Tujuan Berpacaran Deskripsi Teori 1. Tinjauan tentang Remaja

66 meminimalisir remaja dalam melakukan pelanggaran nilai karena melakukan perilaku seksual sebalum waktunya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Faktor yang mempengaruhi usia awal pacaran pada remaja menurut Santrock, 2012 : 450 adalah nilai-nilai, keyakinan religious, tradisi atau budaya setempat termasuk keluarga, besarnya kebebasan yang diberikan dalam berpacaran. Nilai-nilai yang dimaksud merupakan nilai yang remaja anut, baik nilai yang terdapat pada kelompok teman sebaya, keluarga, dan lain sebagainya. Sedangkan factor religious juga berperan dalam menentukan usia pacaran, karena pada kenyataannya dalam agama pun juga tidak terdapat istilah pacaran. Keluarga juga menentukan usia remaja dalam berpacaran, bahkan menentukan apakah remaja retsebut diperbolehkan atau dilarang dapam berpacaran. Hal tersebut berkaitan dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua.

c. Tujuan Berpacaran

Padgham dkk Santrock, 2003 : 239-240 mengemukakan bahwa pada saat ini kencan memiliki 8 fungsi : 1 Kencan merupakan suatu bentuk rekreasi. Remaja berpacaran dengan tujuan untuk bersenang-senang. 2 Kencan merupakan sumber dari status dam keberhasilan. Remaja akan dianggap hebat atau berhasil pada kelompoknya jika mampu menunjukan bahwa ia telah berpacaran. 3 Kencan merupakan bagian dari proses sosialisasi pada masa remaja untuk belajar bagaimana cara bersosialisasi dengan lawan jenis. 67 4 Kencan meliputi proses belajar tentang keakraban dan merupakan sebuah kesempatan untuk menciptakan hubungan yang unik dan berarti dengan seseorang dari lawan jenis kelamin. 5 Kencan dapat menjadi sarana untuk eksperimen dan penggilan hal-hal seksual. 6 Kencan dapat memberikan kebersamaan dalam berinteraksi dan beraktivitas bersama-sama dalam hubungan dengan jenis kelamin yang berlainan. 7 Pengalaman kencan memberi kontribusi untuk mengenali proses pembentukan dan perkembangan identitas. 8 Kencan dapat menjadi alat untuk memilih dan menyeleksi pasangan yang nantinya akan dibawa menuju tahap pernikahan. Sedangkan Rathus 2014 : 533 menjelaskan tujuan pacaran adalan sebagai berikut : 1 Remaja melakukan pacaran dengan tujuan untuk bersenang-senang. Sebagian remaja menghabiskan waktunya dengan pasangan untuk bersenang-senang. 2 Berpacaran sebagai perilaku yang disebabkan karena pengaruh kelompok teman sebayanya. Remaja sering kali termotivasi untuk berpacaran karena nilai-nilai yang terdapat dalam kelompok teman sebayanya. Remaja ingin menunjukkan bahwa ia mampu memiliki kekasih kepada kelompoknya. 68 3 Berpacaran memberikan pelajaran dan pengalaman bagi remaja untuk bersosialisasi dengan pasangan dan dengan lingkungan sosialnya. Remaja belajar berinteraksi, mengatasi permasalahan atau konflik dengan pasangan melalui perilaku berpacaran. 4 Remaja menganggap pacaran sebagai cara untuk menemukaan pasangan hidup di masa dewasa. Remaja akan mencari pasangan mana yang tepat untuk ia jadikan sebagai teman hidup. Biasanya remaja cenderung berganti pasangan untuk menemukan yang terbaik. Menurut Harlock 1980 : 228 dalam pola pacaran, berkencan berperan penting, karena remaja jatuh cinta dan berharap serta merencanakan perkawinan, karena ia sendiri harus memikirkan sungguh- sungguh masalah keserasian pasangan kencan sebagai pasangan hidup. Dengan berkencan, remaja akan menemukan sifat-sifat dari pasangan dan memikirkan apakah sifat tersebut dapat diterima atau tidak oleh pasangan. Lebih lanjut Harlock menerangkan bahwa remaja yang ingin menikah, menganggap berkencan sebagai kesempatan untuk menjajaki beberapa pasangan kencan, apakah ada diantara mereka yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan sebagai teman hidup dimasa depan 1980 : 228. Berdasarkan pendapat tersebut, menunjukkan bahwa beberapa remaja memiliki tujuan dalam berpacaran. Tujuan tersebut berkaitan dengan tugas perkembangan manusia selanjutnya, yaitu menemukan pasangan dan berkeluarga. Kesempatan remaja untuk berpacaran akan mereka pergunakan untuk menyeleksi mana pasangan 69 yang ideal sebagai pendamping hidup bagi mereka. Hal tersebut memungkinkan remaja untuk tidak hanya berpacaran dengan satu teman lawan jenis saja, namun dapat berganti pasangaan jika sudah tidak terdapat kesesuaisn atau criteria yang diharapkan. Sejalan dengan pendapat di atasBrown, dkk Berk, 2008 : 623 mengungkapkan bahwa : “Transformations in teenagers dating goalsaccount for this change: Early adolescents date largely for superficial reasons, recreation, peer status, and exploration of sexuality. By late adolescents, as young people became ready for greater psychological intimacy, they look for someone who offers personal compatibility, companionships, affection, and social support.” Tujuan berpacaran pada remaja akan mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia. Remaja awal, berpacaran untuk tujuan yang masih dangkal, seperti bersenang-senang, sebagai status, serta untuk mengekplor perilaku seksual. Sedangkan pada remaja akhir menginjak dewasa, mereka memiliki keintiman psikologis dan kasih saying yang lebih besar. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa tujuan remaja dalam perilaku berpacaran, diantaranya adalah sebagai berikut : 1 Remaja berpacaran untuk bersenang-senang atau rekreasi dengan pasangannya. 2 Sebagai status keberhasilan yang ingin mereka tunjukkan pada kelompok atau masyarakat bahwa ia mampu memiliki pasangan 70 pacar, atau untuk memenuhi nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok teman sebayanya. 3 Remaja berpacaran dengan tujuan belajar untuk bersosialisasi dengan orang lain pasangan, belajar berhubungan, mengatasi konflik dengan teman lawan jenis, serta mengeksplorasi pengalaman seksualnya. 4 Sebagai ajang untuk menyeleksi pasangan mana yang sesuai dengan kriterianya, dan dapat ia jadikaan sebagai teman hidup dan berkeluarga.

d. Perilaku Seksual Remaja

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Guru dan Teman Sebaya terhadap Akseptabilitas dan Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kota Tanjung Balai

3 72 174

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI SMAN 2 Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Di SMAN 2 Ngawi.

1 4 17

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 6 BINJAI.

0 1 13

PERAN KECERDASAN EMOSI, KETERLIBATAN ORANGTUA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA TERHADAP Peran Kecerdasan Emosi, Keterlibatan Orang tua, dan Interaksi Teman Sebaya terhadap Delinkuensi Remaja.

0 0 10

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA SISWA KELAS XI SMA N 6 YOGYAKARTA.

1 4 131

PENGARUH INTERAKSI TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN INTERNET PADA SISWA KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA.

3 9 139

PENGARUH INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI TERHADAP PERILAKU CYBERBULLYING SISWA PROGRAM KEAHLIAN ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 WONOSARI.

2 7 188

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN KEDISIPLINAN SISWA

0 0 16

i HUBUNGAN PERGAULAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMA N 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pergaulan Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Remaja pada Siswa Kelas XI IPS di SMA N 1 Semin Gun

0 0 15

KONTRIBUSI REGULASI EMOSI TERHADAP PENERIMAAN TEMAN SEBAYA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20162017

0 0 17