4. Aspek Mekanik
1 Penulisan Ejaan dan Tanda Baca
Secara umum, dalam aspek mekanik, pemahaman siswa terhadap penulisan ejaan dan tanda baca tergolong masih rendah. Siswa masih keliru dalam memahami
cara penulisan “di” dan “ke” sebagai prefiks dan “di” dan “ke” sebagai preposisi. Hal
tersebut dapat dilihat pada penggalan cerpen berikut.
Penggalan Cerpen Pratindakan Siswa S11 Berjudul “Tabrakan Janji” Kesalahan mekanis ditemukan pada penggunaan frase “diruangan” dan
“kemana-mana” yang seharusnya ditulis secara terpisah, namun ditulis dengan menggabungkan preposisi “di” dan “ke” dengan kata di belakangnya. Hal demikian
juga masih ditemukan pada siklus I dan II. Siswa sebenarnya telah memahami aturan penulisan tersebut, namun kecenderungan keliru tidak bisa dengan mudah begitu saja
dihilangkan. Kekeliruan lain juga terdapat pada penggunaan tanda baca dan huruf kapital seperti pada penggalan cerpen pada siklus I berikut.
Penggalan Cerpen Siklus I Siswa S11 Berjudul “Wanita Ningrat”
Pada tahap siklus II, kesalahan dalam penulisan ejaan dan tanda baca semakin berkurang. Sebagian besar siswa sudah makin cermat dalam menggunakan ejaan dan
tanda baca. Hal tersebut dapat dilihat pada penggalan cerpen berikut.
Penggalan Cerpen Pratindaka n Siswa S11 Berjudul “Air Terjun”
2 Kepaduan Antarparagraf
Kepaduan antarparagraf pada cerpen merupakan hal yang penting. Pada tahap pratindakan, masih ditemukan beberapa cerpen siswa yang belum padu. Kesalahan
yang banyak ditemukan adalah siswa masih belum cermat dalam memberi jarak antarkalimat untuk membentuk paragraf yang baru. Hal demikian akan
membingungkan pembaca. Hal tersebut dapat dilihat pada penggalan cerpen berikut.
Penggalan Cerpen Pratindakan Siswa S0 1 Berjudul “Bunga Tidur”
Pada tahap siklus I dan II, sebagian besar siswa mampu menyusun kalimat dan paragraf secara padu sehingga jalan cerita dapat dipahami. Siswa telah
memahami bahwa jalinan antarparagraf yang padu dapat membuat cerita menjadi logis dan mudah dipahami. Hal tersebut dapat dilihat pada penggalan cerpen siklus I
dan II berikut.
Penggalan Cerpen Siklus I Siswa S0 1 Berjudul “Kenapa?”
Penggalan Cerpen Siklus II Siswa S0 1 Berjudul “Segurat Bayangan Tua”
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diakhiri pada siklus II. Hal tesebut didasarkan pada hasil diskusi praktikan dengan guru yang menyatakan bahwa sudah terjadi
peningkatan yang cukup berarti, baik dari kualitas proses maupun hasil pembelajaran. Peningkatan yang terjadi telah memenuhi kriteria keberhasilan
tindakan. Selain itu, penelitian dihentikan karena terbatasnya waktu penelitian dan masih banyak materi lain yang belum disampaikan guru di kelas tersebut.
88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.I SMA Negeri 11 Yogyakarta dengan metode pengaliran imaji
berbantuan media puisi. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pembelajaran menulis cerpen melalui metode pengaliran imaji berbantuan media
puisi dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada siswa menjadi lebih baik. Peningkatan kualitas proses ditunjukkan dengan peningkatan sikap siswa
yang positif selama aktivitas pembelajaran pada tahap menulis cerpen. Hal ini dibuktikan melalui hasil pengamatan yang menunjukkan perhatian, keseriusan,
dan keaktifan siswa yang baik selama pembelajaran menulis cerpen. 2.
Pembelajaran menulis cerpen melalui metode pengaliran imaji berbantuan media puisi dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran siswa. Peningkatan tersebut
dapat dilihat dari hasil skor rata-rata tes menulis cerpen pada tahap pratindakan hingga akhir tindakan siklus II. Peningkatan skor juga terjadi pada tiap aspek dan
kriteria dalam menulis cerpen. Pada tahap pratindakan, skor rata-rata siswa adalah 70.12. Setelah diberi tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan sebesar 4.82 poin