14 Atau CO
2
dapat di hidrolisis menjadi asam karbonik dan metana ditunjukkan pada gambar 2.6
CO
2
+ H
2
O
Hidrolisis
H
3
CO
3
4H
2
+ H
2
CO
3 Reduksi
CH
4
+ 3H
2
O Gambar 2.6 Reaksi Metanognesis Dari Karbondioksida [12]
Kehadiran gas CO
2
tidak diinginkan. Gas ini harus dihilangkan untuk memaksimalkan kualitas biogas sebagai bahan bakar [12].
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Digestasi Anaerob
Proses digestasi anaerobik berhubungan satu sama lain. Jika aktivitas dari salah satu grup mikroorganisme terhambat maka akan mempengaruhi laju dari
mikroorganisme lain, mengubah kesetimbangan populasinya dan menurunkan efektifitas proses [8]. Faktor yang mempengaruhi aktifitas tersebut antara lain :
2.3.1 Temperatur
Proses anaerobik sensitif terhadap suhu, pengubahan asam asetat menjadi metana sangat dipengaruhi temperatur. Suhu yang biasa digunakan dalam proses
anaerobik yaitu suhu psychrophilic 10-20 C [17] suhu mesofilik 35-40
C dan suhu termofilik 50-65
C [12] . Temperatur mesofilik yang biasa digunakan adalah 35
C dan termofilik adalah 55 C [17]. Pada temperatur antara 40-50
C mikroba mesofilik tidak aktif lagi, temperatur ini disebut dengan temperatur intermediet [13].
Suhu menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi efisiensi penggurangan COD pada percobaan anaerobik. Pada umumnya, diketahui bahwa digester
termofilik menghasilkan biogas lebih banyak daripada digester mesofilik [19] Penelitian yang dilakukan oleh Choorit et al , 2007 [10] pada limbah cair
pabrik kelapa sawit untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap produksi biogas. Dalam penelitian ini diperoleh, pada suhu mesofilik 37
C dihasilkan biogas 3,73 LL reaktorhari dengan 71,04 metana. Pada temperatur thermofilik
55 C diperoleh biogas 4,66 LL reaktorhari dengan 69,53 metana. Jeong et al,
2014 [19] juga telah melakukan penelitian tentang pengaruh suhu terhadap produksi biogas dari limbah cair pabrik kelapa sawit. Produksi biogas tertinggi diperoleh pada
suhu termofilik 55 C daripada suhu mesofilk 37
C.
Universitas Sumatera Utara
15
2.3.2 pH
pH menunjukkan konsentrasi asam dalam larutan. pH dari reaktor anaerobik mempengaruhi efisiensi proses penguraian. Proses Hidrolisis, asidognesis dan
metanognesis memiliki pH optimum masing masing [17]. Metanogenesis bekerja efektif pada pH 6,5
– 8,2 [12]. pH untuk proses hidrolisis dan asidognesis masing masing adalah 5,5 dan 6,5 [17]. pH mempengaruhi fungsi dari enzim extraselular
dan laju proses hidrolisis. Pada beberapa kasus digestasi anaerobik lebih efektif pada pH yang netral. Karna beberapa mikroorganisme mengalami pertumbuhan yang
lamban dalam pH yang tinggi atau rendah [8]. pH akan sangat berpengaruh terhadap produksi biogas jika mencapai 5. Hal ini disebabkan karna pada pH yang rendah
aktivitas dari bakteri metanognesis akan menurun. Menjaga pH yang konstan sangat penting untuk mengontrol hubungan antara VFA dan konsentrasi bikarbonat. Untuk
mengontrol pH, NaHCO
3
ditambahkan kedalam saat mulai dijalankan [12]. Nilai pH dari substrat mempengaruhi pertumbuhan dari mikroorganisme dan mempengaruhui
penguraian beberapa komponen yang sangat penting dalam proses digestasi anaerobik [34].
2.3.3 Rasio Karbon – Nitrogen CN