kepada agamanya. Pada wajah orang yang hidup beragama terlihat ketentraman batin, sikapnya selalu tenang. Mereka tidak merasa gelisah atau cemas, kelakuan dan perbuatannya tidak ada yang akan menyengsarakan atau menyusahkan orang lain, lain halnya dengan orang yang hidupnya terlepas dari ikatan agama. Mereka biasanya mudah terganggu oleh kegonjangan. Perhatiannya tertuju kepada diri dan golongannya tingkah laku dan sopan santun dalam hidup, biasanya diukur atau dikendalikan oleh kesenagan – kesenagan lahiriyah.dalam keadaan senang, dimana segala sesuatu berjalan lancar dan menguntungkannya, seorang yang tidak beragama akan terlihat gembira, senang dan bahkan mungkin lupa daratan. Tetapi apabila ada bahaya yang mengancam, kehidupan susah, banyak problem yang harus dihadapinya, maka kepanikan dan kebingungan akan menguasai jiwanya, bahwa akan memuncak sampai kepada terganggu kesehatan jiwa. 32 Dalam dunia modern, orang kelihatannya kurang mengindahkan agama. Anak–anak dibesarkan dan menjadi dewasa, tanpa mengenal pendidikan agama, terutama pendidikan agama dalam rumah tangga. Orang tua banyak yang menumpahkan perhatiannya kepada pengetahuan umum, tetapi sedikit sekali terhadap pengetahuan agama. Mereka tidak menyadari 31 Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 2001, Cet, III, h. 49. 32 Zakiah Daradjat, Peranan Agama…, h. 50. bahwa apabila keyakinan beragama itu telah menjadi bagian integral dari kepribadian seseorang, maka keyakinannya itulah yang mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan perasaannya. Jika terjadi tarikan orang kepada sesuatu yang tampaknya menyenangkan dan menggembirakan, maka keimanannya cepat bertindak meneliti apakah hal tersebut boleh atau terlarang oleh agamanya. Andai kata termasuk hal–hal yang terlarang, betapapun tarikan luar itu, tidak akan diindahkan karena ia takut melaksanakan yang terlarang oleh agama. Orang tua merupakan pendidikan yang pertama kali bagi anak, oleh sebab itu orang tua yang harus bisa mendidik anaknya dengan sebenar– benarnya. Agama sangat pengaruh bagi orang tua tersebut, apabila orang tua tersebut tidak bisa memahami tentang agama tersebut yang dianutnya. Maka anaknya pun tidak bisa memahami ajaran agama tersebut, dikarenakan orang tuanyalah yang tidak bisa mendidik anaknya dengan selayaknya, bahwa agama sangat perlu dalam kehidupan manusia, baik bagi orang tua maupun bagi anak– anaknya. Sigmund Freud dengan konsep Father Image citra kebapaan menyatakan bahwa perkembangan jiwa keagamaan anak dipengaruhi oleh citra anak kepada bapaknya. Jika seorang bapak menunjukkan sikap dan tingkah laku yang baik, maka anak akan cenderung mengidentifikasikan sikap dan tingkah laku sang bapak pada dirinya. Demikian pula sebaliknya, jika bapak menampilkan sikap buruk akan ikut berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak. 33 Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh karena itu, sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut, kedua orang tua diberikan beban tanggung jawab. Ada semacam rangkaian ketentuan yang dianjurkan kepada orang tua, yaitu mengazankan ketelinga bayi yang baru lahir, mengakikah, memberi nama yang baik, mengajarkan membaca Alquran, 33 Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007 , Edisi Revisi, h. 272. membiasakan shalat serta bimbingan lainnya yang sejalan dengan perintah agama. Orang tua dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan 34 Dari uraian diatas telah jelas bahwasannya orang tua sebagai pendidik agama dalam memberikan contoh yang baik dan teladan dalam agama kepada anaknya. Sebagai yang dicontohkan mereka harus menyediakan suasana rumah tangga yang saleh, penuh dengan perangsang – perangsang budaya dan perasaan kemanusiaan yang mulia, bebas dari kerisauan, pertentangan dan pertarungan keluarga soal pendidikan anak hendaknya orang tua memperkenalkan anak dengan agamanya melalui pengajaran dan bimbingan, agar kelak dewasa anak selalu konsisten dengan apa yang didapatkan dari pendidikan yang dialakukan di dalam keluarga. Oleh karena itu, orang tua hendaknya selalu mengucapkan kata–kata yang baik dan membicarakan hal–hal yang baik di depan anak. Orang tua hendaknya selalu mencurahkan perhatiannya terutama kepada masalah– masalah keIslaman. Apabila aqidah Islam dibicarakan siang dan malam dan kapan saja ada kesempatan didepan anak, maka aqidah Islam akan terukir ke dalam jiwanya yang masih murni sehingga aqidah Islam tidak akan terhapus dari jiwanya bahkan hingga anak mencapai usia lanjut. 35 Orang tua harus bisa memahami fungsi kependidikan Islam yang menekankan pada pendidikan yang bersifat individual, yaitu dalam bentuk pengarahan, pembiasaan dan pelatihan agar anak-anak Mampu mewujudkan dalam dirinya prilaku atau akhlak mulia dan memelihara jalur komunikasi harmonis dengan masyarakat dan lingkunganya. 36 Menurut Zakiah Daradjat yang dikutif oleh tim dosen fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, Pendidikan agama Islam dalam lingkungan keluarga, adalah pendidikan yang berjiwa agama , terutama bagi anak–anak yang masih dalam fase pendidikan pasif, ketika pertumbuhan kecerdasannya 34 Jalaluddin, Psikologi Agama…, h. 272 35 Maulana Musa Ahmad Olgar, Tips Mendidik …, h. 102. 36 Tim Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Malang, Dasar – Dasar Kependidikan Islam, Syrabaya: Karya Aditama, 1996, Cet. I, h. 65 masih kurang. Untuk itu penting diketahui bahwa orang tua : “ orang tua harus memberikan contoh didalam hidupnya, misalnya kebiasaan mengerjakan shalat, berdo’a membaca al–qur’an, disamping orang tua itu harus mengajak meneladani sikap–sikap yang baik dan terpuji. Demikian pula menanamkan sikap jujur, serta menghargai waktu, disiplin, senang membaca, cinta kerja, cinta ilmu pengetahuan, dan menghargai orang lain.” Pendidikan dalam lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap prilaku anak kelak dikemudian hari, sebab baik buruknya prilaku seseorang disekolah atau masyarakat sangat ditentukan oleh pendidikan yang diperolehnya pada waktu kecil di dalam lingkungan keluarga. Sebab itu tanggung jawab keluarga memiliki peranan yang sangat penting. 37 Jika dalam diri anak sejak usia sekolah dasar sudah tertanam sikap keberagamaan yang kuat, sangatlah berbahagia bagi orang tua karena mereka tidak perlu khawatir melepas anak-anaknya dizaman modern ini, walau banyak pergaulan yang dilakukan oleh anak, akan tetapi pelaksanaan ajaran agama tidak mereka tinggalkan. Semakin mereka tumbuh besar dan dewasa maka semakin kokoh dan kuat rasa keberagamaan mereka sebagai manesfestasi dari penghayatan mereka akan kebenaran menjalankan ajaran agamanya. Oleh karena itu, Keluarga terutama orang tua, sebaiknya tetap memberikan bimbingan dan menjadi contoh atau suritauladan bagi anak- anaknya. Bagaimanapun juga suritauladan dan bimbingan keagamaan tersebut sangatlah dibutuhkan untuk perkembangan sikap keagamaan anak. Keteladanan orang tua merupakan hal yang paling penting dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan sosial anak. Hal ini dikarenakan keteladanan merupakan contoh yang terbaik dalam pandangan anak yang akan ditirunya dalam tindak tanduknya, dan tata santunnya. 37 Tim Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Malang, Dasar – Dasar…., h 201

B. Anak Usia Sekolah Dasar 1. Pengertian Anak Sekolah Dasar

Setelah masa prasekolah berakhir, maka tibalah masa sekolah yang disebut juga masa intelektual. Anak-anak itu matang atau siap bersekolah apabila ia sudah sampai pada tingkat ketangkasan dalam gerak-geriknya, yaitu sudah mempunyai pandangan hidup yang ringkas, yang tidak lagi dipengaruhi oleh perbuatan egosentris dalam alam fantasinya. Hal ini dapat dinyatakan dengan sikap mau menerima suatu kewajiban yang dibebankan oleh orang lain kepadanya, dan adanya kesanggupan menyelesaikan kewajiaban itu sebaik-baiknya sekalipun tugas itu tidak disukainya atau memberatkan kepadanya. Anak yang demikian itu biasanya anak yang berusia 6 atau 7 tahun. Anak-anak masa ini disebut juga usia tidak rapih, karena mereka cenderung tidak memperdulikan atau ceroboh dalam penampilan. Di masa ini juga anak sering kali tidak mengindahkan perkataan atau perintah dari orang tuanya. Mereka lebih memperdulikan kelompok bermainnya. Oleh karena itu masa ini sering disebut masa sulit oleh sebagian orang tua. 38 Pengalaman pertama yang sangat berat bagi si anak adalah ketika anak mulai belajar hidup berdisiplin di sekolah, mulai duduk tenang pada jam-jam tertentu, harus patuh kepada peraturan dan lain sebagainya. Bagi anak yang biasanya dapat perhatian yang cukup atau lebih di rumah, maka pengalaman sekolah baginya adalah pengalaman yang tidak menyenangkan. 39 Untuk itu sebagai orang tua dituntut untuk dapat menumbuhkan dan mendorong agar kepercayaan dirinya dapat terbangun. Sehingga dapat menentramkan keadaan meraka yang sedang kalut dengan pengalaman barunya. 38 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993, Cet. I, h. 155 39 Zakiah Dardjat, Kesehatan Mental, Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001,Cet. 23, h. 96 Anak-anak pada usia ini, sering disebut “usia penyesuaian diri” kerena anak-anak pada masa ini ingin menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara dan prilaku lainnya. Demikian pentingnya penyesuain ini dirasakan anak, sehingga apabila ia tidak mampu dalam penyesuaian ini ia akan menjadi anak yang terisolir, menyisihkan diri dan hidupnya tidak bahagia, merasa tidak berarti dibandingkan dengan teman anak-anak lainnya yang popular. 40 Pada umur kurang lebih 12 tahun, masa anak-anak sudah berakhir baginya. Tenaga, badannya sudah cukup berkembang, telah banyak pengetahuan dan sudah banyak berfikir secara logis dan telah bisa menguasai hawa nafsunya dalam beberapa hal. Ia tidak menghendaki dirinya lebih dari kemampuannya dan biasanya merasa senang dengan kehidupannya. Demikian anak yang berusia 12 tahun menjadi anak yang tenang dan berkeseimbangan tetapi itu tidak lama karena akan timbul kegelisahan sebagai tanda krisis baru dalam perkembangannya.

2. Fase Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Usia anak sekolah dasar, bukan lagi seperti anak-anak yang mau di timang-timang dan di perlakukn seperti anak balita. Karena sekarang mereka telah mengalami perkembangan di berbagai macam aspek, antara lain : 1. Perkembangan Intelektual. Pada umumnya anak-anak pada umur 6 tahun telah masuk sekolah Dasar. Anak-anak pada umur antara 6-12 tahun ini, berbeda dengan anak-anak dibawah umur enam tahun. Anak-anak pada umur 6-12 tahun, ditandai dengan dengan perkembanagn kecerdasan cepat. Kira –kira umur tujuh tahun pemikiran logis terus tumbuh dan berkembang dengan cepat ampai umur 12 tahu, dimana si anak telah mampu memahami hal yang abstrak. 41 Pada usia sekolah dasar 6-12 tahun anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelaktual atau kemampuan kognitif seperti : membaca, menulis 40 Alisuf Sabri, Pengantar …, h. 156 41 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, Jakarta: CV Ruhama, 1993, Cet. I, h. 79 dan menghitung. Sebelum masa ini yaitu masa pra sekolah daya pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan berhayal sedangkan pada usia SD daya fikirnya sudah berkembang kepada cara berfikir konkrit dan rasional dapat diterima akal walau sifatnya masih sangat sederhana. Priode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan mengelompokan, menyusun, atau mengasosiasikan menghubung atau menghitung angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan angka seperti menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi. Disamping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah problem solving yang sederhan. 2. Perkembangan Bahasa Bahasa adalah berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakum semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan. Dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. 3. Perkembangan Sosial Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moralagama. Perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga dimulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya. Teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri egosentris kepada sikap yang kooperatif bekerja sama atau sosiosentris mau memperlihatikan kepentingan orang lain. Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya. Dan bertambah kuat keinginannya untuk di terima menjadi anggota kelompok, dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.