Pada pasien yang mengalami fraktur jaringan keras fraktur rahang, maka jaringan keras yang mengalami fraktur harus difiksasi dahulu kemudian menutup
jaringan lunak diluarnya, yaitu dengan menjahit secara bertahap lapis demi lapis dari bagian dalam ke luar. Hal ini dilakukan agar darah tidak lagi keluar. Pada
trauma jaringan lunak dengan kehilangan jaringan lunak, dapat dilakukan rekonstruksi primer dengan menggunakan flap.
22,25
2.3.2 Fraktur dentoalveolar
Fraktur dentoalveolar adalah kerusakan atau putusnya kontinuitas jaringan keras pada stuktur gigi dan alveolusnya yang disebabkan oleh trauma. Trauma
pada gigi dapat terjadi pada semua usia.
25
2.3.2.1 Etiologi
Penyebab fraktur bermacam-macam seperti kecelakaan lalu lintas, kecelakaan pada olah raga, dan trauma langsung pada gigi akibat benda keras
seperti botol. Fraktur tidak hanya pada struktur gigi email, dentin, dan pulpa gigi tetapi bisa juga terjadi pada jaringan periodontal dan tulang rahang.
25
Fraktur dapat terjadi pada akar gigi, gigi tetangga atau gigi antagonis, restorasi, prosesus alveolaris dan mandibula. Fraktur tulang alveolar dapat terjadi
karena berhubungan dengan terjepitnya tulang alveolar pada saat melakukan pencabutan. Hal ini dapat terjadi karena bentuk dari tulang alveolar atau adanya
perubahan patologis dalam tulang.
22
2.3.2.2 Gambaran klinis
Pada pasien yang mengalami fraktur dentoalveolar tidak hanya trauma pada jaringan keras gigi tetapi bisa juga terkena pada jaringan periodontal, yaitu
terjadinya dislokasi gigi seperti konkusi, subluksasi, avulsi, intrusi dan ekstrusi. Konkusi adalah trauma pada struktur pendukung gigi tanpa goyangnya gigi atau
pergeseran abnormal dari gigi. Subluksasi adalah trauma pada struktur pendukung gigi dengan goyangnya gigi tetapi tanpa pergeseran gigi. Avulsi adalah trauma
yang mengakibatkan gigi keluar dari soket. Sedangkan, intrusi adalah trauma yang
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan gigi masuk kedalam soket dan ekstrusi adalah trauma yang mengakibatkan sebagian gigi keluar dari soket.
25
Gambar 2. Gambaran Klinis Fraktur Dentoalveolar.
2.3.2.3 Penanganan
Pemeriksaan fraktur dentoalveolar dapat dilakukan dengan radiografi intra- oral dan ekstra-oral seperti panoramik. Biasanya perawatan dasarnya adalah
secara konservatif, misalnya dengan splint, immobilisasi gigi geligi yang goyang dan fiksasi. Splint merupakan alat yang ditunjukkan untuk imobilisasi atau
membantu imobilisasi segmen-segmen fraktur. Splint biasanya merupakan logam tuang cor atau terbuat dari akrilik. Apabila terjadi fraktur yang menyebabkan
gigi bergeser maka perlu dilakukan pembedahan. Salah satunya adalah penggunaan arch bar dapat membantu menstabilisasikan segmen yang terjadi
fraktur dan memberikan daerah perlekatan untuk fiksasi maksilomandibular. Caranya dengan menggunakan anastesi lokal ataupun anastesi umum, segmen
fraktur direduksi sebelum pemasangan alat-alat fiksasi atau stabilisasi, kemudian ikatkan kawat baja anti karat pada tipa-tiap gigi melalui diatas arch bar pada satu
sisi, dan dibawah arch bar pada sisi yang lain, ujung-ujung kawat dipilin searah jarum jam dan ujung kawat yang lebih dibuang agar tidak melukai jaringan
mukosa. Jika terjadi pergeseran segmen yang nyata, biasanya diatasi dengan memotong arch bar pada bagian yang mengalami fraktur.
22,25
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Penanganan fraktur dentoalveolar anterior mandibula dengan meng-gunakan arch bar.
2.3.3 Syok