PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 05 GUNUNGJAYA, BELIK PEMALANG

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI

MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III

SD NEGERI 05 GUNUNGJAYA, BELIK

PEMALANG

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh Helmy Aziz 1402408093

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012


(2)

ii

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa isi skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau hasil karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip berdasarkan kode etik ilmiah.

Tegal, 4 Agustus 2012

Yang menyatakan,

Helmy Aziz 1402408093


(3)

iii

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diuji ke sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Di : Tegal

Tanggal : 30 Agustus 2012

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Suwandi M.Pd. Dra. Sri Ismi Rahayu, M.Pd. NIP 19580710 198703 1 003 NIP 19560414 198503 2 001

Mengetahui

Koordinator PGSD UPP Tegal

Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. NIP 19630923 198703 1 001


(4)

iv

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FIP UNNES pada tanggal 30 Agustus 2012.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Drs. Hardjono, M.Pd. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. NIP. 19510801 197903 1 007 NIP. 19630923 198703 1 001

Penguji Utama

Drs. H. Y Poniyo, M.Pd. NIP. 19510412 198102 1 001

Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Dra. Sri Ismi Rahayu, M.Pd. Drs. Suwandi, M.Pd.

NIP 19560414 198503 2 001 NIP. 19580710 198703 1 003


(5)

v

Motto

1. Tidak ada pengalaman yang tidak

berharga. (Penulis)

2. Orang yang belum mencoba, tidak

boleh mengatakan tidak mungkin. Semua yang belum Anda coba, mungkin! (Penulis)

3. Berprestasi di tengah keterbatasan

adalah sebuah kepahlawanan dalam bentuk yang lain. (HM. Anis Matta, Lc.)

4. Tugasku bukan untuk meragukan

kemungkinan keberhasilanku. Tugasku adalah untuk mencoba. (Mario Teguh)

Persembahan

Skripsi ini untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta, Subur dan Khafifah, yang selalu menyayangi dan mendoakan yang terbaik disetiap langkahku.

2. Kakak dan adik-adikku tersayang, terima kasih atas segala dukungannya.

3. Kakekku tersayang Supriyo yang selalu memberikan nasihat dan dukungan.

4. Belahan jiwaku, Latifatul Farah Diana, yang selalu memberikan do’a, motivasi, inspirasi dan kasih sayang yang tulus.

5. Mahasiswa PGSD UPP Tegal S1 angkatan 2008.


(6)

vi

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Gambar pada Siswa Kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya, Belik, Pemalang”.

Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati,ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan FIP UNNES.

3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan PGSD FIP UNNES. 4. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal. 5. Drs. Suwandi M.Pd., dosen pembimbing I.

6. Dra. Sri Ismi Rahayu, M.Pd., dosen pembimbing II.

7. Seluruh dosen dan karyawan FIP, khususnya Jurusan PGSD UPP Tegal. 8. Subur, A. Ma., kepala sekolah SD Negeri 05 Gunungjaya, Belik, Pemalang. 9. Sri Utami, S.Pd.SD., guru kelas III dan guru SD Negeri 05 Gunungjaya,


(7)

vii Pemalang.

11. Bapak dan Ibu serta saudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan dan motivasi, serta selalu mendoakan peneliti.

12. Mahasiswa PGSD UPP Tegal angkatan 2008.

13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala amal baik bapak, ibu, dan saudara mendapat imbalan dari Allah SWT. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat diambil manfaatnya dan berguna bagi para pembaca pada umumnya. Amien.

Tegal, 30 Agustus 2012


(8)

viii

Aziz, Helmy. 2012. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya, Belik, Pemalang. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Drs. Suwandi, MPd., II. Dra. Sri Ismi Rahayu, M.Pd.

Kata Kunci: Keterampilan Menulis, Menulis Puisi, Media Gambar

Berdasarkan perolehan hasil nilai rata-rata pembelajaran Bahasa Indonesia semester II materi puisi pada Tahun Pelajaran 2010/2011 adalah 60, sedangkan KKM adalah 62. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya perlu digunakan media pembelajaran yaitu media gambar. Permasalahan yang dibahas yaitu bagaimana peningkatan hasil dan proses belajar siswa dalam menulis puisi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil dan proses belajar siswa kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya dalam menulis puisi setelah menggunakan media gambar.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dengan subjek penelitian siswa kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya. Media gambar yang digunakan guru pada pembelajaran siklus I yaitu media gambar dalam bentuk gambar banner dengan ukuran 80 cm x 60 cm, pada siklus II dengan bantuan LCD Proyector. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Teknik tes yang digunakan peneliti berupa tes esai, sedangkan teknik nontes berupa observasi dan performansi guru. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif dan kualitatif. Kedua teknik tersebut dikoreksi dengan membandingkan hasil tes siklus I dan II. Indikator keberhasilan yang digunakan adalah nilai rata-rata ≥ 62, persentase tuntas belajar klasikal ≥ 75%, perolehan nilai hasil observasi pada masing-masing aspek (tanggung jawab, perhatian, dan keberanian) ≥ 65, dan skor perolehan performansi guru ≥ 75.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I dan II. Hasil tersebut baik hasil tes maupun nontes. Dari hasil tes dapat diketahui peningkatan nilai rata-rata menulis puisi dengan menggunakan media gambar pada siklus I 68,41 dengan tuntas klasikal 87% dan pada siklus II naik menjadi 73,27 dengan tuntas klasikal 100%. Perubahan perilaku siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan yang ditunjukkan dari hasil observasi pada masing-masing aspek. Pada aspek tanggung jawab siklus I 150 dan siklus II 153, aspek perhatian siswa siklus I 153 dan siklus II 155, aspek keberanian siklus I 119 dan siklus II 122. Performansi guru dalam menyusun RPP dan pelaksanaan pembelajaran juga mengalami peningkatan. Performansi guru dalam menyusun RPP pada siklus I 80 dan siklus II 89 sedangkan performansi guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I 85 dan siklus II 91. Hasil tersebut membuktikan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis puisi.


(9)

ix

Halaman

Kata Pengantar ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

Bab 1. ... PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Permasalahan …... 11

1.3 Identifikasi Masalah ... 12

1.3.1 Faktor Internal ... 12

1.3.2 ... Faktor Eksternal ... 13

1.4... Pembatasan Masalah ... 15

1.5... Rumusan Masalah ... 15

1.6... Pemecahan Masalah ... 15

1.7... Tujuan Penelitian ... 16

1.8... Tujuan Umum ... 16

1.7.2 Tujuan Khusus ... 16

1.8 Manfaat Penelitian ... 16

1.8.1 Manfaat Teoritis ... 16

1.8.2 Manfaat Praktis ... 17

2 ... KAJIAN PUSTAKA ... 18

2.1... Kajian Empiris ... 18

2.2 ... Landasan Teori ... 20

2.2.1 ... Pengertian Menulis ... 20

2.2.2 ... Tujuan Menulis ... 22


(10)

x

2.2.6 Pengertian Puisi ... 26

2.2.7 Tujuan Menulis Puisi ... 27

2.2.8 Unsur-unsur Puisi ... 28

2.2.8.1Unsur Intrinsik ... 28

2.2.8.2Unsur Ekstrinsik ... 29

2.2.9 ... Ragam Puisi ... 29

2.2.10 Bahan Pembelajaran Menulis Puisi ... 30

2.2.11 Pengertian Media ... 32

2.2.12 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 34

2.2.13 Media Gambar ... 37

2.3 Kerangka Berfikir ... 39

2.4 Hipotesis Tindakan ... 40

3 ... METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Desain Penelitian ... 41

3.1.1 Prosedur/Langkah-langkah Penelitian ... 42

3.1.1.1Perencanaan ... 42

3.1.1.2Pelaksanaan Tindakan ... 43

3.1.1.3Observasi/Pengamatan ... 44

3.1.1.4Refleksi ... 44

3.2 Siklus Penelitian ... 45

3.2.1 Siklus I ... 45

3.2.1.1Perencanaan ... 45

3.2.1.2Pelaksanaan Tindakan ... 46

3.2.1.3Observasi/Pengamatan ... 47

3.2.1.4Refleksi ... 47

3.2.2 Siklus II ... 48

3.2.2.1Perencanaan ... 48

3.2.2.2Pelaksanaan Tindakan ... 48


(11)

xi

...

3.4... Tempat Penelitian ... 51

3.5... Data ... 52

3.5.1 Jenis Data ... 52

3.5.1.1Data Kualitatif ... 52

3.5.1.2Data Kuantitatif ... 53

3.5.2 ..Sumber Data …... 53

3.5.2.1Siswa ... 54

3.5.2.2Guru ... 54

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.6.1 Teknik Tes ... 55

3.6.2 Teknik Nontes ... 56

3.6.2.1Teknik Observasi ... 57

3.6.2.2Performansi Guru ... 57

3.7 Instrumen Peneletian ... 58

3.8 Teknik Analisis Data ... 58

3.8.1 Teknik Statistik ... 58

3.8.2 Teknik Deskriptif ... 60

3.9 Indikator Keberhasilan ... 60

3.9.1 Hasil Belajar Siswa ... 61

3.9.2 Aktifitas Belajar Siswa ... 61

3.9.3 Performansi Guru Dalam Belajar Mengajar ... 61

4 ... HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1... Hasil Penelitian ... 63

4.1.1 Deskripsi Data Siklus I ... 64

4.1.1.1 Hasil Belajar Siswa ... 64

4.1.1.2 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa ………... 66

4.1.1.3 Performansi Guru ... 68

4.1.1.4 Refleksi ... 71


(12)

xii

4.1.2.3Performansi Guru ... 75

4.1.2.4Refleksi ... 78

4.2... Hasil Penelitian ... 79

4.2.1 Hasil Belajar Siswa ... 79

4.2.2 Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II ... 82

4.2.3 Performansi Guru ... 83

4.3... Pembahasan ... 86

4.4 Implikasi Hasil Penelitian ... 90

4.4.1 Bagi Siswa ... ... 90

4.4.2 Bagi Guru ... 90

4.4.3 Bagi Sekolah ... 90

5 ... PENUTUP ... 91

5.1... Simpulan ... 91

5.1.1 Hasil Belajar ... 91

5.1.2 Aktifitas Siswa ... 91

5.1.3 Performansi Guru ... 92

5.2... Saran ... 93

LAMPIRAN ...95


(13)

1

Tabel Halaman

4.1... Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus I Menulis Puisi Kelas III ... 64

4.2... Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III ... 65

4.3... Hasil Observasi Siswa Pada Aspek Tanggung Jawab Siklus I ... 66

4.4... Hasil Observasi Siswa Pada Aspek Perhatian Siklus I ... 67

4.5... Hasil Observasi Siswa Pada Aspek Keberanian Siklus I ...67

4.6... Hasil Penilaian Performansi Guru Dalam Menyusun RPP Siklus I ... 69

4.7... Hasil Penilaian Performansi Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran 4.8... SiklusI... 70

4.9... Hasil Tes Siklus II Menulis Puisi Kelas III ... 72

4.10 . Hasil Observasi Siswa Pada Aspek Tanggung Jawab Siklus II ... 73 4.11 . Hasil Observasi Siswa Pada Aspek Perhatian Siklus II ... 74

4.12 . Hasil Observasi Siswa pada Aspek Keberanian Siklus II ... 74 4.13 . Hasil Penilaian Performansi Guru dalam Menyusun RPP Siklus II ... 76

4.14 . Hasil Penilaian Performansi Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran 4.15 . Siklus II... 77

4.16 . Hasil Peningkatan Menulis Puisi Siklus I, dan Siklus II 4.17 . Kelas III ... 80

4.18 . Data Ketuntasan Menulis Puisi Siklus I, dan Siklus II 4.19 . Kelas III ... 81

4.20 . Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II ... 82

4.21 . Rekapitulasi Hasil dalam Menyusun RPP Siklus I dan Siklus II ... 84

4.22 . Rekapitulasi Hasil dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan 4.23 . Siklus II ... 85 4.24 .


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. RPP Siklus I ... 95

2. Instrumen Tes Siklus I ... 99

3. RPP Siklus II ... 100

4. Insrumen Tes Siklus II ... 104

5. Daftar Nama Siswa Kelas III ... 105

6. Format APKG I ... 107

7. Deskriptor APKG I ... 109

8. Format APKG II ... 116

9. Deskriptor APKG II ... 120

10. Hasil Observasi Siswa Siklus I ... 133

11. Hasil Penilaian Menulis Puisi Siklus I ...135

12. Hasil RPP Siklus I ... 137

13. Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 139

14. Hasil Observasi Siswa Siklus II ... 143

15. Hasil Penilaian Menulis Puisi Siklus II ...145

16. Hasil RPP Siklus II ... 147

17. Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 149

18. Data Rekapitulasi Ketuntasan Menulis Puisi Siswa Kelas III ...153


(15)

1

PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, permaslahan, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, pemecahan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1Latar Belakang Masalah

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah merumuskan secara tegas menganai dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan adalah salah satu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Depdiknas, 2006:65).

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional di atas, diperlukan proses pembelajaran di masing-masing satuan pendidikan. Dalam pasal 14 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya. Siswa diharapkan menjadi pribadi, anggota masyarakat dan warga negara yang baik, serta mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar yang diselenggarakan di


(16)

Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “calistung” yaitu membaca, menulis, dan berhitung.

Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi pembelajaran keterampilan berbahasa yang mencakup keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan mendengarkan (menyimak) adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, mendengarkan di sini bukan berarti sekadar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahami bacaan. Keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semi interaktif, dan noninteraktif.

Situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan, dan memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara.

Berbicara semi interaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Dengan demikian, keterampilan berbicara semi interaktif tidak memungkinkan pergantian antara pambicara dan pendengar yang akan meminta klarifikasi.

Keterampilan berbicara noninteraktif, misalnya dalam berpidato melalui radio dan televisi. Dalam situasi ini, pembicara tidak bisa melihat reaksi dari pendengar melalui ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Dalam hal ini, pendengar tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara. Pendengar tidak bisa meminta


(17)

pembicara mengulangi apa yang telah diucapkan dan meminta memperlambat pembicaraan.

Keterampilan membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Masyarakat sekarang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.

Keterampilan yang selanjutnya yaitu keterampilan menulis. Menulis merupakan keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

Berdasarkan ketrampilan-keterampilan yang telah diuraikan, guru Bahasa dan Sastra Indonesia dituntut untuk memberikan pembelajaran yang efektif dan dapat memenuhi tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif diharapkan dapat membentuk generasi muda yang cerdas.

Generasi muda adalah generasi yang akan melanjutkan perjuangan di masa depan. Oleh karena itu, orang tua dan guru wajib membimbing perkembangan anak-anak ke hal positif agar mereka kelak menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna dalam kehidupan. Salah satu sarana untuk mencapai tujuan tersebut adalah sastra yang sesuai dengan perkembangan anak-anak. Sastra anak memiliki peran penting dalam membentuk generasi yang akan datang.


(18)

Sastra anak adalah citraan yang disampaikan kepada anak dengan melibatkan aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori, dan pengalaman moral. Sastra anak diekspresikan dalam bentuk-bentuk kebahasaan yang dapat dipahami oleh pembaca sastra anak-anak. Sastra anak dapat menunjang perkembangan bahasa, kognitif, personalitas, dan sosial anak-anak, serta dapat memainkan perasaan secara dramatis dalam pengembangan konsep diri. Sastra anak dinilai dapat membentuk karakter secara efektif, karena disampaikan melalui cerita dan metafora, sehingga proses pendidikan berlangsung menyenangkan.

Nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra dipahami oleh anak kemudian secara tidak sadar merekronstruksi sikap dan kepribadian mereka. Karya sastra sebagai sarana penanaman nilai-nilai karakter serta merangsang imajinasi dan kreativitas. Anak berpikir kritis melalui rasa penasaran akan jalan cerita dan metafora-metafora yang terdapat di dalamnya.

Pengetahuan tentang sastra termasuk apresiasi sastra, pada umumnya dinomorduakan dan dianggap hanya sebagai hiburan. Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan guru bermalas-malasan dalam mengajarkan pengetahuan tentang sastra. Hal ini menunjukkan pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada kenyataannya mempunyai problematika yang harus diatasi.

Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia idealnya menarik dan besar sekali manfaatnya bagi para siswa. Kenyataannya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia disajikan hanya sekadar memenuhi tuntutan kurikulum. Tak heran jika pelajaran menjadi monoton, kurang hidup, dan cenderung kurang mendapat tempat di hati siswa. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bertujuan


(19)

untuk menumbuhkan keterampilan dan rasa cinta para siswa terhadap bahasa dan sastra Indonesia sebagai budaya warisan leluhur. Dengan demikian, tugas guru tidak hanya memberi pengetahuan (aspek kognitif), tetapi juga keterampilan (aspek psikomotorik) dan menanamkan rasa cinta (aspek afektif) pada karya sastra.

Mengingat bahwa siswa tidak cukup jika hanya diberikan pengetahuan (aspek kognitif) saja, akan tetapi juga harus diberikan keterampilan (aspek psikomotorik). Dengan demikian guru memiliki tugas untuk mengajarkan aspek-aspek tersebut kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada.

Guru adalah pengajar dan pendidik. Oleh karena itu, peran apa pun yang diberikan masyarakat kepadanya, selalu memiliki kaitan dengan posisi pengajaran dan pendidikan di dalam masyarakat itu. Untuk itu, kita perlu mendalami makna pengajaran dan pendidikan.

Pengajaran dapat didefinisikan sebagai usaha untuk mentransfer informasi kepada para siswa. Persoalan yang hendak dijawab dalam pengajaran adalah peralihan dari tidak tahu menjadi tahu. Guru memberikan informasi kepada siswa agar mereka beralih dari keadaan kurang atau tidak tahu menjadi kondisi tahu atau lebih tahu. Diperlukan kemampuan pedagogis yang baik, ditandai oleh penguasaan atas metode mengajar yang membantu transfer informasi.

Pendidikan sering dipahami sebagai proses transfer perilaku dan keterampilan. Perilaku tidak dapat ditransfer begitu saja, tetapi harus dibentuk. Sikap yang diharapkan terbentuk melalui pendidikan misalnya sikap jujur, adil, bertanggung jawab, kritis, disiplin, inovatif, dan kreatif. Inilah nilai-nilai yang


(20)

perlu ditanamkan pada para siswa selama masa pendidikan. Selain itu, pendidikan berorientasi pada keterampilan tertentu. Pendidikan tidak membatasi diri pada usaha menyadarkan orang akan pentingnya nilai, tetapi sekaligus kesempatan untuk memulai atau mengembangkan keterampilan tertentu. Keterampilan dasar yang diharapkan dilatihkan pada para siswa, misalnya membaca, menulis, berhitung, berbicara dengan baik dan benar.

Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk aktif, kreatif, inovatif, dan menciptakan strategi jitu. Guru juga dituntut mengembangkan kompetensinya, sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang berkualitas dari segi isi (materi) maupun kemasannya. Dalam konteks pembelajaran sastra, tentu saja guru dituntut mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan, serta tidak ketinggalan zaman.

Tidak salah jika para kritikus sastra mempertanyakan peranan guru terhadap perkembangan sastra di sekolah. Hal ini, dibuktikan dengan kurangnya kompetensi guru dalam kesusastraan. Khususnya guru di sekolah dasar, yang berperan sebagai: administrator, pengajar semua mata pelajaran, dan ekstrakurikuler. Banyak hal yang membuat mereka sering tidak fokus mengelola pembelajaran. Oleh sebab itu, sastra di sekolah dasar kurang berkembang.

Sementara untuk memupuk generasi masa depan yang sadar dan menjadi pelaku sastra yaitu dimulai dari siswa sekolah dasar. Pembentukan sikap siswa di sekolah dasar merupakan suatu masa yang tepat untuk memberikan bekal kesusastraan sejak dini. Hal ini sesuai dengan teori tabularasa (kertas kosong)


(21)

yang dikemukakan John Locke seorang tokoh empirisme. Menurutnya, anak ibarat kertas putih yang bisa dicorat-coret oleh pengaruh lingkungan dan manusia dewasa. Pada jenjang sekolah dasar merupakan waktu yang tepat bagi guru untuk memberikan pemahaman dan pengalaman kepada siswa tentang sastra yang mampu membentuk karakter siswa berbudaya dan beretika. Kenyataan di lapangan sangat berbeda dengan tujuan pendidikan nasional.

Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Noor 2011: 108).

Bukan perkara mudah tugas yang diemban oleh para guru sekolah dasar. Apalagi mengembangkan sastra yang seharusnya dipegang oleh guru ahli bahasa dan sastra. Oleh karena itu, sudah seharusnya menjadi tugas Dinas Pendidikan untuk ikut memikirkan solusi yang tepat dalam kaitan pengembangan sastra di sekolah dasar.

Jika pihak-pihak terkait sadar pentingnya perkembangan sastra di sekolah dasar, mungkin para kritikus sastra tidak lagi mengkambinghitamkan dunia pendidikan, khususnya kepada guru sekolah dasar atas “kegagalan sastra” selama ini. Dengan demikian, sudah seharusnya perkembangan sastra di sekolah dasar merupakan tanggung jawab bersama (Noor 2011: 109).


(22)

Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam penggalian kemampuan menulis siswanya. Kenyataan di lapangan, sebagian guru enggan mengambil peran itu. Sebab, guru harus dapat meluangkan waktu untuk membaca dan memerhatikan tulisan siswanya. Guru juga harus menyiapkan tenaga dan pikiran untuk mengevaluasi perkembangan tulisan siswanya.

Bila sebagian besar guru mau mengambil peran tersebut, secara langsung atau tidak, akan menjadi guru yang aktif dan kreatif. Aktif dalam proses pembelajaran, aktif menulis, aktif dalam evaluasi kinerja siswa, dan aktif dalam memberikan apresiasi pada siswanya yang mampu mengembangkan keterampilan menulisnya.

Bila guru aktif, guru akan menjadi kreatif. Guru akan mampu memberikan contoh-contoh dalam setiap pembelajaran keterampilan menulis dengan karyanya sendiri. Sederhana saja, ketika keterampilan menulis puisi sedang diberikan, guru dapat menyajikan contoh puisi karya sendiri. Menampilkan contoh-contoh buah karya sendiri akan menjadi sumber inspirasi dan stimulus bagi siswa. Di samping itu, guru memberikan apresiasi terhadap hasil menulis siswanya yang cukup menonjol, misalnya dengan memberikan hadiah sebagai motivator.

Namun sayangnya, guru dihadapkan pada seperangkat silabus dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tertentu yang telah “dipatenkan” secara nasional yang mengacu pada seperangkat kurikulum. Silabus dan SKL merupakan salah satu problematika yang membatasi kreativitas guru dalam pembelajaran sastra di sekolah.


(23)

Salah satu materi dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang diajarkan adalah menulis puisi. Keterampilan menulis puisi merupakan keterampilan yang menyenangkan dan dapat dikembangkan dan ada suatu media untuk membantu siswa bereksplorasi dalam suatu karya sastra puisi.

Pada kenyataannya, dalam proses pembelajaran menulis puisi masih ditemukan beberapa masalah yang harus dipecahkan. Keterampilan menulis puisi menjadi materi yang kurang diminati banyak siswa sekolah karena dinggap sulit dan membosankan. Siswa kesulitan dalam menuliskan kata-kata awal dan pemilihan kata yang tepat karena hal tersebut merupakan hal yang baru bagi siswa di kelas rendah. Selain itu, proses pembelajaran juga masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga siswa menjadi kurang aktif.

Siswa perlu diberikan kesempatan untuk aktif pada saat menulis puisi, sehingga aktivitas yang terjadi seimbang antara pihak guru dan siswa yaitu sama-sama aktif dan kreatif. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, diperlukan upaya dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media yang dapat memudahkan siswa belajar menulis puisi.

Permasalahan siswa dalam menulis puisi juga dialami siswa kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya, Belik, Pemalang. Penulis menemukan permasalahan dalam pembelajaran menulis puisi baik yang bersumber dari guru maupun siswa. Berdasarkan perolehan hasil rata-rata kelas pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2010/2011 hanya mencapai 60, sedangkan kriteria ketuntasan mengajar 62. Kemudian pada tahun 2011/2012 semester I nilai rata-rata yang diperoleh hanya 60 sedangkan KKM yang telah ditentukan adalah 62.


(24)

Hal ini penulis peroleh dari pengalaman selama mengajar di kelas III SD Negeri Gunungjaya 05.

Guru tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran menulis puisi. Hal ini, menyebabkan siswa bosan dan berdampak pada kurangnya pemahaman siswa pada materi menulis puisi. Selain itu, siswa juga kurang terstimulus saat proses pembelajaran menulis, karena proses pembelajaran masih monoton dan tidak ada media pembelajaran.

Pembelajaran menulis puisi bagi siswa kelas rendah membutuhkan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa SD. Karakteristik siswa sekolah dasar dalam perkembangan intelektualnya berada pada tahap perkembangan operasional kongkrit. Menurut Piaget 1988 (dalam Rifa’i, 2009: 29), pada umur 7-11 tahun, anak berada pada tahap operasional konkrit yaitu anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkrit. Melihat karakteristik siswa sekolah dasar, harusnya guru sebagai fasilitator dapat menyediakan media untuk memudahkan, memotivasi, dan meningkatkan minat siswa dalam belajar.

Guru jarang melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan tidak menggunakan media pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran menulis puisi yaitu media gambar atau visual. Media gambar memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media gambar juga dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan.


(25)

Gambar dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Penggunaan media gambar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran dapat membantu siswa untuk menuangkan ide-idenya dalam suatu karya sastra puisi. Dengan media gambar ini, diharapkan siswa tidak merasa kesulitan dalam menuliskan kata-kata menjadi sebuah puisi. Hal ini, akan membantu siswa meningkatkan keterampilan menulis puisi dalam proses pembelajaran.

Penggunaan media gambar pada materi menulis puisi diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Karena sebelumnya guru tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran, khususnya dalam materi menulis puisi. Melihat latar belakang yang ada, maka penulis akan melakukan penelitian tentang “Peningkatan Kemampuan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya, Belik, Pemalang”.

1.2Permasalahan

Siswa kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya, Belik, Pemalang mengalami kesulitan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam materi menulis puisi. Pada keterampilan menulis siswa masih kurang mampu dalam menentukan tema, penulisan isi, pilihan kata, dan kesesuaian judul. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum menguasai materi menulis puisi. Hasil puisi yang dihasilkan siswa belum sepenuhnya baik, karena tidak ada media yang digunakan dalam menulis puisi.


(26)

Hasil belajar siswa kelas III menunjukkan hasil belajar masih kurang. Dari 55 siswa diperoleh rata-rata 60,00 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 62,00, artinya yang mendapatkan nilai dibawah KKM dinyatakan belum tuntas. Penyebabnya, karena guru cenderung menggunakan metode konvensional yakni pembelajaran yang berpusat pada guru saat menyampaikan materi pelajaran. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Ketidakberhasilan siswa dalam menulis puisi terlihat dari siswa yang mengalami kesulitan menentukan tema. Siswa mengalami kesulitan saat penulisan isi puisi. Pada saat menulis puisi siswa belum bisa memilih kata dengan baik dan sesuai. Siswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan judul. Puisi yang dihasilkan siswa belum sepenuhnya baik karena tidak ada media yang sesuai dalam materi menulis puisi.

1.3Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi masalah dalam pembelajaran menulis puisi yaitu: (1) faktor internal dan (2) faktor eksternal uraian selengkapnya sebagai berikut:


(27)

1.3.1 Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Kondisi fisik seorang siswa menentukan keberhasilan belajarnya, hal ini berkaitan dengan kemampuan organ tubuhnya dalam melakukan kegiatan fisik belajar. Kemampuan intelektual siswa menjadi penentu kualitas dan lama waktu seorang siswa dalam menyelsaikan tugas yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan penjelasan faktor internal di atas, maka dapat diketahui bahwa faktor-faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi belajar siswa meliputi: (1) kesehatan dan kelengkapan organ tubuh, (2) bakat dan minat yang dimiliki siswa, (3) kemampuan intelektual siswa, dan (4) motivasi dari dalam diri siswa. Dari faktor internal tersebut peneliti menganalisa permasalahan pembelajaran menulis puisi yang berasal dari individu antara lain: (1) kurangnya motivasi atau minat siswa terhadap pembelajaran menulis puisi, (2) siswa merasa jenuh dan bosan dengan pembelajaran tanpa media yang mendukung dan sesuai dengan karakterisitik siswa, (3) Kurangnya pemahaman siswa mengenai materi menulis puisi, (4) terbatasnya kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan atau ide dalam menyusun puisi.


(28)

1.3.2 Faktor Eksternal

Faktor Eksternal adalah faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari, tempat tinggal, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat. (Rifa’i 2008:97) Faktor eksternal ini berasal dari luar individu siswa yakni kondisi atau perlakuan yang dapat direkayasa atau diciptakan di sekitar siswa dan dapat mempengaruhi proses serta hasil belajar siswa. Kondisi atau perlakuan ini memberikan rangsangan yang menentukan bagaimana siswa memperoleh pengalaman belajar.

Dari faktor eksternal yang telah dijelaskan, peneliti menganalisa permasalahan belajar menulis puisi yang berasal dari luar individu siswa antara lain: (1) variasi pembelajaran yang kurang berkesan yang diciptakan oleh guru. Guru cenderung menyampaikan isi materi pembelajaran menggunakan cara konvensional. Pembelajaran ini cenderung menggunakan metode ceramah; (2) guru belum menggunakan media untuk mendukung proses pembelajaran; (3) tugas guru hanya penyampai materi, dalam hal ini seolah tugas guru hanya sebatas mengajarkan materi sehingga pembelajaran kurang bermakna; (4) kurangnya penguatan pembelajaran dari lingkungan guru baik penguatan secara emosional maupun secara simbolis.

Dari dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yaitu faktor internal dan eksternal dapat dianalisis permasalahan belajar menulis puisi yang terjadi pada siswa kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya, Belik, Pemalang. Peneliti menemukan adanya beberapa masalah dari luar individu siswa dalam materi


(29)

menulis puisi yaitu: (1) guru cenderung menyampaikan pembelajaran menulis puisi secara konvensional yakni pembelajaran yang berpusat pada guru. Pembelajaran ini cenderung menggunakan metode ceramah; (2) guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam menyampaikan materi menulis puisi. Siswa hanya dengan membaca dan menghafal dalam kelas; (3) kurangnya penguatan pembelajaran dari guru baik penguatan secara emosional maupun secara simbolis.

1.4Pembatasan Masalah

Karena terbatasnya waktu dan kemampuan peneliti, maka peneliti membatasi permasalahan penelitian pada proses pembelajarannya, khususnya penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran menulis puisi. Peneliti menekankan kepada faktor eksternal antara lain variasi pembelajaran belajar yang berupa proses pembelajaran dan menitikberatkan pada penggunaan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran ini dinilai sebagai faktor penting penentu keberhasilan siswa dalam menulis puisi.

1.5Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: “Apakah penggunaan media gambar dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya, Belik, Pemalang?”


(30)

1.6Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka fokus penelitian ini yaitu meningkatkan keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media gambar pada siswa di kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya, Belik, Pemalang. Pada penelitian ini menekankan pada proses pembelajaran dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK). PTK ini terdiri atas 2 siklus, setiap siklus memiliki empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

1.7Tujuan Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini. Pengetian dan penjelasan dari tujuan umum dan tujuan khusus dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

1.7.1 Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan yang bersifat umum atau memiliki skala yang lebih besar. Secara umum tujuan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia.

1.7.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat khusus atau fokus tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu meningkatkan


(31)

keterampilan menulis puisi melalui media gambar pada siswa kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya, Belik, Pemalang.

1.8Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut:

1.8.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis ini merupakan manfaat yang dapat diambil bersifat secara teori. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi di bidang pendidikan, terutama dalam meningkatkan keterampilan menulis puisi.

Hasil Penelitian ini akan menambah ilmu, khususnya untuk mengembangkan keterampilan menulis puisi. Mengembangkan penyampaian gagasan, tema, pilihan kata, dan kesesuaian judul dengan isi yang cocok dan tepat bagi siswa kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya.

1.8.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian akan bemanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah. Manfaat itu antara lain: (1) bagi siswa, manfaat yang dapat diperoleh siswa dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis puisi melalui media gambar, (2) bagi guru, manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu untuk membantu guru dalam memperbaiki pembelajaran, membantu guru


(32)

berkembang secara profesional, dan menambah wawasan guru dalam pembelajaran menulis puisi, (3) bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah dan memajukan kualitas sekolah dengan mendorong guru-guru mengembangkan wawasan yang dimilikinya.


(33)

19

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Di dalam bab 2 ini akan dikemukakan mengenai kajian pustaka dan landasan teori yang akan berisi pembahasan tentang: (1) kajian empiris, (2) landasan teori, (3) kerangka berfikir, dan (4) hipotesis tindakan.

2.1 Kajian Empiris

Menulis puisi merupakan salah satu materi pada pelajaran Bahasa Indonesia yang harus dikuasai oleh siswa. Peneliti yang melakukan penelitian guna meningkatkan pembelajaran menulis puisi pada siswa, antara lain Siti Tri Kuntari (2009), Eva Maita Puspitasari (2009), Hersie Minarsih Puspitahati (2009).

Kuntari (2009) melakukan penelitian dengan judul“Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Contextual Teaching And Learning (CTL) (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Klego Tahun Pelajaran 2009/2010”. Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas pada siklus I menunjukkan peningkatan kemampuan menulis puisi untuk aspek menyampaikan gagasan dan menentukan tema. Aspek menyampaikan gagasan dan menentukan tema nilai rata-rata 63,33. Pada siklus II menunjukkan peningkatan kemampuan menulis puisi untuk aspek menyampaikan gagasan, menentukan tema dan memilih kata-kata nilai rata-rata 65,28. Pada siklus III menunjukkan peningkatan kemampuan menulis puisi untuk aspek menyampaikan


(34)

gagasan, menentukan tema, memilih kata-kata dan menyusun kata-kata nilai rata-rata 69,23. Hasil penelitian menunjukan peningkatan dari siklus I, II dan siklus III.

Puspitasari (2009) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Pada Siswa Kelas VB SDN Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pada hasil belajar siswa. Pada siklus I menunjukkan peningkatan kemampuan menulis puisi untuk tema pemandangan dengan nilai rata-rata nilai 65,5. Pada siklus II menunjukkan peningkatan kemampuan menulis puisi untuk tema bencana alam dengan nilai rata-rata nilai 70,1. Pada siklus III menunjukkan peningkatan kemampuan menulis puisi untuk tema sekolah dengan rata-rata nilai 74,5. Dengan demikian dapat disimpulkan adanya peningkatan dari siklus I, II dan siklus III.

Puspitahati (2009) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Bebas Pada Siswa Kelas V SD Negeri Tegalmade 02 Mojolaban Sukoharjo”. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pada hasil belajar siswa. Pada tes awal dilakukan sebesar 66,43. Pada siklus I nilai rata-rata 74,43 dan pada siklus II nilai rata-rata 80,07 menunjukkan peningkatan dari siklus I 5,64.

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, banyak peneliti melakukan penelitian yang bertujuan meningkatkan kemampuan menulis puisi. Peneliti menggunakan model dan metode yang bervariasi untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi bagi siswa sekolah dasar. Penelitian


(35)

yang dilakukan mempunyai ide yang baru dalam hal cara sehingga hasilnya pun berbeda. Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu meningkatkan kemampuan menulis puisi.

Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan, pada penelitian tindakan kelas ini peneliti melakukan penelitian keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media gambar. Dengan media gambar diharapkan siswa tidak merasa jenuh dan dapat menuangkan kata-katanya sendiri. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif peningkatan keterampilan menulis puisi.

2.2 Landasan Teori

Di dalam landasan teori akan dikemukakan tentang: (1) pengertian menulis, (2) tujuan menulis, (3) teknik menulis, (4) prinsip-prinsip menulis, (5) tahap-tahap menulis, (6) pengertian puisi, (7) tujuan menulis puisi, (8) unsur-unsur puisi, (9) ragam puisi, (10) bahan pembelajaran menulis puisi, (11) pengertian media, (12) fungsi dan manfaat media pembelajaran, (13) media gambar.

2.2.1 Pengertian Menulis

Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar berbahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.

Menurut Lado 1964, (dalam Eliana, dkk. 2009: 5) menulis adalah meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain. Jadi, orang lain dapat membaca simbol grafis itu, jika mengetahui bahwa itu menjadi bagian dari ekspresi bahasa.


(36)

Jago Tarigan, 1995 (dalam Eliana, dkk. 2009: 5), menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui bahasa akan dimengerti pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti.

Crimmon, 1984 (dalam Eliana, dkk. 2009: 5) berpendapat bahwa menulis adalah kerja keras, tetapi juga merupakan kesempatan untuk menyampaikan sesuatu tentang diri sendiri dengan cara mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain, bahkan dapat mempelajari sesuatu yang belum diketahui. Kesempatan menyampaikan gagasan dengan cara berkomunikasi dengan orang lain. Proses penyampaian ini memerlukan kerja keras supaya gagasan yang disampaikan dapat dipahami oleh pembaca.

Lebih lanjut Byrne, 1988 (dalam Eliana, dkk. 2009: 5) mengatakan bahwa menulis tidak hanya membuat satu kalimat atau hanya beberapa hal yang tidak berhubungan, tetapi menghasilkan serangkaian hal yang teratur, yang berhubungan satu dengan yang lain, dan dalam gaya tertentu. Rangkaian kalimat itu bisa pendek, mungkin hanya dua atau tiga kalimat, tetapi kalimat itu diletakkan secara teratur dan berhubungan satu dengan yang lain, dan berbentuk kesatuan yang masuk akal.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif untuk menyampaikan gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan.


(37)

2.2.2 Tujuan Menulis

Seorang tergerak menulis, karena memiliki tujuan-tujuan yang bisa dipertanggungjawabkan dihadapan publik pembacanya. Tulisan pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain. Menurut Eliana, dkk. (2009: 6), tujuan menulis antara lain: (1) menginformasikan, (2) membujuk, (3) mendidik, (4) menghibur.

Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data dan peristiwa. Informasi tersebut agar pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang terjadi di muka bumi ini.

Melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi sebuah tulisan dapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat, dan mudah dicerna.

2.2.3 Teknik Menulis

Menurut Eliana, dkk. (2009: 9), kejelasan merupakan asas yang pertama dan utama bagi hampir semua karangan, khususnya ragam karangan faktawi. Setiap pembaca betapa pun terpelajarnya menghargai karangan yang dapat dibaca dan dimengerti secara jelas. Karangan yang kabur, ruwet, dan gelap maksudnya akan membuat pembaca bosan. Karangan yang baik memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:


(38)

(1) mudah, (2) sederhana, (3) langsung dan (4) tepat. Berikut penjelasan ciri-ciri karangan tersebut.

Karangan yang mudah yaitu karangan yang dengan mudah dimengerti oleh pembaca. Sehingga setiap orang yang membaca tidak perlu susah payah dalam memahami isi dari karangan tersebut, karena tidak berbelit-belit dalam pembahasannya. Pembaca akan merasa tertarik apabila karangan berisi tentang hal-hal yang bersifat umum dan mudah dimengerti. Karangan yang mampu menciptakan kesatuan dan sekaligus terorganisasi dengan baik ditandai oleh mudahnya pembaca memahami karangan. Sebaiknya karangan langsung menjelaskan inti permasalahan dan tidak berbelit-belit.

Sederhana, dalam hal ini berarti karangan yang jelas dan tidak berlebih-lebihan dalam penggunaan kalimat dan kata-kata. Karangan yang jelas dapat menggambarkan pokok pikiran dalam karangan, sehingga memudahkan pembaca dalam memahami isi karangan.

Karangan yang jelas dan tidak berbelit-belit ketika menyampaikan pokok persoalan, sehingga pembaca dapat dengan mudah dalam mencerna isi karangan. Karangan yang sulit dimengerti dapat menurunkan minat pembaca untuk memahami isi karangan. Pembaca akan cepat merasa bosan ketika karangan terlalu berbelit karena sulit dalam memahami isi dari karangan tersebut. Isi karangan yang sebenarnya menarik akan menjadi kurang menarik bagi pembaca karena penyampaiannya yang tidak jelas.

Karangan yang tepat yaitu karangan yang jelas dapat melukiskan secara betul ide-ide yang terdapat dalam pikiran penulis. Kenyataannya ada beberapa


(39)

karangan yang isinya kurang tepat dengan yang dikehendaki oleh penulis, sehingga tidak sejalan dengan tujuan penulis. Ide dalam penulisan karangan yang terorganisir akan membuat isi karangan yang sesuai dengan tujuan penulis. Penulis akan dengan mudah menuangkan ide-ide yang menarik dan sejalan dengan tujan penulis sehingga pembaca akan merasa mudah dalam memahami.

2.2.4 Prinsip-prinsip Menulis

Combs, 1996 (dalam Rofi’uddin, 1999: 77), mengemukakan bahwa perkembangan menulis mengikuti prinsip-prinsip: (1) Prinsip keterulangan (recurring principle), (2) Prinsip generatif (generative principle), (3) Konsep tanda (sign concept), (4) Fleksibilitas (flexibillity), (5) Arah tanda (directionality).

Prinsip keterulangan (recurring principle) dalam prinsip ini anak menyadari bahwa suatu bentuk yang sama terjadi berulang-ulang. Mereka memperagakannya dengan cara menggunakan suatu bentuk secara berulang-ulang. Hal yang sama apabila dilakukan atau digunakan secara berulang-ulang akan membuat siswa mengingat hal tersebut.

Prinsip generatif (generative principle) dalam prinsip ini anak menyadari bentuk-bentuk tulisan secara lebih rinci, menggunakan beberapa huruf dalam kombinasi dan pola yang beragam. Mereka mulai memperhatikan adanya keteraturan huruf dalam suatu kata.

Konsep tanda (sign concept). Dalam konsep tanda ini anak memahami tanda dalam bahasa tulis. Untuk mempermudah kegiatan komunikasi, orang dewasa perlu menghubungkan benda tertentu dengan kata yang mewakilinya.


(40)

Fleksibilitas (flexibillity) dalam hal ini anak menyadari bahwa suatu tanda secara fleksibel dapat menjadi tanda yang lain. Dengan menambahkan tanda-tanda tertentu, huruf I dapat berubah menjadi huruf T, E, F, dsb.

Arah tanda (directionality). Dalam prinsip yang terakhir ini anak menyadari bahwa tulisan bersifat linier. Bergerak dari satu huruf ke huruf yang lain sampai membentuk suatu kata, dari arah kiri menuju ke arah kanan. Bergerak dari baris yang satu menuju baris yang lain.

2.2.5 Tahap-tahap Menulis

Menurut Ahmad R dan Darmiyati Z, 2001 (dalam Kuntari, 2009: 10), tahapan menulis terdiri dari lima tahap yaitu : (1) prapenulisan (prewriting), (2) pembuatan draft (drafting), (3) perevisian (revising), (4) pengeditan (editing), (5) pemublikasian (publishing).

Prapenulisan (Prewriting), tahap ini merupakan langkah awal dalam menulis yang mencakup kegiatan (1) menentukan dan membatasi topik tulisan; (2) merumuskan tujuan, menentukan bentuk tulisan, dan menentukan pembaca yang akan dituju; (3) memilih bahan; (4) menentukan generalisasi dan cara-cara mengorganisasi ide untuk tulisannya.

Pembuatan Draft (Drafting), tahap ini dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam bentuk tulisan. Para siswa mengembangkan ide atau perasaannya dalam bentuk kata dan kalimat, sehingga menjadi sebuah wacana sementara (draf). Pada tahap ini siswa dapat mengubah keputusan-keputusan yang telah dibuat pada


(41)

tahap sebelumnya antara lain yang berkaitan dengan masalah tujuan, pembaca yang dituju bahkan pada bentuk tulisan telah ditentukan.

Perevisian (Revising), tahap merevisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan karangan. Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasan. Tahap revisi dalam pembelajaran menulis, siswa dapat memeriksa rancangan tulisannya dalam segi isi untuk langkah perbaikan.

Pengeditan/Penyuntingan (Editing), tulisan/karangan perlu dilakukan pengeditan (penyuntingan). Hal ini berarti siswa sudah hampir menghasilkan sebuah bentuk tulisan final. Pada tahap ini perhatian difokuskan pada aspek mekanis bahasa sehingga siswa dapat memperbaiki tulisannya dengan membetulkan kesalahan penulisan kata maupun kesalahan mekanis lainnya.

Pemublikasian (publishing/Sharing), publikasi mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama publikasi berarti menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan. Pengertian kedua adalah menyampaikan dalam bentuk cetakan noncetakan.

2.2.6 Pengertian Puisi

Secara etimologis, kata puisi di ambil dari bahasa Yunani poesis yang artinya penciptaan, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat (http://pumichi.wordpress.com).

Dalam jurnal internasional yang berjudul The Enchanting Verses International Poetry Journal:


(42)

Poetry is concered with using with abusing, with losing with wanting, with denying with avoiding with adoring with replacing the noun. It is doing that always doing that, doing that and doing nothing but that. Poetry is doing nothing but using losing refusing and pleasing and betraying and caressing nouns. That is what poetry does, that is what poetry has to do no matter what kind of poetry it is. And there are a great many kinds of poetry.

Menurut Gertrude Stein puisi banyak jenisnya dan subjeknya. Puisi diisi dengan makian, dengan kehilangan, dengan keinginan, dengan penolakan, dengan penghindaran, dengan pemuja, dengan penggantian kata benda. Puisi tidak sedang melakukan apapun tetapi menggunakan kehilangan penolakan dan kesenangan dan penghianatan dan pengusapan kata benda.

Hudson (dalam, Aminuddin. 2010:134) mengungkapkan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya digubah dalam wujud dan bahasa yang berkesan. (http://Abdurrosyid.wordpress.com).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan puisi adalah ekspresi seseorang yang bersifat artistik dalam bahasa yang indah dan berirama, sehingga menjadikannya rangkaian bunyi yang indah. Kata puitis sudah mengandung keindahan yang khusus untuk puisi. Di samping itu puisi dapat membangkitkan perasaan yang menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas atau secara umum menimbulkan keharuan.


(43)

2.2.7 Tujuan Menulis Puisi

Kuntari (2009:32) berpendapat puisi bertujuan untuk menyampaikan informasi namun dikemas dalam bentuk yang padat dan terkonsentrasi dan pada saat yang sama. Puisi mengungkap banyak dimensi lewat sejumlah kata yang dikomunikasikan sangat beragam. Mengungkap mulai dari pengalaman pribadi penyair sampai renungan hidup tentang manusia, pengamatan dirinya tentang lingkungan dan pesan moral, edukatif, relegius dan filosophy.

2.2.8 Unsur-unsur Puisi

Menurut Dewi, (2009:5) unsur puisi yang membangun karya sastra disebut unsur intrinsik dan ekstrinsik. Puisi terdiri atas dua unsur pokok yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur tersebut saling mengikat dan membentuk totalitas makna yang utuh.

2.2.8.1Unsur Intrinsik

Secara lebih detail, unsur intrinsik puisi bisa dilihat dari dua segi, yaitu dari unsur isi dan unsur bentuk. Dari unsur isi puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) Tema: merupakan gagasan pokok yang dikembangkan oleh penyair; (2) Perasaan: persaan penyair dapat dilihat dalam puisi; (3) Nada/Tone: Menggambarkan sikap penyair terhadap pembaca; (4) Amanat: merupakan pesan penyair kepada pembaca.

Sedangkan dari unsur bentuk puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) Larik: merupakan kata, deretan kata, atau kalimat yang ada dalam puisi; (2) Bait: merupakan kumpulan larik atau kumpulan baris; (3) Pertautan Antarbait: merupakan bait-bait dalam puisi harus saling berhubungan; (4) Rima atau Sajak:


(44)

merupakan persamaan bunyi yang terdapat dalam puisi; (5) Diksi: merupakan pilihan kata; (6) Pengimajian: disebut juga citraan yang berhungan dengan pancaindra.

2.2.8.2Unsur Ekstrinsik

Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur: (1) pendidikan penyair, (2) budaya, (3) sosial; (4) religi; (5) adat, (6) nilai-nilai.

2.2.9 Ragam Puisi

Menurut Aminuddin (2010: 134-136) ditinjau dari bentuk maupun isinya ragam puisi bermacam-macam. Ragam puisi itu sedikitnya akan dibedakan antara lain: (1) Puisi epik, (2) Puisi naratif, (3) Puisi lirik, (4) Puisi lirik, (5) Puisi dramatik, (6) Puisi didaktik, (7) Romance, (8) Elegi, (9) Ode, (10) Himne.

Puisi epik, yaitu suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah. Puisi epik dibedakan antara folk epic dan literary epic. Folk epic yaitu bila nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan, sedangkan literary epic, yaitu bila nilai akhir puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya.

Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Termasuk dalam jenis puisi naratif ini yaitu balada. Balada yang dibedakan antara folk ballad, dengan literary ballad, sebagai suatu ragam puisi yang berkisah tentang kehidupan manusia. Jenis puisi lain yang


(45)

termasuk dalam puisi naratif adalah poetic tale sebagai puisi yang berisi dongeng-dongeng rakyat.

Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi lirik umumnya paling banyak terdapat dalam khazanah sastra modern di Indonesia seperti tampak dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi Djokodamono, Goenawan Mohammad, dan lain sebagainya.

Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu.

Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya tertampil eksplisit.

Puisi satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.

Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.

Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang. Ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.

Himne, yaitu puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.


(46)

2.2.10 Bahan Pembelajaran Menulis Puisi

Menulis puisi merupakan kegiatan untuk mengungkapkan perasaan, ide, gagasan dalam bentuk tertulis dengan memperhatikan diksi (pilihan kata), bentuk, dan bunyi. Saini (1993, dalam http://inichuwi.blogspot.com), menyatakan bahwa menulis puisi dapat membuat seseorang menggunakan kata-kata secara konotatif, menyusun irama dan bunyi, menyusun baris-baris dan bait-bait dengan memperhatikan pengilangan serta tipografi yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Penyair pemula dalam hal ini siswa berusaha sebaik-baiknya menuliskan apa yang ada dalam hatinya dengan jelas dan konkret. Saini (1993, dalam http://inichuwi.blogspot.com) Artinya, apa yang ditulis harus jelas bagi dirinya sehingga jelas pula bagi orang lain. Apabila puisi yang ditulis siswa jelas, pesan yang ingin disampaikan lebih mudah dipahami oleh penikmat puisi.

Sumardi dkk, (dalam Kuntari, 2009: 37) memberikan rambu-rambu yang harus dipertimbangkan sewaktu memilih bahan pembelajaran puisi yaitu (1) sesuai lingkungan anak didik; (2) sesuai kelompok usia anak didik; (3) keragaman sajak; (4) kesesuaian sajak dengan siswa.

Norton, (dalam Kuntari, 2009: 37) menyatakan bahwa:

Yang menggeluti sastra untuk anak-anak, mengemukakan kritiria pemilihan puisi untuk anak-anak, sebagai berikut: (1) puisi untuk anak-anak adalah puisi yang berisi kegembiraan dan rima; (2) puisi untuk anak-anak seharusnya mengutamakan bunyi bahasa dan membangkitkan semangat bermain bahasa; (3) puisi untuk anak-anak seharusnya memperbaiki ketajaman imajinasi visual dan kesegaran kata-kata yang digunakan di dalam ragam novel, untuk memperluas imajinasi mereka, dan melihat atau mendengar kata-kata dalamcara baru; (4) puisi untuk anak-anak seharusnya menyajikan cerita sederhana dan memperkenalkan tindakan yang dilakukan; (5) puisi


(47)

untuk anak bukan yang ditulis dengan dugaan rendah kepada anak-anak; (6) puisi yang sangat efektif disajikan dengan suatu ketidak sempurnaan informasi yang seksama. Jadi ada ruang bagi anak untuk menafsirkan, dan memungut sesuatu dari puisi sendiri; (7) tema harus menyenangkan anak-anak mengatakan sesuatu pada anak-anak, menggelitik egonya, mengingatkan kebahagiaan, menyentuh kejenakaannya, atau membangkitkan semangat menggali; (8) puisi seharusnya cukup baik untuk dibaca ulang.

2.2.11 Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad 2011: 3). Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar diartikan sebagai alat grafis, elektronis untuk memproses kembali informasi visual atau verbal. Media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat yang baru, motivasi, rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.

Penggunaan media pada tahap orientasi pembelajaran akan membantu keefektifan pembelajaran dan penyampaian isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga membantu meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2010: 6). Banyak batasan yang diberikan orang tentang media, diantaranya Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technologi/AECT), 1977 (dalam Sadiman, 2010:6), membatasi media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan


(48)

pesan atau informasi. Apabila media itu membawa pesan-pesa atau informasi yang mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran

Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) (dalam Sadiman, 2010:6) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendakanya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca.

Briggs, 1970 (dalam Sadiman, 2010:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Media dapat membangkitkan minat dan keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam kegiatan belajar. Media pembelajaran juga dapat membantu siswa dlam meningkatkan pemahaman dalam proses pembelajaran.

Gagne, 1970 (dalam Sadiman, 2010:6) menyatakan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa supaya lebih bersemangat dalam belajar.

Dalam jurnal internasional yang berjudul Journal of Media and Comunication Studies (2012) Enakrire dan Onyanania mengemukakan bahwa: Media refers to the delevery of information in intuitive, multy-sensory ways, through the integration of distinct media such as text, graphics, computer animation, motion, video and sound.


(49)

Gerlach & Ely, 1971 (dalam Arsyad, 2010:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima. Media dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

2.2.12 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Sadiman (2010: 17) menyatakan bahwa:

Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut: (1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka); (2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya: (a) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model; (b) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar; (c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography; (d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal; (e) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram; dan (f) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain; (3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: (a) Menimbulkan kegairahan belajar; (b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan; (c) Memungkinkan peserta didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya; (4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan


(50)

kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda.

Hamalik (dalam Arsyad, 2010:15) mengumukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitakan motivasi dan rasangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Levie & Lentz 1975 (dalam Arsyad, 2010:16) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:

(1) Fungsi Atensi: media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan; (2) Fungsi Afektif: media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks bergambar; (3) Fungsi Kognitif: media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar; dan (4) Fungsi Kompensatoris: media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Media pembelajaran, menurut Kemp & Dayton 1985 (dalam Arsyad, 2010:19) dapat memenuhi tiga fungsi apabila media itu digunakan untuk


(51)

perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu: (1) Memotivasi minat atau tindakan; (2) Menyajikan informasi; dan (3) Memberi instruksi.

Dari beberapa fungsi media di atas diketahui media berfungsi meningkatkan motivasi belajar siswa, menarik perhatian siswa, dan mengatasi permasalahan siswa dalam belajar. Penggunaan media dapat membuat daya ingat lebih kuat akan materi pelajaran. Mereka akan memahami materi dengan mudah dan membantu memantapkan pengetahuan siswa serta menghidupkan pembelajaran.

Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli, diantaranya, Kemp & Dayton 1985 (dalam Arsyad, 2010:21) mereka mengemukakan:

Manfaat media pembelajaran (1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku, (2) Pembelajaran bisa lebih menarik, (3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan., (5) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinan dapat diserap oleh siswa, (5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas. (6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu. (7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. (8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif; beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga Ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar.


(52)

Sudjana & Rivai 1990 (dalam Arsyad, 2010:24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

(1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penururan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran; (4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian dari guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Hamalik 1994 (dalam Arsyad, 2010:25) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:

(1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme; (2) Memperbesar perhatian siswa; (3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembanagan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap; (4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa; (5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup; (6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa; (7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh oleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan: (1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar; (2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya; (3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu; (4) Media pembelajaran dapat memberikan


(53)

kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.

2.2.13 Media Gambar

Media berbasis gambar memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media gambar dapat memperlancar (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Gambar dapat pula menumbuhkan minat peserta didik dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata (Arsyad 2011: 91).

Arsyad (2011:17) menyatakan bahwa:

Media gambar juga memiliki fungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. Yaitu melalui fungsi-fungsi sebagai berikut: Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Kelebihan media gambar diantaranya: (1) Sifatnya konkret; gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata;


(54)

(2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut. Gambar atau foto dapat mengatasi hal itu; (3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan pengamatan kita; (4) Media gambar murah dan mudah didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus (Sadiman 2010: 29).

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, media gambar mempunyai beberapa kelemahan yaitu: (1) Gambar hanya menekankan persepsi indera mata; (2) Gambar suatu benda yang terlalu kompleks, kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran; (3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar (Sadiman 2010: 31).

Media gambar dikatakan baik sebagai media pendidikan, ada enam syarat yang perlu dipenuhi yaitu: (1) Autentik: gambar tersebut harus jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya; (2) Sederhana: komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar; (3) Ukuran relatif: gambar dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda yang belum dikenal atau pernah dilihat anak maka sulitlah membayangkan berapa besar benda atau objek tersebut. Untuk menghindari itu hendaknya dalam gambar tersebut terdapat sesuatu yang telah dikenal anak-anak sehingga dapat membantunya membayangkan gambar; (4) Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu; (5) Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu, gambar


(55)

karya siswa sendiri seringkali lebih baik; (6) Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Sadiman 2010: 33).

2.3 Kerangka Berfikir

Keterampilan menulis puisi pada siswa SD Negeri 05 Gunungjaya, Belik, Pemalang masih rendah. Keterampilan menulis puisi menjadi materi yang kurang diminati banyak siswa, karena dianggap sulit dan membosankan. Siswa merasa kesulitan dalam menuliskan kata-kata awal dan pemilihan kata yang tepat karena hal tersebut merupakan hal baru untuk siswa di kelas rendah.

Penggunaan media gambar dapat menumbuhkan motivasi dan minat siswa untuk menulis puisi. Media gambar menarik perhatian siswa dan akan mengatasi kebosanan atas pembelajaran konvensional yang disajikan guru tanpa penggunaan media. Media gambar dapat membantu guru menyampaikan pesan secara konkret dan memberikan visualisasi yang diamati oleh indra penglihatan sehingga membantu siswa memahami konsep materi pembelajaran. Penggunaan media gambar juga dapat dikatakan mudah dan ekonomis sebagai alternatif media pembelajaran menulis puisi.

2.4 Hipotesis Tindakan

Dari latar belakang dan kajian pustaka di atas maka penulis merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut; “Media gambar dapat meningkatkan aktifitas


(56)

dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 05 Gunungjaya, Belik, Pemalang dalam keterampilan menulis puisi.


(57)

43

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang: (1) desain penelitian; (2) siklus penelitian; (3) subjek penelitan; (4) tempat dan waktu penelitian; (5) data; (6) teknik pengumpulan data; (7) teknik analisis data; (8) indikator keberhasilan. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut:

3.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif, dilakukan oleh peneliti untuk memperbaiki kondisi pembelajaran. Penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, yaitu siklus I dan II. Setiap siklus terdiri dari empat tindakan, yaitu: perencanaan, pelaksanaaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan tiap siklus akan dilakukan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

Siklus I meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil refleksi siklus I dijadikan dasar untuk menyusun kegiatan siklus II yang meliputi perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, dan refleksi ulang. Jika pada siklus II tidak ditemukan permasalahan maka penelitian tindakan kelas yang dilakukan dianggap berhasil.

Menurut Asrofi (2009:103) siklus PTK dapat digambarkan pada diagram di bawah ini:


(58)

Diagram 3.1: Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

3.1.1 Prosedur/langkah-langkah Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas tediri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Berikut uraian dari tiap tahap dalam penelitian tindakan kelas yaitu:

3.1.1.2 Perencanaan

Dalam tahap perencanaan peneliti mempersiapkan proses pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media gambar. Perencanaan meliputi pengembangan rencana kritis untuk memperbaiki kesulitan/masalah yang ada. Dalam langkah ini dilakukan analisis masalah dan penyusunan rencana strategis.

Permasalahan Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I SIKLUS I

Observasi I Permasalahan baru

hasil refleksi

Refleksi I

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II SIKLUS II

Penyimpulan dan

pemaknaan hasil Refleksi II Observasi II

Jika permasalahan belum terselesaikan

Lanjutkan ke siklus berikutnya


(59)

Peneliti menyusun program-program yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Dalam tahap perencanaan ini peneliti membuat berbagai instrumen antara lain: (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Satuan Kegiatan Harian, (3) Skenario Pembelajaran (4) alat evaluasi berupa tes maupun nontes, (5) alat penunjang yang digunakan dalam penelitian. Instrumen tes berupa soal-soal menulis puisi. Instrumen nontes berupa lembar pengamatan dan performansi guru.

Peneliti menggunakan RPP dan skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksaanaan pembelajaran. Peneliti juga menentukan alat evaluasi berupa tes dan nontes. Alat tes digunakan untuk mengukur tingkat keefektifan media gambar dalam meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa.

3.1.1.2Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan meliputi melakukan tindakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah dibuat. Dalam tahap ini rencana yang telah disusun diimplementasikan pada kelas sesungguhnya. Pada tahap ini peneliti melaksanakan serangkaian tindakan penelitian yang berorientasi memperbaiki masalah pembelajaran yang telah diidentifikasi. Pada tahap ini peneliti memberikan bimbingan dan arahan secara langsung kepada subyek yang diteliti yaitu siswa.

Tindakan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan terdiri atas pendahuluan, inti, dan penutup. Pada tahap penutup, peneliti bersama siswa melaksanakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.


(60)

3.1.1.3Observasi/Pengamatan

Dalam tahap observasi atau pengamatan, peneliti melakukan kegiatan pengamatan untuk mencatat sejauh mana keefektifan pelaksanaan tindakan. Pengamatan yang dilakukan dicatat seteliti mungkin karena catatan pengamatan merupakan bahan utama mengenai data di kelas sebagai bahan yang selanjutnya dianalisis.

Melalui observasi atau pengamatan, dihasilkan data observasi. Data ini berupa keterangan kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Dalam tahap observasi ini peneliti harus teliti dalam mengamati dan menilai aktifitas masing-masing siswa. Data yang diperoleh pada siklus I digunakan sebagai acuan dalam perbaikan untuk siklus II, serta dijadikan sebagai bahan refleksi. Pada tahap pengamatan difokuskan pada pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi guru.

3.1.1.4Refleksi

Refleksi merupakan langkah untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan dari kegiatan perencanaan, pelaksanan, dan observasi yang dilakukan pada siklus I. Dalam refleksi dibahas evaluasi terhadap keseluruhan proses dan dampak tindakan, yang dapat mengarahkan pada identifikasi masalah-masalah baru untuk merancang siklus baru.

Dalam tahap refleksi, penelit akan melihat hasil perencanaan, tindakan dan pengamatan kemudian melakukan pengkajian. Pengkajian dilakukan secara kritis


(61)

terhadap perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Hasil kajian ini menjadi bahan untuk mengambil langkah selanjutnya, mencari solusi untuk memecahkan masalah atau kelemahan yang timbul untuk menyusun siklus berikutnya.

3.2 Siklus Penelitian

Penelitian tindakan kelas direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan, yaitu 1 pertemuan pembelajaran dan 1 pertemuan untuk tes formatif. Setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk tiap siklus adalah:

3.2.1 Siklus I

Siklus I terdiri dari 1 pertemuan, 1 pertemuan pembelajaran dan tes formatif. Siklus I ini terdiri dari empat langkah pelaksanaan yakni tahap (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas siklus I dapat dijabarkan sebagai berikut:

3.2.1.1 Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini akan dilaksanakan hal-hal sebagai berikut: mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, mengembangkan pemecahan


(62)

masalah. Kemudian peneliti mempersiapkan proses pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media gambar dengan langkah-langkah: (1) mengidentifikasi, mendiagnosis, dan mengembangkan pemecahan masalah, (2) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi menulis puisi dengan menggunakan media gambar, (3) membuat media gambar, (4) menyusun instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal menulis puisi. Instrumen nontes berupa lembar pengamatan dan performansi guru.

3.2.1.2Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan melakukan tindakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah dibuat. Pada tahap ini guru melakukan tindakan dalam proses pembelajaran. Tindakan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri dari pendahuluan, inti, dan penutup.

Pada tahap pendahuluan, guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. Guru melakukan presensi dan doa bersama, menyiapkan media gambar yang akan digunakan. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan melakukan apersepsi. Pada tahap inti, guru menjelaskan materi tentang unsur-unsur puisi, menunjukkan media gambar dan melakukan tanya jawab mengenai pokok-pokok isi gambar tersebut. Guru memberi contoh membuat puisi hanya pada bait pertama, kemudian guru dan siswa bersama-sama membuat bait selanjutnya sehingga menjadi sebuah puisi.

Pada tahap penutup, guru bersama siswa membuat simpulan materi pembelajaran yang telah diajarkan. Simpulan materi pembelajaran harus dibuat


(1)

Guru membagikan soal kepada siswa


(2)

Observer mengamati proses pembelajaran

Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan


(3)

Daftar Pustaka

Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Asrori, Muhammad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Mizan.

Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Chuwi. 2010. “Menulis Puisi Dengan Pendekatan Emotif”.

(http://inichuwi.blogspot.com/2010/10/pengertian-menulis-puisi-menulis.html, diakses 5 Maret 2011).

Dewi, Wendi Widya Ratna. 2009. Belajar Menuang Ide dalam Puisi Cerita Drama. Klaten: Intan Pariwara.

Dwiloka, Bambang dan Riana Rati. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hernawan, Asep Herry dkk. 2010. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kartika, Sari Mila. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Kuntari, Siti Tri. 2009. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Contextual Teaching And Learning. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Mulyati, Yeti dkk. 2007. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Munib, Achmad dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT UNNES Press.

M. Noor, Rohinah. 2011. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.


(4)

Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Puspitasari, Eva Maita. 2009. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Pada Siswa Kelas VB SDN Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Puspitahati, Hersie Minarsih. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Bebas Pada Siswa Kelas V SD Negeri Tegalmade 02 Mojolaban Sukoharjo. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Rifa’i, Achmad dan Anni Catharina Tri. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT UNNES Press.

Rofi’uddin Ahmad dan Zuhdi Darmiyati. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sadiman, Arief S., dkk. 2010. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Santosa, Puji dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sari, Mila Kartika. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Setiawan, Denny dkk. 2010. Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suparno dan Yunus Mohamad. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Syarif, Eliana dkk. 2009. Pembelajaran Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Syukur, Addul. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V


(5)

A SD Negeri Jamasih 01 Brebes. Skripsi: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tuniredja, Tukiran dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.

Unnes. 2011. Pedoman Akademik. Semarang: Unnes Press.

Widowati. 2007. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Dengan Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung Pada Siswa Kelas X MA Al Asror Patemon Gunungpati Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi. Semarang: Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Semarang.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan media gambar terhadap keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V di SDIT Az-Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Tahun pelajaran 2013/2014

1 10 132

Model Pembelajaran Keseimbangan Gerak Dalam Penjasorkes Melalui Pendekatan Lingkungan Hutan Pinus Pada Siswa Kelas III SD Negeri 03 Gunungjaya Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang

0 5 130

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DAN VIDEO PADA SISWA KELAS VA SD Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Menggunakan Media Gambar dan Video Pada Siswa Kelas VA SD Muhammadiyah 22 Sruni Surakarta Tahun 2015/2016.

0 3 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DAN VIDEO PADA SISWA KELAS VA SD Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Menggunakan Media Gambar dan Video Pada Siswa Kelas VA SD Muhammadiyah 22 Sruni Surakarta Tahun 2015/2016.

0 2 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VIII SMP HOMESCHOOLING Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Homeschooling Kak Seto Solo Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VIII SMP HOMESCHOOLING Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Homeschooling Kak Seto Solo Tahun Ajaran 2011/2012.

0 1 12

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kurmosari 02 Semarang.

0 0 1

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS V SD NEGERI SURYODININGRATAN 2, YOGYAKARTA.

0 7 165

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS III SD NEGERI WONOSARI IV KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

1 2 191

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA ARISAN GAMBAR PADA SISWA KELAS III MI DARUSSALAM SIDOARJO.

0 0 111