52
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan teman sebaya bagi remaja akan mempengaruhi perilaku remaja tersebut.
Pengaruh yang ditimbulkan dari teman sebaya dapat berupa pengaruh yang positif, yaitu memberikan kesempatan bagi remaja untuk belajar
berinteraksi sosial, serta mempengaruhi remaja untuk lebih berprestasi seperti teman sebayanya yang juga memiliki indeks prestasi yang tinggi.
Namun sebaliknya, interaksi dengan teman sebaya juga tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak yang negatif, melakukan perilaku
yang menyimpang, pergaulan bebas, indeks prestasi yang rendah, dan lain sebagainya. Terdapat pengaruh positif dan negative dalam berteman
Soerjono Soekanto, 1991: 19. Baik buruknya pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan teman sebaya, tergantung pada bagaimana perilaku dari
kelompok teman sebaya tersebut.
d. Konformitas Teman Sebaya
Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang
dibayangkan oleh mereka. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja Santrock, 2003 : 221. Tekanan
dari teman sebaya tersebut akan memaksa remaja untuk menirunya atau bersikap konfomitas dengan teman sebayanya. Sayangnya, tidak semua
tekanan yang muncul dari teman sebaya tersebut bernilai positif. Boyd
Bee 2002 : 332 mengemukakan bahwa : “Peergroup conformity seems to peak at about age 13 or 14, and then wanes as the
53
teenager begins to arrive at a sense of identity that is more independent of the peer groups
.” Konformitas teman sebaya memuncak pada usia 13 sampai 14 tahun, dan akan mulai berkurang pada saat remaja telah
menemukan identitas dirinya. Pada saat remaja tersebut meniru teman sebayanya, ia juga sedang mencari jati dirinya yang sesungguhnya.
Menurut Camarena, dkk Santrock, 2003: 220 konformitas terhadap tekanan teman sebaya dapat menjadi positif atau negatif.Apabila
tidak diimbangi dengan kontrol diri, aktivitas meniru sikap tingkah laku orang lain ini akan menjadi negatif jika yang ditiru adalah hal yang
negatif. Namun, apabila kontrol diri pada remaja tersebut positif, mereka akan tidak mudah terpengaruh pada perilaku suatu kelompok yang negatif.
Mitcheel Prinstein, dkk Santrock, 2012: 448 melakukan riset yang mengungkapkan bahwa remaja yang tidak yakin akan identitas
sosialnya, cenderung lebih menyesuaikan diri dengan kawan sebayanya. Hal tersebut terjadi karena pada masa remaja, mereka masih memiliki
emosi yang labil dan cenderung ingin seperti apa yang ada dalam kelompoknya. Demikian halnya, kawan sebaya cenderung lebih
menyesuaikan diri ketika ada seseorang yang menurut mereka statusnya lebih tinggi.
Lebih lanjut, Santrock menjelaskan bahwa sementara hampir semua remaja mengikuti tekanan teman sebaya dan ukuran lingkungan
sosial, beberapa remaja ada juga yang nonkonformis atau anti konformis.
54
Nonkonformis muncul ketika individu mengetahui apa yang diharapkan oleh orang-orang di sekitarnya tapi mereka tidak menggunakan harapan
tersebut untuk mengarahkan tingkah laku mereka 2003 : 223 . Dengan kata lain, remaja yang nonkonformitas memilih untuk tidak ikut serta
bergabung pada suatu kelompok tersebut. Sedangkan anti-konformitas muncul ketika individu bereaksi
menolak terhadap harapan kelompok dan kemudian dengan sengaja menjauh dari tindakan atau kepercayaan yang dianut oleh kelompok
Santrock, 2003: 223. Individu yang menolak terhadap harapan kelompok tersebut, terjadi dikarenakan adanya perbedaan pandangan antara dirinya
dengan kelompok, yang bisa bernilai positif jika ia menolak kelompok yang memang berperilaku yang negatif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada kelompok teman sebaya, akan ada situasi dimana demi memenuhi norma yang
diterapkan dalam kelompok, remaja meniru sikap anggota kelompok lainnya. Tindakan meniru itulah yang disebut dengan konformitas.
Konformitas kadang dapat bernilai positif maupun negatif, dan akan berkurang ketika remaja telah menemukan jati dirinya.
e. Popularitas, Pengabaian dan Penolakan Teman Sebaya