46 |Rencana Strategis Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara 2015-2019
5. Proses persetujuan peningkatan tahapan kegiatan PKP2B
KEBIJAKAN-3: MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN NEGARA
Sektor ESDM selama ini menjadi tulang punggung perekonomian salah satunya melalui kontribusi terhadap penerimaan negara yang terdiri dari penerimaan migas,
minerba, panas bumi dan penerimaan lainnya. Peran sektor ESDM sebagai prime mover
perekonomian dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu: 1. Sebagai sumber penerimaan negara ekspor energi dan penerapan harga jual yang
lebih komersial. 2. Sebagai modal pembangunan pemenuhan energi domestik dimana harga relatif
lebih rendah dari harga ekspor. Selama ini sektor ESDM lebih dituntut untuk meningkatkan penerimaan negara,
namun akhir-akhir ini policy tersebut mulai bergeser dimana sumber daya energi dan mineral lebih dikedepankan sebagai modal pembangunan. Hal tersebut juga
tercermin pada Pasal 6 Peraturan Pemerintah NOmor 79 Tahun 2014 tentang
Kebijakan Energi Nasional, yang antara lain menyebutkan bahwa “Kemandirian energi dan ketahanan energi nasional dicapai dengan mewujudkan sumber
daya energi tidak dijadikan sebagai komoditas ekspor semata, tetapi sebagai modal pembangunan nasional”
. Faktor penentu penerimaan negara adalah produksi, harga dan nilai tukar rupiah. Sehingga setiap kebijakan yang mendukung
produksi dan energi dan mineral secara otomatis ikut mendukung penerimaan negara.
Rencana Aksi 2015
2016 2017
2018 2019
Satuan Persetujuan
peningkatan tahapan
kegiatan PKP2B
24 25
25 30
30 perusahaan
47 |Rencana Strategis Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara 2015-2019
Salah satu bentuk nyata manfaat pertambangan mineral dan batubara adalah melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP sebagai penerimaan negara dalam
APBN setiap tahunnya. Penerimaan negara ini merupakan sumber dana bagi Pemerintah untuk pembangunan nasional termasuk pembangunan infrastruktur,
pembayaran gaji aparat negara, serta belanja lainnya. Secara umum kebijakan optimalisasi penerimaan negara dalam sub sektor mineral dan batubara diarahkan
dengan memaksimalkan penerimaan negara pajak dan bukan pajak dari seluruh pelaku usaha pertambangan sesuai dengan yang seharusnya didapatkan oleh negara.
Inventarisasi, verifikasi, dan penagihan kewajiban keuangan kepada pelaku usaha pertambangan termasuk jasa pertambangan untuk menjaring seluruh kewajiban
keuangan yang seharusnya diperoleh oleh negara. Penegakan hukum yang konsisten menjadi faktor pendukung dalam optimalisasi penerimaan negara ini. Melibatkan
institusi lainnya seperti BPK, BPKP, Kementerian Keuangan, dan KPK untuk mendorong pelaku usaha pertambangan memenuhi kewajiban keuangan sehingga
meningkatkan penerimaan negara. Pada sisi lain perlu ditingkatkan upaya
pengawasan kegiatan pertambangan termasuk pengawasan penetapan harga jual sesuai dengan harga pasar dan analisis laporan keuangan perusahaan yang lebih rinci,
penyuluhan mengenai kewajiban PNBP dan pajak bagi pengelola kegiatan pertambangan, dan peningkatan koordinasi lintas sektor dalam pengawasan
penjualan mineral dan batubara.
Strategi dan rencana aksi tahun 2015-2019 dalam rangka mendukung kebijakan
mengoptimalksan penerimaan negara bujan pajak antara lain:
1.
Renegosiasi KK dan PKP2B.
2.
Inventarisasi, verifikasi, dan penagihan kewajiban keuangan kepada pelaku usaha pertambangan termasuk jasa pertambangan untuk menjaring seluruh
kewajiban keuangan yang seharusnya diperoleh oleh negara.
3.
Penegakan hukum secara konsisten sebagai faktor pendukung dalam
optimalisasi penerimaan negara ini.
4.
Peningkatan pengawasan dan mendorong pelaku usaha memenuhi kewajiban pertambangan dan penerimaan negera, dengan melibatkan
institusi lainnya seperti BPK, BPKP, KPK, dan Kementerian Keuangan.